Perjanjian Paris 2015 mendorong hampir 200 negara yang menyepakati kemudian membuat Komitmen Kontribusi Nasional (NDC) yang berisi target pengurangan emisi karbon. Target tersebut dapat dicapai dengan beberapa cara, seperti mengurangi deforestasi maupun transisi energi terbarukan.
Sesuai perjanjian Paris 2015, Indonesia berkomitmen pada periode pertama, mengurangi emisi sebesar 29 persen dengan upaya sendiri dan menjadi 41% jika ada kerja sama internasional dari kondisi tanpa ada aksi (business as usual) pada 2030.
Pemerintah melalui Kepala Sub Direktorat Keteknikan dan Lingkungan Aneka EBT, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Martha Relitha Sibarani menyebut Indonesia setidaknya punya 5 sumber energi baru dan 6 sumber energi terbarukan.
“Hanya saja memang masih 0,3 persen potensi yang dikembangkan, amat sangat kecil,” ujar Martha dalam sesi webinar beberapa waktu lalu.
Guru Besar Kelompok Keahlian Teknologi Pengolahan Biomassa dan Pangan, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung Prof. Yazid Bindar menyampaikan untuk mengembangkan teknologi terbarukan di Indonesia masih menghadapi satu permasalahan besar.
“Permasalahannya adalah keekonomian energi terbarukan dinyatakan masih sangat mahal untuk bisa menggantikan energi fosil,” ujar Yazid dalam jawaban tertulisnya kepada Koridor, 5 September 2022.
Untuk mengembangkan energi terbarukan secara bisnis, para investor tidak tertarik, apalagi dengan dukungan kebijakan yang mengganggap energi terbarukan harus mampu bersaing dengan energi fosil.
Padahal energi terbarukan secara alamiah di Indonesia melimpah tersedia, seperti energi matahari, energi angin, energi gelombang, energi arus pasang surut yang tersedia. Menurut siklus alam musiman, energi dari biomasa seperti produk energi biogas dan biofuel yang dihasilkan dari pertanian dan peternakan.
Kementerian ESDM mengungkapkan Indonesia sebagai negeri khatulistiwa menyimpan potensi 3.295 GW energi surya, yang berasal langsung dari panas matahari. Sayangnya, yang termanfaatkan sangat minim, 217 MW.
Bagaimana dengan energi angin yang juga berlimpah di Indonesia? Potensinya untuk jadi sumber energi sebesar 155 GW, namun baru termanfaatkan 154 MW.
Ada dua bentuk energi yang dikonsumsi masyarakat secara luas untuk kehidupan keseharian dalam menopang kehidupan ekonomi. Pertama, adalah energi listrik dan kedua adalah energi bahan bakar minyak. Energi ini dua-duanya dipasok oleh energi fosil. Apakah kedua energi ini bisa dipasok oleh energi terbarukan?
“Jawabannya bisa. Masalahnya selain mahal, ada ketidaksetaraan dalam kapasitas energi yang dihasilkan oleh energi terbarukan yang hanya mampu produksi tidak lebih dari 15 % dari kapasitas produksinya yang dihasilkan energi fosil,” ungkap Yazid.
Model pikir dalam penggunaan bahan bakar cair untuk keperluan transportasi saat ini didominasi oleh pola pikir BBM selalu ada untuk dibeli dan diisi di SPBU sejumlah yang diinginkan dengan harga terjangkau. Model pikir ini berlaku umum seluruh dunia.
Model pikir di Indonesia digolongkan lebih manja dengan kebiasaan harga BBM murah dengan subsidi pemerintah. Model pikir ini membawa kenyamanan hidup dengan BBM yang tersedia, dan tidak boleh terganggu.
Transportasi berubah drastis. Industri produksi kendaraan bermotor berlomba lomba membesarkan kapasitas produksi kendaraan bermotornya. Ini ditunjukkan oleh kenaikan jumlah kendaraan bermotor global dunia.
Ini mengartikan bahwa industri kendaraan bermotor memiliki pola pikir bahwa bahan bakar kendaraan bermotor selalu tersedia untuk berapapun jumlah kendaraan bermotor. Inilah model pikir mereka terhadap BBM dari minyak bumi ini.
“Tidak mengherankan kalau orang-orang saat ini menggunakan sepeda motor dalam transportasi harian. Mobil dan sepeda motor memadati jalan di mana-mana. Penumpang pesawat di bandara sangat ramai seperti terminal bis. Kehidupan yang dianggap nyaman sudah terdongkrak,” tutur dia.
Tuntutan kehidupan nyaman bagi generasi yang hidup sekarang makin besar. Ketika pasokan BBM, Bensin dan Diesel berkurang dan harga naik, keributan besar terjadi di mana-mana.
Dulu, kelangkaan pasokan bahan bakar sepertinya tidak membawa keributan dalam skala seperti sekarang. Tingkat kenyamanan yang dibutuhkan dan banyaknya orang berkorelasi langsung atau positif dengan keperluan bahan bakar seperti bensin, solar, pertamax dan lainnya.
Mayoritas orang mengartikan bahwa kebutuhan ini akan selalu dapat dipenuhi pasokannya. Perolehan pasokan yang mudah dengan harga murah tentu membuat orang terus menikmati kesenangan dan kenyamanan itu.
Penggunaannya sangat mudah dan harganya di Indonesia sudah terbiasa dengan harga yang ditetapkan lebih murah dari harga internasional. Minyak bumi ini bisa diperoleh dari perut bumi Indonesia.
“Kebiasaan hidup dengan BBM tentu menimbulkan kesulitan apabila kemudahan berubah menjadi kesulitan, murah menjadi mahal, penghasil menjadi pembeli dan seterusnya,” ucap Yazid mengingatkan.
Sedangkan pada sisi lain penggunaan dengan BBM dari minyak bukan hanya dari permasalahan masa habisnya yang akan terjadi tetapi permasalahan emisi karbonnya yang terakumulasi terus menerus di atmosfer bumi.
Kandungan karbon yang terakumulasi di atmosfer ini menjadi penyebab permasalahan pemanasan global bumi. Pemanasan global bumi ini mengancam keberlangsungan hidup di masa depan.
Itu sebabnya model pikir memindahkan sumber energi kehidupan dunia dari energi fosil ke energi terbarukan harus adalah model pikir yang harus dianut oleh semua pemangku kepentingan di dunia ini.
“Pemimpin dunia harus melaksanakan dari sekarang transisi untuk menjadikan dunia ini hidup dengan energi terbarukan dan bukan energi fosil seperti sekarang ini,” kata Prof. Yazid Bindar.