Proyeksi Kantor Meteorologi Inggris, 2023 lebih panas dibandingkan 2022. Diperkirakan lebih tinggi dari suhu sebelum masa praindustri. Bagaimana dengan Indonesia?

Koridor.co.id

Ilustrasi-Foto: Shutterstock.

Prediksi Met Office menunjukkan 2023  akan menjadi tahun ke-10 berturut-turut suhu global setidaknya 1 Celcius di atas rata-rata. Kantor Meteorologi Inggris itu menyampaikan efek pendinginan yang dikenal sebagai La Niña kemungkinan besar berakhir setelah terjadi selama tiga tahun bagian dari siklus cuaca alami. Kondisi merupakan dampak pemanasan dari perubahan iklim yang disebabkan manusia.

Pemerintah secara global telah berjanji mengurangi emisi guna menjaga kenaikan suhu di bawah 1,5C untuk menghindari dampak terburuk perubahan iklim.

Dunia telah menghangat sekitar 1,1C dibandingkan periode sebelum Revolusi Industri pada 1750-1900 ketika manusia mulai membakar bahan bakar fosil dalam jumlah besar, melepaskan gas pemanasan ke atmosfer.

Tahun terpanas sejak pencatatan dimulai pada 1850 terjadi pada 2016, ketika ahli meteorologi mengatakan fenomena cuaca yang dikenal sebagai El Niño meningkatkan suhu global. Namun tiga tahun terakhir telah dipengaruhi pola cuaca lain yang disebut La Niña ketika suhu laut lebih dingin dari rata-rata di Pasifik menurunkan suhu rata-rata global.

Efek tersebut kini diperkirakan akan berakhir, membawa kondisi yang lebih hangat di beberapa bagian Pasifik dan menyebabkan suhu global menjadi lebih hangat dibandingkan  2022.

Tidak seperti tahun 2016, jelas kepala prediksi jarak jauh di Met Office, Prof Adam Scaife menuturkan tahun ini diperkirakan tidak akan menjadi tahun yang memecahkan rekor karena El Niño tidak akan meningkatkan suhu global. Tetapi beberapa bagian dunia seperti Kutub Utara memanas lebih cepat dari rata-rata.

“Tahun depan, efek pengereman alami dan sementara dari La Niña akan berkurang. Pedal gas penuh akan memicu pemanasan selama tahun mendatang dan berlanjut ke masa depan, bersamaan dengan cuaca ekstrem basah, kering, dan panas yang lebih parah, hingga kebijakan diberlakukan,” ujar Adam seperti dikutip dari https://www.bbc.com/news/science-environment-64032458

Sementara itu Profesor ilmu iklim di University of Reading Richard Allan mengatakan pada 2022 rekor suhu dipecahkan di berbagai belahan dunia, termasuk di Inggris yang tercatat di atas 40 Celcius.

“Kebakaran hutan yang melanda sebagian Eropa dan Australia terkait dengan cuaca panas, dan Pakistan serta India terik dengan suhu mencapai 51 Celcius pada Mei,” ungkapnya.

Dalam serangkaian penelitian, para ilmuwan menyimpulkan bahwa suhu ini lebih mungkin terjadi karena perubahan iklim. Naiknya suhu diperkirakan akan menyebabkan dampak buruk pada manusia dan alam, termasuk lebih banyak kekeringan, penggurunan, dan penyakit terkait panas.

Plt. Deputi Klimatologi, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Dodo Gunawan, menyampaikan hal senada bahwa suhu pada 2023 diprediksi lebih hangat dibanding rata-ratanya. Meski demikian, kemungkinan terjadinya fenomena gelombang panas (heatwave) di wilayah Indonesia sangat kecil.

“Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia dikelilingi oleh lautan yang lebih luas dari luas daratan dan memiliki kelembaban udara tinggi. Hal itu dapat berperan sebagai radiator atau pendingin, sehingga sangat sulit terjadi gelombang panas di wilayah kepulauan Indonesia,” paparnya dalam situs resmi BMKG beberapa waktu lalu.

Artikel Terkait

Terkini