Minggu kedua Desember 2022 ini para negosiator terkait lingkungan hidup dari sebagian besar negara di dunia berkumpul di KTT Keanekaragaman hayati COP15 di Montreal. Mereka membicarakan rencana global untuk menyelamatkan alam.
Tujuan utama dari konferensi ini adalah untuk menyepakati serangkaian target baru yang akan menghentikan dan membalikkan hilangnya keanekaragaman hayati pada 2030.
Mereka berharap pada 2050 manusia hidup harmonis menurut draf perjanjian yang diterbitkan pada Juni 2022.
Namun para ahli lingkungan hidup mengataan target dunia yang tidak realistis dan mengancam melemahkan tindakan konservasi global, demikian peringatan para peneliti.
David Obura dari Penelitian dan Pengembangan Lautan Pesisir di Samudera Hindia (CORDIO), sebuah organisasi nirlaba di Mombasa, Kenya mengatakan pemodelan yang paling ambisius pun menunjukkan bahwa kemungkinan paling awal untuk menghentikan dan membalikkan hilangnya keanekaragaman hayati adalah pada 2050.
“Bahkan didasarkan pada asumsi paling sederhana, itu bahkan tidak mengakomodasi perubahan iklim,” kata Obura seperti dilansir dari https://www.newscientist.com/article/2349906-cop15-target-to-reverse-biodiversity-loss-by-2030-is-unrealistic/
Organisasi konservasi WWF menyampaikan keanekaragaman hayati global telah menurun pada tingkat yang mengkhawatirkan selama beberapa dekade. Populasi mamalia, burung, amfibi, reptil, dan ikan yang dipelajari telah mengalami penurunan rata-rata 69 persen sejak 1970.
Dalam sebuah artikel tentang apa yang diperlukan untuk mencapai perubahan haluan, Obura dan rekan-rekannya mengatakan membalikkan penurunan ini tidak dapat dicapai hanya dalam delapan tahun. Pasalnya karena diperlukan waktu puluhan tahun bagi populasi tumbuhan dan hewan untuk tumbuh hingga dewasa.
“Sasaran tersebut memiliki harapan dan kerangka waktu pemulihan keanekaragaman hayati yang tidak realistis,” kata Obura.
Dibutuhkan waktu bagi organisme untuk tumbuh, terutama yang bertubuh besar seperti pohon atau herbivora besar yang berdampak besar pada dinamika sistem.
Obura mencontohkan diperlukan waktu 100 tahun atau lebih bagi sebuah ekosistem untuk benar-benar melewati tahap suksesi penting, untuk mencapai titik akhir sesuai dengan apa yang diharakan
Tujuan utama COP15 adalah untuk membengkokkan kurva hilangnya keanekaragaman hayati secepat mungkin tanpa menetapkan tenggat waktu yang kaku untuk sukses.
“Mencapai keadaan akhir saat manusia hidup selaras dengan alam kemungkinan akan memakan waktu setidaknya 80 tahun,” tutur dia.
Obura khawatir kegagalan kolektif lain untuk mengatasi hilangnya keanekaragaman hayati akan merusak kepercayaan global bahwa perubahan itu mungkin terjadi.
Sementara Tom Oliver dari University of Reading, Inggris, mengatakan pemulihan secara penuh tidak mungkin terjadi hanya dalam beberapa dekade.
Hal senada juga dinyatakan, E.J. Milner-Gulland dari University of Oxford tujuan 2030 sangat ambisius.
Tetapi menunda tenggat waktu itu hanya berisiko membuat pemerintah kehilangan kendali dalam hal perubahan sistemik mendasar yang dibutuhkan.
“Target 2030 adalah apa yang sebenarnya kita butuhkan untuk memastikan modal alam kita mulai dipulihkan ke tingkat yang aman bagi manusia dan planet ini,” katanya.