Peneliti Kelautan FMIPA UI mencatat sekitar 20 spesies hewan, mengandung mikroplastik.

Koridor.co.id

Ilustrasi kerang laut yang berserakan.

Staf pengajar Departemen Biologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI), Mufti Petala Patria, mengungkapkan sekitar 20 spesies hewan yang ditemukan timnya, seperti kerang darah, ikan belanak, bandeng, kerapu, kakap, teri hingga rajungan mengandung mikroplastik. Sampai saat ini belum ada ambang batas kandungan berbahaya atau tidak.

Peneliti Kelautan FMIPA UI itu, merekomendasikan bahwa mengurangi pemakaian plastik sekali pakai sudah merupakan keharusan mendesak.

Selain itu kegiatan bank sampah plastik, harus lebih digalakkan. Harapannya, plastik bisa didaur ulang, dan masyarakat tergerak untuk tidak lagi membuang sampah plastik sembarangan. Pasalnya, pada penelitian yang dilakukan timnya mendapatkan kesimpulan, pada setiap organisme diperiksa, baik air laut  maupun sedimen terdapat kandungan mikroplastik  berupa fragmen, fiber, film dan granula.

Mikroplastik merupakan plastik dengan ukurannya lebih kecil dari 5 mm. Mikroplastik dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu primary dan secondary microplastic.

Maksud dari primary adalah mikroplastik yang sengaja dibuat dengan ukuran mikro (microbeads), biasanya digunakan untuk produk pasta gigi dan produk kecantikan (facial scrubs). Sedangkan, secondary microplastic terbentuk akibat hancurnya plastik yang besar menjadi serpihan kecil akibat faktor abiotik maupun biotik.

Penelitian yang dilakukan menyasar tidak saja di pesisir Teluk Jakarta, perairan Kepulauan Seribu, tetapi juga di Labuan, Muara Sungai Musi, Kepulauan Riau  dan beberapa kota pesisir di Indonesia.

“Penelitian sudah dimulai sejak 2017 hingga saat ini. Untuk yang di Muara Kamal, kami melakukan penelitian pada kerang hijau dan di Teluk Naga Tangerang, kami meneliti kerang darah, ikan belanak dan ikan bandeng,” ujar Mufti ketika dihubungi Koridor, Rabu, 20 Juli 2022.

Berdasarkan hasil penelitiannya di Muara Kamal, dalam satu kerang hijau mengandung 7 hingga 469 partikel mikroplastik. Kerang laut akan menyaring air laut untuk mengambil bahan makanannya sehingga mikroplastik masuk dalam pencernaannya. Penelitian itu menjadi bukti nyata sampah mikroplastik mengancam ekosistem dan kesehatan manusia.

Penelitian yang telah dilakukan di Kamal Muara, Jakarta Utara mendapatkan dalam satu kilogram sedimen terdapat mikroplastik sebanyak 868.33 partikel.

Baik primary maupun secondary microplastik, keduanya dapat mencemari lautan dan membahayakan ekosistem laut

“Selain melakukan penelitian mendalam, sayangnya belum ada mekanisme  yang bisa mendeteksi apakah ikan atau kerang yang banyak dikonsumsi mengandung mikroplastik,” ujar Mufti.

Mufti menyampaikan isu mikroplastik beberapa tahun ini semakin mengemuka, karena banyaknya sampah plastik di laut dan akan hancur menjadi serpihan kecil dengan ukuran  5 mm yang disebut mikroplastik. Dia mencatat Indonesia telah dikenal sebagai negara dengan penggunaan plastik sekali pakai yang tinggi, serta sampah plastik yang dihasilkan juga terbanyak ke 2 di dunia.

Mufti Petala Patria (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Pada General Lecture yang diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Kelautan Departemen Biologi FMIPA UI, 4 Juni 2022, Mufti menyatakan  sekitar 8 juta ton sampah plastik dibuang ke lingkungan laut.

Sampah plastik yang dibuang ke laut ini 80% berasal dari penggunaan plastik di daratan. Misalnya, dari industri, drainase, limbah rumahan, air tercemar yang tidak diproses, dan aktivitas wisata. Sedangkan 20% sisanya dari aktivitas laut, seperti perikanan, transportasi kontainer, feri dan kapal pelayaran, serta aktivitas industri lepas pantai.

“Oleh sebab itu, perlu kesadaran dan keseriusan dalam mengatasi masalah mikroplastik yang tidak hanya mengancam ekosistem laut tetapi juga kesehatan manusia,” kata Mufti Petala Patria.

Artikel Terkait

Terkini