
Perjuangan panjang dan kerja keras untuk merevitalisasi Sungai Cikapundung terwujud. Sejak 2013 Pemerintah Provinsi Jawa Barat menggulirkan program Citarum Bestari (Bersih Sehat Indah Lestari) dengan anggaran Rp80 miliar. Pemerintah pusat mendukung lewat Perpres Nomor 15 Tahun 2018 tentang percepatan pengendalian pencemaran kerusakan DAS Citarum.
Perpres ini memayungi program Citarum Harum yang harus dikebut dalam waktu 7 tahun dengan target selesai pada 2025. Citarum Harum adalah program kesekian dari upaya memperbaiki sungai terpanjang di Jawa Barat itu, Sungai Citarum, yang mengalir hampir 300 kilometer dari hulu di Gunung Wayang dengan muara di laut utara Muara Gembong, Bekasi.
Sebelumnya, sederet program telah dijalankan untuk memulihkan sungai tersebut. Di antaranya program Citarum Bergetar (Bersih Geulis Lestari) yang digagas Pemprov Jawa Barat tahun 2001. Lanjut dengan program Investasi Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Citarum atau Integrated Citarum Water Resources Management Investment Program (ICWRMIP) yang diusung Bappenas untuk 15 tahun. Program ini dimulai pada 2008 dengan paket pinjaman dari Asian Development Bank sebesar USD500 juta yang akan berakhir 2023.
Sedangkan untuk program Citarum Harum melibatkan Satgas yang terdiri atas sekitar 7.100 prajurit TNI yang dibagi dalam 22 sektor dengan komandan sektor perwira berpangkat kolonel. Targetnya 2025 tak ada lagi pencemaran oleh industri dan sampah.
Namun tidak mudah menanggulangi permasalahan di DAS Citarum yang total luasnya sekitar 1.132.334 hektare meliputi Bandung, Cimahi, Cianjur, Sumedang, Purwakarta, Bekasi, Karawang. Mengairi 354.429 hektare sawah, serta mendukung kehidupan lebih dari 25 juta jiwa warga DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Pabrik yang berdiri di DAS Citarum sebanyak 1.900 industri. Sekitar 90 persen pabrik tak memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang sesuai atau ideal. Industri ini menghasilkan 340.000 ton limbah cair per hari. Selain itu,seperti dilansir oleh Bandung Bergerak diperkirakan Citarum digelontori 35,5 ton limbah tinja setiap hari serta 20.462 ton sampah per hari dengan catatan 71 persen sampah tak terangkut.
Meskipun demikian Gubernur Ridwan Kamil sebagai Komandan Satgas Citarum Harum menyatakan kini Indeks Kualitas Air (IKA) Citarum berada di angka 50,13 poin atau cemar ringan, di awal 2018 statusnya masih cemar berat di angka 33,43 poin. Tetapi, mantan Wali Kota Bandung ini, mengakui hal ini belum merata di semua wilayah DAS, namun ada kemajuan positif.
“Sungai raksasa yang 2015 pada dijuluki terkotor sedunia dan langganan banjir besar ini, sekarang ini semakin bersih dan jauh berkurang banjirnya sebanyak 80 persen dalam 3 tahun terakhir, karena gotong royong kerja sama semua pihak,” ujar pria yang karib disapa Kang Emil ini dalam akun Facebook-nya.
Rencana berikut adalah bantuan dari Jerman dan Bank Dunia sebesar USD100 juta untuk sanitasi limbah bagi 9 juta penduduk di kawasan Aglomerasi Bandung Raya dengan pusat filterisasinya di Bojong Soang, Kabupaten Bandung.
Emil optimistis pada 2025 bisa mencapai mutu air kelas II dengan IKA 60 poin, alias aman untuk sarana rekreasi, budidaya ikan, serta pertanian dan peternakan. Air baku untuk air minum mutlak harus di level mutu air kelas I.
Satgas terus bergerak. Yang paling anyar pada Minggu ketiga Juni 2022 Satgas Citarum Harum Sektor 4/Majalaya Kabupaten Bandung menginisiasi pembuatan bak dan tungku pembakaran sampah rumah tangga yang didirikan di Kampung Manirancang RT02/RW03 Desa Majasetra, Kecamatan Majalaya.
Komandan Sektor 4 Kolonel Infntri Mulyono HS seperti dikutip dari Pikiran Rakyat menyampaikan keberadaan bak dan tungku sampah agar sampah rumah tangga atau domestik tidak dibuang langsung ke sungai dan anak sungai Citarum.
Kolonel Mulyono mengajak masyarakat untuk mengelola sampah dengan baik yang bersumber dari hulunya, mulai dari rumah tangga. Sampah bisa diolah dan dipilah. Masyarakat harus mengubah mindset, dalam pengolahan sampah. Yang semula sampah dibuang ke TPS atau TPA, sebelumnya dipilah dulu karena sampah memiliki nilai ekonomis.