Meteorolog BRIN ungkapkan manusia selamat jika es di Kutub Utara, Greenland, Himalaya dan Kutub Selatan mencair

Koridor.co.id

Ilustrasi Rib diutara Jakarta.

Profesor Meteorologi dan Klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional Edvin Aldrian mengingatkan sudah tidak bisa lagi melakukan antisipasi atau pencegahan menghadapi pencairan es di Kutub Utara, Greenland, Himalaya maupun di Kutub Selatan.

Yang bisa dilakukan saat ini, manusia beradaptasi dengan pencairan es kutub dan perubahan iklim. Itu sebabnya negara-negara Eropa berupaya mendorong agar peningkatan suhu Bumi mendatang tidak lebih dari dua derajat Celsius atas permintaan negara-negara kepulauan.

“Secara teori gas rumah kaca dibutuhkan untuk menjaga agar suhu bisa hangat sehingga suhu tidak terlalu dingin,” ujar Edvin ketika dihubungi Koridor, 16 Februari 2023 ketika sedang berada di Jenewa mengikuti konferensi ahli meteorologi dunia (WMO).

Yang paling dekat ialah bagaimana kalau Pantai Utara Jawa terendam? Kenaikan permukaan laut akan berimbas pada pertanian di pesisir, yang notabene basis persawahan berada di Pantura. Sementara pantai selatan relatif lebih curam.

Selain itu akan terjadi rob dan intrusi air laut yang berimbas pada salinitas dan pH cair pantai. Terjadi juga perubahan suhu air di pesisir. Petani tambak terdampak paling pertama.

“Sementara secara global kenaikan permukaan laut memicu juga iklim ekstrem dan akhirnya berdampak pada keseimbangan dunia,” kata Edvin, seraya mengatakan kenaikan yang akan terjadi sudah di atas satu meter, namun belum mencapai dua meter.

Edvin Aldrian. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Kepala Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Tata Mustasya menyampaikan es di antartika yang mencair sebagai akibat dari peningkatan suhu laut dan perubahan iklim ini akan berdampak pada kenaikan permukaan air laut.

Sebagai negara dengan garis pantai yang panjang dan memiliki kota-kota dan wilayah pesisir, Indonesia akan terdampak dalam bentuk kota-kota dan wilayah yang terendam.

Puluhan juta penduduk akan terdampak, misalnya kehilangan mata pencaharian dan harus mengungsi dan timbul kerugian ekonomi.

“Di Jakarta saja, pemodelan Greenpeace menunjukkan di 2030 kenaikan permukaan air laut bisa menyebabkan kerugian ekonomi sebesar USD75 mili, dan 1,75 juta warga terdampak,” ucapnya.

Jadi langkah yang harus dilakukan semua pihak, pertama mitigasi untuk menghentikan krisis iklim dengan percepatan transisi energi fosil, terutama dari batu bara, ke energi bersih dan terbarukan.

“Ini harus dilakukan segera secara global karena waktu kita semakin sempit sementara dampak krisis iklim semakin nyata dan parah,” kata dia.

Kedua, karena dampaknya sudah terjadi, harus ada upaya adaptasi terhadap dampak tersebut, misalnya terhadap banjir rob yang intensitasnya semakin tinggi.

Lalu ada dua langkah konkret yang harus dilakukan segera. Pertama merealisasikan pembiayaan dan pendanaan adaptasi dan mitigasi secara global oleh negara-negara pencemar. Pembiayaan ini merupakan kunci untuk melakukan mitigasi (termasuk transisi energi) dan adaptasi.

Tata Mustasya. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Semua pemerintah di dunia segera melakukan transisi hijau, di dalamnya memberikan insentif untuk sektor hijau. Misalnya energi matahari, dan disinsentif untuk pencemar, terutama industri energi fosil.

“Percepatan transisi energi menjadi kunci karena lebih dari 70 persen emisi global berasal dari sektor energi,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terkini