Program Citarum Harum berakhir pada 2025, Indeks Kualitas Air 2021 pada angka 50,13. Pegiat lingkungan pesimistis target 60 poin tercapai

Koridor.co.id

Ilustrasi-Foto: Citarum Harum.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat sekaligus Sekretaris Ha­rian Sekretariat Satgas Ci­ta­rum Harum Prima Ma­ya­ningtias menyampaikan Indeks Kualitas Air (IKA) Su­ngai Citarum 2022 belum di­rilis. Penundaan disebabkan sebanyak 784 stasiun sampling yang dianalisis ter­nyata belum ada hasil final. 

Meski pun demikian Prima mengungkapkan capaian kira-kira sebanyak IKA 2021, bah­kan ada peningkatan sedikit.

“Angka 50,13 atau masih di kategori cemar ringan boleh dibilang  salah satu indi­kasi kemajuan. Soalnya, sebe­lum di­­in­tervensi, sungai tersebut sempat di­labeli sebagai sungai terkotor di du­nia ka­rena memang termasuk pada cemar berat 33,34 poin,” papar Prima pada pada diskusi terbatas pembahasan rencana evaluasi Program Cita­rum Harum melalui Zoom meeting, Jumat, 13 Januari 2023 malam.

Prima menjelaskan 12 program yang terdapat di Rencana Aksi 2019-2025 atau Pergub Nomor 37 Ta­hun 2021 Tentang Perubah­an Atas Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 28 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Alir­an Sungai Citarum Tahun 2019-2025. 

Ada enam prog­ram yang mencapai target: pe­nanganan lahan kritis, pe­nang­anan limbah industri, pengelolaan limbah peternak­an, pengendalian pemanfaat­an ruang, edukasi dan pemberdayaan masyarakat, serta program riset dan pengembangan. 

Sementara itu terdapat enam program yang perlu ditingkatkan: pe­na­ngan­an air limbah domes­tik, penanganan sampah, Ke­ramba Jaring Apung (KJA), pe­ngelolaan sumber daya air dan pariwisata, penegakan hukum, serta pengelolaan data, informasi, dan hubung­an masyarakat.

Prima mengatakan pihaknya menggelar evaluasi tersebut akan bersamaan dengan FGD terkait pena­nganan Citarum. Pasalnya ke depan TNI tidak lagi dilibat­kan secara langsung di lapangan. 

Selama program Citarum Harum digaungkan sejak 2018, TNI berperan aktif pada 23 sektor. Mereka melaku­kan penanganan langsung di DAS Citarum dari hulu hingga hilir atau dari hulu Cita­rum di Kabupaten Bandung hingga ke hilir di Kabupaten Bekasi. 

TNI turun membersihkan sungai, membuat lu­bang biopori, menghijaukan lahan kritis, sosialisasi ke masyarakat hingga ke pelaku industri.

Ketua Harian Satgas Cita­rum Harum Mayjen TNI (purn) Dedi Kusnadi Tha­mim menyatakan menyiapkan antisipasi jika TNI kembali ke barak. Sa­lah satu langkahnya, naradamping dalam kegiatan PPK DAS Citarum lebih ber­pe­ran aktif melaksanakan ke­giatan tersebut di 13 kota/ka­bupaten yang dilintasi Su­ngai Citarum.

“Naradamping ini berpe­ran dalam pengawasan kontrol dan mengoordinasikan 13 kabupaten/kota. Memang ada yang sudah ber­jalan dan ada yang jalan di tempah sehingga perlu ada peningkatan,” kata Dedi Kusnadi Thamim.

Manager Advokasi dan Kampanye Walhi Jabar Wahyudin mengatakan laporan capaian yang diumumkan DLHK Jawa Barat patut dikritisi. Pasalnya, belum jelas transparansi bagaimana sampel diambil, pakai alat apa saja, lalu di titik mana saja.

“Begitu juga angka 50,13 patut dipertanyakan apakah hasil kerja Satgam Citarum Harum atau karena pada masa pandemi kegiatan industri banyak yang terhenti bahkan gulung tikar hingga pencemaran sungai berkurang,” kata pria karib disapa Iwank ini kepada Koridor, 17 Januari 2023.

Iwank mengaku pesimistis target Citarum Harum pada 2025 tercapai. Selain itu bukan TNI yang dilibatkan tetapi pakar lingkungan dan para pewaris Citarum (warga asli, sesepuh), karena mereka tahu Citarum dulunya seperti apa.

Artikel Terkait

Terkini