Sejak 2010 komunitas yang menamakan dirinya Green Education Bandung meyakini bahwa kalau dibiarkan, sampah akan menjadi permasalahan yang mengancam kehidupan manusia. Padahal menjaga lingkungan hidup bisa selaras dengan pemberdayaan ekonomi.
Chie Chie Sarie salah seorang pendiri mencontohkan, kuas bekas cat tembok di rumahnya sayang untuk dibuang. Akhirnya iseng dibuat boneka. Awalnya hanya untuk kebutuhan pelatihan seni limbah dan pameran.
“Ternyata banyak pengunjung yang tertarik dan memesan, akhirnya dia mendapatkan pesanan walaupun jumlahnya tidak banyak,” ujar warga Kelurahan Sekeloa ketika dihubungi Koridor, Rabu (8/6/2022).
Bagaimana dengan kaleng catnya? Menurut alumni Fakultas Komunikasi Universitas Pasundan ini barang-barang itu dibuat untuk menjadi pot. Sampah kaleng lainnya juga bisa dibuat menjadi tempat alat tulis atau tempat sendok.
Sebelum pandemi Covid-19, komunitas ini kerap membuat produk dari limbah mulai dari bingkai foto, vas bunga, jam dinding hingga pajangan bernilai seni. Dalam sebuah pameran, produk mereka bahkan mendapat apresiasi dari wisatawan asing, Botol-botol plastik digunakan untuk media tanaman yang pupuknya juga organik dibuat dari sampah.
Green Education Bandung tidak tanggung-tanggung dalam mengolah sampah. Di tempat kediamannya yang sekaligus jadi markas komunitas ini terdapat kafe untuk membiayai kegiatan, selain kebun hidroponik tanaman sayur dan hias.
Sarie bersama rekan-rekannya mengelola sebuah lahan yang kini digunakan untuk eduwisata di kawasan di Bojong Koneng, Kabupaten Bandung Barat seluas 23 hektare. Kawasan ini yang tadinya lahan tidur ditanami keprok Rimau Gerga Lebong (RGL) yang didatangkan dari Timur Tengah.
Kini ditanami sayur mayur dan menjadi tempat wisatawan terutama anak-anak belajar untuk bisa melakukan sendiri di rumah. Menanam sayur organik selain produknya sehat juga menghadirkan oksigen di halaman rumah mereka. Selain itu para pengunjung bisa hiking dan berinteraksi dengan binatang.
“Kegiatan kami memang sempat terkendala karena pandemi Covid-19, tetapi kami bisa melakukan kegiatan pelatihan secara daring dan membuat produk souvenir,” kata Sarie.
Ke depan komunitas ini mengembang kebun wisata edukasi itu sekaligus sebagai wadah menyebarkan gagasan mengubah paradigma soal lingkungan hidup kepada kalangan yang lebih luas.