Warga Desa Handil Terusan di Delta Mahakam, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur menyadari menanam mangrove jenis sonneratia alba atau rambai laut bukan saja berfungsi sebagai benteng alami terhadap air pasang dan abrasi.
Penduduk desa yang didominasi nelayan ini sadar bahwa daerah mereka adalah habitat dari sembilan kelompok monyet bekantan, yang masing-masing mempunyai populasi sekitar 11-16 ekor. Tanaman ini adalah makanan kegemaran hewan yang disebut sebagai monyet belanda itu.
Itu sebabnya menurut Ketua Yayasan Mangrove Lestar Delta Mahakami, salah satu LSM lokal di daerah itu Ahkmad Nuriyawan masyarakat desa yang berpopulasi lebih dari dua ribu jiwa ini bersedia menanam dua puluh ribu bibit mangrove rambai laut di daerah delta. Kegiatan ini sudah dilakukan bertahun-tahun dan terus menerus.
“Mereka sadar kalau bekantan itu tidak mendapatkan mangrove, maka mereka akan tersingkir dari habitat tersebut dan digantikan oleh monyet ekor hitam yang suka memasuki rumah penduduk dan membongkar dapur,” ujar Nuriyawan ketika dihubungi Koridor, 25 Juli 2022.
Pihaknya, bersama masyarakat Handil Terusan, berencana membangun ekowisata. Nantinya, ada treking untuk melihat beragam jenis mangrove dan habitat bekantan. Penduduk bisa mendapatkan manfaat sebagai pemandu wisata dan menyediakan rumah mereka sebagai homestay dan membangun pertanian hutan.
Hanya, memang penduduk desa itu perlu bekerja keras menanam mangrove karena mereka juga menghadapi rusa kalimantan. Hewan ini gemar memakan daun muda dari tanaman ini. Ditambah sebab lain menurut Nuriyawan hanya 50 persen dari mangrove yang ditanam di kawasan ini tumbuh.
Selain itu di Desa Handil Terusan, Yayasan Mangrove Lestari Delta Mahakam juga mendorong keterlibatan nelayan di Desa Badak Ulu dan Sepatin untuk menanam mangrove. Selain nelayan, di dua desa itu terdapat petani tambak udang yang menempati lahan yang seharusnya untuk mangrove.
Untuk pemulihannya lanjut dia, dengan mengembangkan strategi berkelanjutan agar pemberdayaan ekonomi masyarakat dan keberlangsungan mangrove berjalan seiring. Sebagian dari tambak ditanam mangrove, sementara tambak tetap ada. Hasilnya 75-80 persen mangrove bisa terus hidup.
Kepala Seksi Perencanaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Delta Mahakam Syahruni menyampaikan kawasan mangrove seluas 110 ribu hektare ini perlu direstorasi, apalagi ke depannya menjadi kawasan penyanggah Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang sedang dipersiapkan.
Sejak belasan tahun atau puluhan sudah ada pendatang bermukim sekitaran delta membuka hutan mangrove menjadi tambak. Waktu ditetapkan oleh Menteri Pertanian pada 1983 sebagai hutan produksi sudah ada aktivitas-aktivitas lain di dalamnya.
Kerusakan lingkungan sudah terjadi pada sekitar 54 ribu hektare hutan mangrove. Sisanya ada hutan mangrove primer dan mangrove sekunder karena ada sebagian tambak yang tidak aktif tumbuh kembali.
Didukung LSM lokal dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), pihaknya berupaya mengatasi masalah menyangkut konservasi mangrove dengan skema perhutanan sosial. Caranya dengan memberikan akses, petambak boleh mengelola hutan sosial selama 5 hingga 35 tahun dengan tambak ramah lingkungan.
Mereka bisa memelihara ikan dan kepiting di tengah tanaman secara longgar. Dengan demikian kualitas air tambak juga terjaga dan mangrove bisa ditanam.
“Memang tidak bisa 100 persen dipulihkan tertutup, tetapi 60% saja sudah bagus,” ujar Syahruni ketika dihubungi Koridor dalam kesempatan berbeda.
Juru Bicara YKAN untuk Delta Mahakam Alfan Subekti mengatakan program restorasi mangrove merupakan kemitraan antara YKAN dengan Yayasan BIOMA serta Yayasan Mangrove Lestari. Tujuannya mengembangkan perlindungan, restorasi dan rehabilitasi mangrove di Delta Mahakam atas azas partisipasi, kerjasama dan kesetaraan.
Program ini merupakan bagian dari salah satu inisiatif model kesepakatan pembangunan hijau Kalimantan Timur. Mekanisme pengembangan program adalah dengan membangun rasa kepemilikan terhadap program melalui penyediaan insentif kinerja atas kelompok masyarakat desa atau dusun Muara Ulu Kecil, Muara Kembang, Muara Pegah, serta berapa desa lainnya.
Produktivitas perikanan di sekitar delta Mahakam menjadi jauh lebih tinggi, kemampuan bentang lahan Delta Mahakam untuk mensekuestrasi (menangkap dan menyimpan) karbon dan emisi menjadi jauh lebih besar.
Hal ini berimplikasi pada ketersediaan oksigen yang lebih besar serta kemampuan memitigasi perubahan iklim atau gas rumah kaca setidaknya pada wilayah sekitar.
“Itu artinya Delta Mahakam akan berkontribusi pada upaya pencegahan pemanasan global yang sedang terjadi meskipun kontribusinya terbatas,” pungkasnya.