Cika Cika dan Kampoeng Tjibarani menggandeng berbagai elemen masyarakat merevitalisasi Cikapundung, dan mendidik anak-anak sejak dini menjaga sungai.

Koridor.co.id

Tjibarani
Aktivitas warga kampung Tjibarani membersihkan sungai Cikapundung. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Pada 5 Juni lalu sejumlah anggota komunitas sepeda lipat Cepot Lipet Bandung bersama Pindad Cycling Community, Brompton Komunitas Kota Kembang, Cakrawala Pindad, Pitlipeut Bandoeng, dan Balikin melaksanakan kegiatan Gowes Bareng dan Menanam Pohon dengan tema “Satu Pohon Sejuta Manfaat” di Kampoeng Tjibarani kota Bandung.

Pohon dapat hidup tanpa bantuan manusia karena bisa mengolah makanannya sendiri sedangkan manusia tidak bisa hidup tanpa pohon. Oleh sebab itulah tindakan penghijauan ini sangat penting bagi manusia.

Ketua Cepot Lipet Bandung Angga menyampaikan sebanyak 60 orang ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Mereka  menanam 60 bibit pohon sesuai jumlah peserta dan menebar 25 karung pupuk di sepanjang lahan sisi Sungai Cikapundung. Pohon yang ditanam berbagai macam jenis. Di antaranya  cendana, salam, mahoni, sawo belanda, matoa, saga, bungur, kenari, trembesi dan keben.

“Kami berharap kegiatan menanam pohon di sisi Sungai Cikapung dapat berkelanjutan dan menjadi motivasi bagi seluruh masyarakat untuk ikut bergerak. Karena dengan menanam pohon dapat mengurangi risiko longsor dan mencegah banjir,” ujar Angga seperti dikutip dari Pikiran Rakyat.

Sejak berdiri dua tahun lalu menurut Wakil Ketua Kampoeng Tjibarani Derry Joaniva perkumpulan masyarakat kreatif itu adalah pergerakan dari warga bantaran berbasis partisipatif dan kolaboratif yang platformnya diharapkan bisa terus menjadi contoh bagi wilayah lain.

“Platform ini bermula dari kami sebagai warga lokal yang merasa kehilangan atas kenangan yang dulu pernah kami alami. Salah satunya masalah kebersihan sungai. Dahulu saya pernah mempunyai pengalaman bisa berenang di sana tanpa melihat tumpukan sampah,” ujar Derry kepada Koridor, 28 Juni 2022.

Kampoeng Tjibarani memiliki luas perimeter 1,985.56  meter per segi. Ada area seluas 2.62 hektare untuk pembibitan sayuran di sekitar wilayah area lokasi tersebut. Hasil dari penjualan dipakai untuk kemajuan warga setempat. Kampoeng Tjibarani meliputi 3 RT di RW11 masuk wilayah Kelurahan Hegarmanah, dan juga Kelurahan Ciumbuleuit, Kota Bandung.

Pihaknya sudah melakukan  edukasi untuk masyarakat yang dimulai dari usia dini dan mencari solusi untuk masalah akses dan pengolahan sampah, bersih bersih sungai dan sebagainya.

“Hasilnya mulai kami rasakan ketika melihat antusiasme warga yang sudah mulai sadar akan kondisi lingkungan sekitar,” imbuh pria kelahiran 2002 ini.

Selain itu ‘Kampoeng Tjibarani menawarkan kepada wisatawan atau pengunjung beberapa program edukasi wisata, weekly market, edukasi konservasi mata air hingga sekolah sungai.

Tjibarani
Komunitas Cika-cika Cikapundung, Bandung. (Foto: Dokumentasi Cika-Cika)

Semangat yang sama juga dinyatakan Komunitas Cika-cika Cikapundung. Brand ini diambil dari nama Cikalapa yang dialiri Sungai Cikapundung, di daerah Dago Pojok Tanggulan, Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong. Komunitas yang berdiri sejak 22 Desember 2012 ini, rutin melakukan aksi bersih bersih sungai secara berkala yang dilakukan oleh hampir semua elemen masyarakat, lembaga dan kewilayahan setempat.

“Kami juga menawarkan program paket eduwisata untuk PAUD dan TK dengan tujuan memperkenalkan sungai dan bantaran Cikapundung kepada anak usia dini,” ujar Humas Komunitas Cika-cika Iin Marsina ketika dihubungi Koridor, beberapa waktu lalu.

Iin mengatakan sekalipun sudah banyak pihak terlibat revitalisasi di Sungai Cikapundung jauh dari kata belum berhasil. Dia hanya berharap dengan melakukan gerakan gerakan kecil bisa ikut memberikan kontribusi.

Dia memberikan masukan kepada Pemda agar pembangunan tata ruang di bantaran Sungai Cikapundung selayaknya diselaraskan dengan alamnya dan ikut aktif dalam gerakan inovasi untuk semua program komunitas sungai dan bantaran Cikapundung.

Artikel Terkait

Terkini