60% populasi global diperkirakan tinggal di kota-kota Eropa dan ASEAN pada 2030

Koridor.co.id

Para peserta pertukaran pemuda Uni Eropa-ASEAN pembangunan berkelanjutan -Foto: Situs Uni Eropa.

Pada 31 Maret hingga 1 April 2023, Uni Eropa menggelar  ‘Pertukaran Pemuda UE-ASEAN tentang Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan’ di Bangkok. Pemuda dan pakar dari kedua wilayah berpartisipasi dalam diskusi panel dan lokakarya untuk mencari cara memperkuat peran generasi muda dalam mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan.   

Mereka dengan penuh semangat merancang peta jalan kampanye untuk membangkitkan kesadaran di kota-kota tempat mereka berasal masing-masing. Hasil dari upaya mereka akan dipamerkan di Forum Walikota ASEAN pada Agustus 2023.

Kegiatan ini menampilkan sesi kolaboratif untuk pemuda dan praktisi terpilih dari UE dan ASEAN. Sesi ini bertujuan  menyoroti potensi pemecah masalah muda yang belum dimanfaatkan dalam membentuk kota mereka dan mencari cara untuk secara aktif melibatkan mereka dalam proses pembuatan kebijakan.

Sebanyak 35 delegasi pemuda dari UE dan ASEAN yang berpartisipasi dalam acara. Bangkok adalah pemimpin komunitas yang berpengaruh dalam pembangunan kota, pengelolaan lingkungan, dan perubahan iklim.

Organisasi yang diwakili termasuk Modal Pemuda Eropa (EYC), Forum Pemuda Eropa (EYJ), Forum Pemuda ASEAN (AYF), Organisasi Pemuda ASEAN (AYO) dan Asosiasi Jurnalis Muda Lingkungan (AYEJ), bersama dengan pemerintah daerah, akademisi dan LSM.

Rhyma Permatasari, salah seorang dari delegasi Indonesia mengungkapkan tujuan konferensi ini untuk memaksimalkan apa yang sudah dilakukan peserta sebelumnya.

“Kami mencari tahu bagaimana cara fundraising yang baik, menjalin kerja sama baik, memaparkan kampanye melalui media,” ujar Rhyma ketika dihubungi Koridor, Senin, 3 April 2023.

Perempuan asal Bandung ini mewakili Buruan SAE, program dari Pemerintah Kota Bandung  dan Yayasan CAI  yang digagasnya.

Perempuan kelahiran 1994 ini mengutarakan kegiatan Yayasan CAI yaitu konservasi air, krisis air. Sementara untuk keamanan pangan bekerja sama dengan Buruan SAE, serta  konflik terbaru yaitu thrift shop (barang loakan).

Menurut Rhyma banyak hal yang dibicarakan khususnya mengenai bagaimana menjadi kota yang berkelanjutan, berangkat dari aktivitas di daerah masing-masing.  Peserta juga membahas regulasi,  birokrasi, kolaborasi dengan instansi.

“Saya kebagian di sesi grup yang membahas tentang sampah makanan dan keamanan pangan,” ujar alumni Psikologi Universitas Maranatha Bandung ini.

Duta Besar UE untuk ASEAN Igor Driesman menuturkan saat ini kedua wilayah menghadapi tantangan urbanisasi. Aksi eksternal UE untuk 2022-2027, yang bertujuan untuk melibatkan pemuda dalam kebijakan dan keputusan.

“Uni Eropa ingin  memberdayakan mereka dengan keterampilan dan pengetahuan, dan menghubungkan mereka dengan rekan-rekan mereka di kedua wilayah untuk pembangunan berkelanjutan,” ujarnya seperti dikutip dari https://www.eeas.europa.eu/delegations/association-southeast-asian-nations-asean/empowering-youth-shape-sustainable-urban_en 

Anggota Dewan di European Youth Forum dari Finlandia, Natalia Kailio, 27 tahun mengatakan, Kaum muda sering dipandang hanya sebagai pemangku kepentingan yang relevan dalam kehidupan malam atau pendidikan, tetapi kerap diabaikan di bidang lain.

“Kami menginginkan didengar dan dilibatkan  dalam pengambilan keputusan  di semua aspek kehidupan perkotaan. Berkolaborasi dan belajar lintas generasi adalah kunci keberhasilan transisi kota menjadi tempat yang lebih inklusif dan lebih menarik bagi semua orang,” tutur dia.

Koordinator Kampanye dan aktivis pemuda dari ASEAN, Qyra Yusri berharap agar kaum muda terlibat dalam kampanye pembangunan berkelanjutan.  

“Kami ingin kampanye ini dimiliki dan dibangun sepenuhnya oleh Anda. Kami dengan penuh semangat antisipasi untuk mempresentasikan ide-ide dan mengkonsolidasikan pembelajaran dari kampanye di Forum Walikota ASEAN,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terkini