Aktivis lingkungan warga sekaligus aktivis Bandung Food Smart City lainnya, Tini MF Martini Tapran dari RW 7 Kelurahan Kebon Pisang, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung optimistis bahwa Program Kang Pisman menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi problem sampah di Kota Bandung. Syaratnya, dijalankan semua pihak, oleh setiap rumah tangga efektif dan setiap RW.
Pemisahan sampah itu bertujuan agar bisa diolah. Sampah organik sebesar 40-60 persen bisa ditahan di rumah dan RW, begitu juga dengan sampah nonorganik sekitar 20-30 persen dan sisanya sampah residu sekitar 20 persen yang ke TPA.
Alumni Jurusan Fisika ITB ini mengungkapkan Ketua RW 7 Herman mampu menyulap wilayahnya menjadi Kampung Kreatif (Cibunut Finest) dan berhasil mengurangi sampah per bulan sekitar 2.500 kilogram dan nonorganik 700 kilogram.
“Persoalannya di Bandung hanya berapa RW yang melakukannya. Kalau dilakukan semua RW maka tidak akan ada lagi darurat sampah,” ujar Tini ketika dihubungi Koridor, Rabu, 17 Mei 2023.
Budi daya maggot di tingkat rumah bisa dilakukan. Maggot memakan sampah tetapi maggotnya tidak dipasarkan, tetapi dikasih makan lele atau ayam. Kemudian produksi lele dan ayamnya dikonsumsi atau dijual kepada kuliner lele atau ayam hingga bernilai ekonomis. Hingga sampah organiknya tidak sampai ke TPA.
“Diperlukan political will pemimpin daerah untuk mewajibkan setiap rumah melakukan pemisahan sampah,” ucapnya.
Terobosan menarik juga dilakukan aktivis Green Education Bandung Sari Rachma. Warga Kelurahan Sekeloa, Kecamatan Coblong ini aktif mendidik warga Bandung mulai kalangan sekolah hingga ibu rumah tangga untuk menyulap plastik menjadi produk bisa dipakai, mulai hiasan dinding hingga pot atau wadah untuk tanaman.
“Masih diperlukan cara bagaimana memasarkan produk ini hingga banyak yang tertarik memanfaatkan karena bernilai ekonomis. Pemerintah seharusnya memfasilitasi para kreator sampah yang banyak bertebaran di kota Bandung,” ujar Chiechie Sari ketika dihubungi Koridor, Rabu, 17 Mei 2023.
Ketua RT 06/RW 11 Kelurahan Hegarmanah, Kecamatan Cidadap Saepul Hadi Santosa menyatakan tidak mudah melakukan budi daya maggot. Selain dihadapkan dengan keterbatasan lahan masyarakat di wilayahnya masih bertahap melakukan praktik pemisahan sampah.
“Kita sudah mengatakan satu kilogram maggot mampu menghasilkan lima kilogram sampah. Kita juga sudah eduksi dengan memberikan ember untuk setiap rumah untuk tempat sampah organik, “ kata Saepul.