National Ocean Service, sebuah lembaga riset di Amerika Serikat pada Agustus 2022 mengungkapkan hasil penelitiannya di Florida, terkait efek gelombang panas dan pemanasan lautan pada beberapa spesies
Dalam empat tahun terakhir, para peneliti menemukan hampir setiap penyu menetas sebagai betina. Peningkatan tajam penyu betina adalah hasil gelombang panas yang disebabkan oleh perubahan iklim yang secara signifikan menghangatkan pasir di beberapa pantai di sekitar negara bagian.
Kebanyakan hewan seperti penyu, kura-kura, aligator, dan buaya tunduk pada penentuan jenis kelamin yang bergantung pada suhu. Sementara pada spesies lain, pembuahan menentukan jenis kelaminnya.
Jika telurnya dierami di bawah 27,7 derajat Celcius, penyu akan jantan, sedangkan penyu betina akan menetas ketika telur dierami di atas 31 derajat Celcius.
Di masa lalu, suhu akan berfluktuasi antara dua titik ekstrem ini di daerah tempat penyu bertelur. Namun dalam beberapa tahun terakhir, setidaknya di Florida, pasir hangat yang luar biasa telah menyebabkan rasio penyu betina lebih tinggi.
Manajer Rumah Sakit Penyu di Marathon, Florida Keys Bette Zirkelbach mengatakan hal yang menakutkan adalah empat musim panas terakhir di Florida telah menjadi musim panas terpanas dalam catatan.
“Para ilmuwan yang mempelajari tukik dan telur penyu tidak menemukan penyu jantan, jadi hanya penyu betina selama empat tahun terakhir,” kata Bette seperti dikutip The Guardian dan Oceano Graphic Magazine.
Selain menghadapi peningkatan jumlah penyu betina, Rumah Sakit Penyu juga sedang berupaya mengatasi fibropapilomatosis. Itu penyakit yang berpotensi mematikan di antara penyu karena menyebabkan tumor mirip kembang kol tumbuh di tubuh termasuk mata dan mulut. Tumor juga bisa terbentuk di organ dalam.
Penelitian ini mengingatkan riset para ilmuan dari Universitas Georgia, Survei Geologi AS, Universitas California Davis, dan Institut Konservasi Akuarium Tennessee, empat tahun lalu.
Mereka mempelajari penyebab turunnya jumlah populasi penyu, karena berbagai macam hal. Di antaranya, pemanfaatan penyu sebagai hewan peliharaan, makanan, rusaknya habitat penyu, bahkan perubahan iklim.
Namun di antara semua faktor, perubahan iklim dinilai sebagai penyebab utama. Sebanyak 365 spesies penyu bergantung pada suhu lingkungan dalam pembentukan jenis kelamin.
“Iklim yang terganggu saat ini membuat penyu lahir dan tumbuh dalam perbandingan jenis kelamin yang tidak berimbang. Dengan demikian, proses perkawinan dan regenerasi penyu dapat terganggu,” kata Whit Gibbons, profesor emeritus dari Universitas Georgia seperti dilansir National Geographic.
Menanggapi hal itu Campaign Officer Yayasan Penyu Indonesia Muhammad Jayuli mengatakan perubahan iklim akan menyebabkan ketidakseimbangan gender.
Suhu yang tinggi pada sarang akan menyebabkan penyu menetas dengan jenis kelamin betina lebih dominan. Ingat, jenis kelamin penyu ditentukan oleh suhu dalam sarang.
“Ini menjadi pengingat bagi kita bahwa perubahan iklim berdampak pada banyak hal, termasuk pada penyu. Kita bisa menahan laju perubahan iklim jika dilakukan secara bersama-sama dan dalam skala besar. Salah satunya dengan mengajak masyarakat bergaya hidup ramah lingkungan,” paparnya kepada Koridor, Selasa, 6 September 2022.
Padahal, kata Jayuli penyu berperan penting bagi ekosistem laut. Contohnya Penyu Hijau (Chelonia mydas) yang menjaga keberlangsungan hidup lamun dan rumput laut. Ketika mereka merumput maka penyu hijau telah membantu menambah nutrisi dan membantu produktivitas lamun.
Perilaku Penyu Hijau dalam memakan lamun juga membantu penyebaran lamun. Kebanyakan penyu memakan lamun hingga beberapa cm dari pangkal daunnya yang menyebabkan bagian ujung dan lebih tua akan hilang.
Sebagai hasil dari seringnya penyu memakan daun lamun di bagian yang sama, maka lamun hidup menyebar, tidak terkumpul pada satu tempat. Artinya, jika penyu hijau punah maka padang lamun juga akan menghilang dan otomatis habitat ikan di lautan juga terganggu.
Peran dalam menjaga ekosistem laut yang sehat juga dilakukan oleh penyu sisik (Eretmochelys imbricate). Dibekali dengan mulut seperti paruh burung, penyu sisik memakan berbagai jenis spons, dengan demikian mereka dapat mengontrol komposisi spesies dan distribusi spons dari ekosistem terumbu karang.
Spons secara agresif bersaing berebut tempat dengan terumbu karang. Dengan memakan spons maka penyu sisik memberikan kesempatan kepada terumbu karang untuk berkoloni dan bertumbuh.
Tanpa keberadaan penyu sisik maka spons sangat mendominasi terumbu karang yang bisa mengubah struktur ekosistem terumbu karang. Pertahanan fisik dan kimia dari spons itu menghalangi ikan dan sebagian besar mamalia air memakan spons.
“Ketika Penyu Sisik merobek spons, maka nutrisi dalam spons menjadi terbuka dan dapat dimakan oleh spesies laut yang biasanya mereka tidak dapat membuka lapisan luar dari spons tersebut. Jadi secara tidak langsung penyu sisik itu memberi makanan kepada ikan-ikan,” ujar Jayuli.
Setiap spesies penyu berperan penting untuk ekosistem, menjaga kesehatan laut seperti merumput (lamun), mengontrol distribusi spons, memangsa ubur-ubur, mendistribusikan nutrisi, dan mendukung kehidupan mahluk air yang lain.