Rumaila adalah sebuah kota di selatan Irak, yang dekat dengan ladang minyak. Seharusnya kota itu adalah kota yang makmur, atau memberikan kemakmuran bagi masyarakat. Namun, kalangan penduduk milenial setempat menyebut wilayahnya sebagai ‘pemakaman’. Pasalnya, banyak di antara mereka menderita leukemia.
Seorang ilmuwan lingkungan setempat Prof Shukri Al Hassan mengungkapkan kepada BBC, Sabtu, 1 Oktober 2022 , kanker di wilayahnya sangat marak tak ubahnya, seperti flu.
BBC mengungkapkan, pada 2021, timnya bersua Ali Hussein Julood, seorang penyintas leukemia, berusia 19 tahun, dari Rumaila Utara. Dia menunjukkan sekolah dasar dengan asap dari suar ladang minyak yang mengepul di belakangnya. Ali harus meninggalkan sekolah saat berusia 14 tahun untuk menjalani perawatan.
PBB sudah mengatakan daerah-daerah minyak di Irak, sebagai zona pengorbanan modern, yang lebih memprioritaskan keuntungan daripada hak asasi manusia.
Pembakaran gas adalah pembakaran “boros” gas yang dilepaskan dalam pengeboran minyak, menghasilkan polutan terkait kanker.
BP dan Eni adalah perusahaan minyak besar yang bekerja di lokasi di lokasi tersebut. Di pinggiran Basra, di tenggara Irak, terletak beberapa daerah eksplorasi minyak terbesar di negara itu.
Gas suar dari situs ini berbahaya karena memancarkan campuran kuat karbon dioksida, metana, dan jelaga hitam yang sangat mencemari.
Untuk alasan kesehatan, undang-undang Irak melarang pembakaran dalam jarak enam mil dari rumah orang. Praktiknya jarak permukiman dengan gas yang dibakar hanya kurang dari dua mil.
Pemerintah Irak menyadari dampak yang mungkin terjadi. Sebuah laporan Kementerian Kesehatan Irak yang bocor, dilihat oleh BBC Arabic, menyalahkan polusi udara sebagai penyebab kenaikan 20% kanker di Basra antara 2015 dan 2018.
Ladang minyak terbesar di Basra, Rumaila, menghasilkan lebih banyak gas daripada situs lain mana pun di dunia. Pemerintah Irak memiliki ladang ini, dan BP adalah kontraktor utama.
Ali tidak sendirian, ada anak lain yang jadi korban. Fatima Falah Najem,tinggal 25 mil (40 km) dari Ali di ladang minyak Zubair, bersama orang tua dan enam saudara kandungnya adalah korban lainnya,
Fatima didiagnosis menderita jenis kanker darah dan tulang yang disebut leukemia limfoblastik akut pada usia 11 tahun. Paparan benzena – ditemukan dalam gas suar – dapat meningkatkan risiko orang mengembangkan kondisi ini. Suar terdekat hanya berjarak 1,6 mil (2,6 km) dari pintu depan rumah keluarga. Fatima meninggal November lalu pada usia 13 tahun.
Senada yang dilaporkan BBC, Tim peneliti dari Yale School of Public Health mengungkapkan sebuah studi pada Agustus 2022 bahwa anak-anak kecil yang tinggal di dekat sumur fracking minyak (fracking hidrolik) saat lahir tiga kali lebih mungkin terpapar leukemia.
Laporan yang diterbitkan di jurnal Environmental Health Perspectives, mengamati lebih dari 400 kasus leukemia limfoblastik akut dari sampel sekitar 2.500 anak-anak Pennsylvania yang berusia dua hingga tujuh tahun.
Leukemia adalah jenis kanker yang paling umum pada anak-anak. Meskipun tingkat kelangsungan hidup tinggi, kanker darah sering berimbas pada masalah kesehatan lain di kemudian hari, seperti cacat kognitif dan penyakit jantung.
Sebagai catatan, fracking hidrolik adalah proses minyak dan gas diekstraksi dari jauh di bawah permukaan bumi. Jumlah sumur pada 2000-an di Pennsylvania dan di seluruh negeri saat industri berkembang pesat.
Lebih dari 10.000 sumur fracking dibor di Pennsylvania antara 2002 – 2017, dan sekitar sepertiganya terletak dalam jarak 2 km (sedikit lebih dari satu mil) dari sumur air tanah perumahan, kata studi tersebut.
Studi ini menemukan risiko tertinggi bagi mereka yang tinggal dalam jarak 2 km dari situs fracking, dan yang terpapar di dalam rahim. Data memperhitungkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi risiko kanker.
“[Fracking] melepaskan bahan kimia yang telah dikaitkan dengan kanker, sehingga potensi anak-anak yang tinggal di dekat [sumur fracking] untuk terpapar karsinogen kimia ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama,” kata Nicole Deziel, senior studi tersebut. penulis dan profesor epidemiologi di Yale School of Public Health seperti dikutip dari The Guardian.
Proses fracking membutuhkan injeksi sejumlah besar air dan pasir yang mengandung bahan kimia ke dalam tanah, yang memaksa minyak dan gas masuk ke sumur pengumpulan. Ratusan bahan kimia yang terkait dengan kanker dan masalah kesehatan lainnya dapat digunakan dalam proses tersebut, termasuk logam berat, hidrokarbon aromatik polisiklik, senyawa organik yang mudah menguap, benzena, dan bahan radioaktif.
Air tanah dan permukaan lokal kerap terkontaminasi melalui tumpahan atau pelepasan cairan rekahan atau air limbah yang meresap ke dalam air tanah. Studi tersebut menyebutkan terdapat sekitar 1.000 tumpahan dan 5.000 pelanggaran lingkungan negara bagian Pennsylvania antara 2005 – 2014.
Studi tersebut menemukan bahwa risiko anak-anak meningkat secara nyata saat mereka tinggal lebih dekat dengan sumur migas. Sedangkan mereka yang berada dalam jarak dua kilometer menghadapi risiko tertinggi, levelnya meningkat hingga 10 kilometer dari sumur migas.
Data tersebut dirilis di tengah perdebatan tentang seberapa jauh sumur migas harus berjarak dari tempat tinggal. Dua kilometer, sekitar 6.500 kaki, tetapi Pennsylvania hanya membutuhkan kemunduran 500 kaki, sementara persyaratan beberapa negara bagian serendah 150 kaki.
Colorado, salah satu produsen fracking terbesar, beberapa tahun lalu memberlakukan penyangga 2.000 kaki dalam banyak kasus. Tetapi penulis penelitian mengatakan itu tidak cukup.
“Temuan kami tentang peningkatan risiko leukemia pada jarak 2 km atau lebih dari operasi [fracking], bersama dengan bukti dari berbagai penelitian lain, menunjukkan bahwa jarak kemunduran yang ada, yang mungkin hanya 150 kaki, tidak cukup melindungi kesehatan anak-anak,” urai Cassie Clark, rekan penulis studi dan rekan pasca-doktoral di Yale Cancer Center.