Pelaku konservasi sadar, pentingnya kehadiran harimau dalam ekosistem harus diperkenalkan pada generasi muda.

Koridor.co.id

Salah satu kegiatan Forum HarimauKita. (Foto: Dokumentasi Forum HarimauKita)

Sebuah kelompok masyarakat sipil mendedikasikan diri dalam konservasi populasi Harimau Sumatera di alam, yang disebut Forum HarimauKita. Komunitas yang dibentuk pada tahun 2008 ini, beranggotakan lebih dari 100 orang profesional dari 26 organisasi yang bekerja untuk harimau sumatera di Indonesia. 

Selain itu, forum ini juga didukung oleh lebih dari 300 relawan yang tergabung dalam Tiger Heart dan juga mitra kolaborasi seperti FFI, WCS, WWF dan ZSL. 

Dalam rangka memperingati Hari Harimau Sedunia pada 29 Juli lalu, Forum HarimauKita bersama Yayasan Sintas Indonesia serta Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat mengadakan acara visit to school di Kabupaten Agam.

Kegiatan ini yang diberi nama ‘Basamo Mengenal Inyiak Balang’ itu, dilaksanakan pada 19-21 Juli 2022 untuk memberikan sosialisasi kepada 5 sekolah di Kabupaten Agam. Pada hari pertama di Nagari Sipinang (SDN 11 Sipinang dan SDN 24 Paraman), kedua di Nagari Ampek Koto Palembayan (SDN 06 Bamban), dan hari ketiga di Nagari Koto Rantang (SDN 12 Muaro dan SDN 09 Mudiak Palupuah).

Inyiak Balang, begitulah masyarakat Minangkabau memanggil harimau sumatera. Kata Inyiak mengarah kepada sosok terkemuka dalam suatu suku, seperti penghulu, kepala adat, atau petugas pemerintahan. Sosok Harimau Sumatera bagi masyarakat Minangkabau digambarkan sebagai sosok hewan pemimpin yang berwibawa.

Oleh karena itu, masyarakat Minangkabau sangat dilarang untuk mengganggu kehidupan hewan ini. Hal ini adalah salah satu bentuk upaya perlindungan yang dilakukan masyarakat karena pada kenyataannya populasi harimau sumatera kian hari semakin menurun.

Menurut Sekretaris Forum HarimauKita, Ahmad Faisal pada 2017 pihaknya mendapat mandat dari dokumentasi dan strategi perencanaan konservasi harimau sumatera. Saat ini jumlah populasi harimau berdasarkan data 2016 hanya sekitar 600 ekor di seluruh Sumatera.

“Kegiatan yang kita lakukan kebanyakan di komunikasi, edukasi, penyadaran. Kita di level nasional. Untuk kegiatan ke tingkat tapak, misalnya pelatihan teman-teman di Sumatera dengan perusahaan, KSDAE (Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem) dari KLDHK hingga sosialisasi pada masyarakat, termasuk sampai tingkat SD,” papar Faisal ketika dihubungi Koridor, 1 Agustus 2022.

Dalam rangka Hari Harimau Sedunia, Forum HarimauKita juga membuat kegiatan di Jabodetabek, di Sentul, Lampung, Palembang dan Jambi.

Pada Oktober 2021, Forum HarimauKita bersama Tiger Heart Lampung mengadakan Kelas Konservasi dalam bentuk webinar bertema “Potensi Lanskap dan Satwa dalam Kawasan Hutan di Provinsi Lampung”. Acara ini dibuka untuk masyarakat umum, akademisi, pemerintah, swasta dan berbagai komunitas lainnya.

Alumni Kedokteran Hewan UGM dan Magister Konservasi Satwa Liar dari University Southampton, Inggris ini mengingatkan berbagai pihak untuk tidak memelihara harimau atau satwa liar lainnya, walau mereka bisa dan mampu. Umumnya harimau yang dipelihara adalah Harimau Benggala atau Siberia bukan Harimau Sumatera.

“Memelihara harimau membahayakan pemiliknya. Harimau membutuhkan ruang bermain yang besar, bukan hanya sekadar kandang dan halaman. Selain bertentangan dengan konservasi, pemeliharaan satwa liar juga mengundang penyakit seperti halnya yang terjadi pada Covid-19,” ucap Faisal.

Anggota Forum HarimauKita Irene MR Pinondang mengatakan konservasi itu bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tugas banyak pihak. Untuk itu diperlukan edukasi juga kepada masyarakat lokal yang berdampingan dengan harimau dan masyarakat luar habitat agar tidak ikut-ikutan memelihara harimau, yang sebetulnya membuat marak perdagangan ilegal.

Wibisono, pelaku konservasi harimau lainnya juga mengingatkan nasib baik harimau sumatra di masa yang akan datang tidak dapat bergantung hanya pada para praktisi konservasi yang sedang bekerja. Untuk itu diperlukan kesadaran kolektif dari seluruh komponen masyarakat Indonesia, termasuk generasi muda, untuk turut berperan aktif sesuai kapasitas masing-masing.

Artikel Terkait

Terkini