Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak dunia membantu Pakistan saat ia meluncurkan permintaan USD160 juta untuk membantu puluhan juta warga yang terkena dampak bencana.
Setidaknya 1.136 orang telah tewas sejak Juni 2022. Sialnya lagi, jalan, tanaman, rumah dan jembatan hanyut di seluruh negeri.
Rekor monsun tahun ini sebanding dengan banjir dahsyat pada 2010 – yang paling mematikan dalam sejarah Pakistan – yang menewaskan lebih dari 2.000 jiwa.
“Mari kita berhenti berjalan dalam tidur menuju kehancuran planet kita oleh perubahan iklim. Hari ini, Pakistan. Besok, itu bisa menjadi negara Anda,” ujar Guterres seperti dilansir oleh BBC
Dia mengatakan seruan PBB bertujuan untuk memberikan 5,2 juta orang makanan, air, sanitasi, pendidikan darurat dan dukungan kesehatan.
Menurut Gutteres banjir Pakistan adalah sinyal bagi dunia untuk meningkatkan tindakan melawan perubahan iklim.
Para pejabat kepada Washington Post memperkirakan bahwa lebih dari 33 juta warga Pakistan – satu dari tujuh orang – terdampak. Banjir menyapu bersih 1 juta rumah dan menghancurkan sekitar 2.200 mil jalan. Hampir 500.000 orang berada di kamp-kamp pengungsian, dan banyak lainnya tidak punya tempat untuk pergi.
Sadia, seorang siswa di Quetta, ibu kota Provinsi Balochistan, mengaku tidak berdaya karena keluarganya terputus di desa asal mereka Jhal Magsi, sekitar delapan jam perjalanan.
“Anda tidak dapat menemukan satu rumah pun yang aman sekarang. Mereka berada di bawah langit tanpa bantuan,” ucap Sadia.
Sementara Zahida Bibi, warga Lahore mengatakan barang-barang menjadi sangat mahal karena banjir ini, sehingga warga tidak dapat membeli apa pun.
Para korban membutuhkan pertolongan pertama seperti tenda, tempat berteduh dan sembako. Mereka tidak bisa memasak apa-apa. Mereka butuh air bersih untuk minum. Otoritas Pakistan menyebut hingga Agustus 2022 ini kerugian sudah menembus USD10 miliar.
Situasi banjir paling parah terjadi di provinsi-provinsi seperti Sindh dan Balochistan, tetapi daerah pegunungan di Khyber Pakhtunkhwa juga terkena dampak parah.
Ribuan orang telah diperintahkan mengungsi dari desa-desa yang terputus di Lembah Swat utara, di mana jembatan dan jalan tersapu – tetapi bahkan dengan bantuan helikopter, pihak berwenang masih berjuang untuk menjangkau mereka yang terperangkap.
“Desa demi desa telah musnah. Jutaan rumah telah hancur,” kata Perdana Menteri Shehbaz Sharif, 28 Agustus 2022 setelah terbang di atas daerah itu dengan helikopter.
Sharif mengatakan banjir menghancurkan panen. Pemerintah sedang mempertimbangkan mengimpor gandum untuk menghindari kekurangan makanan.
“Pakistan menerima hujan lebat, dan sering kali merusak, selama musim hujan tahunannya, yang sangat penting untuk pertanian dan persediaan air. Tapi hujan deras seperti itu belum pernah terlihat selama tiga dekade,” tuturnya seperti disiarkan The Guardian.
Bantuan mulai berdatangan setelah Pakistan mengajukan permohonan. Uni Emirat Arab dan Turki telah mengirimkan tenda dan obat-obatan, sedangkan Amerika Serikat, dan Inggris telah menjanjikan dukungan mereka.
Dana Moneter Internasional mengatakan telah menyetujui pinjaman USD1,2 miliar untuk negara tersebut.