Kali Code dengan sejarah panjangnya banyak dimanfaatkan masyarakat. Upaya untuk melestarikannya harus terus digelorakan

Koridor.co.id

Kali Code
Kali Code, Yogyakarta. (Foto: Irvan Sjafari/Koridor)

Prinsip ideal pengelolaan sungai adalah : “satu sungai satu perencanaan terintegrasi. Kini pelestarian Kali Code berbasis budaya diaktualisasikan dengan Merti Kali Code. Memetri atau meruwat adalah jiwa ” nguri uri” (merawat) yang akan terus ditumbuhkan pada setiap warga Yogyakarta.

Totok Pratopo, 55 tahun terpanggil untuk ikut merawat Kali Code, sungai sepanjang 42 kilometer yang berhulu di Gunung Merapi, Berhilir di Kali Opak, Bantul, Laut Selatan. Alumni Jurusan Pendidikan Biologi IKIP Yogyakarta itu adalah salah satu penerus Komunitas Kali Code yang dirintis Romo Mangun.

Kali Code memiliki sejarah panjang dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta. Sejak dahulu, Kali Code telah banyak dimanfaatkan pemerintah dan masyarakat, baik untuk irigasi, air minum, maupun pemenuhan kebutuhan lain akan air. Kali ini  salah satu sungai yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi berupa  banjir lahar dingin.

Kali ini terkait dengan sumbu filosofi Keraton Yogya : Merapi – Code – Kraton – Panggung Krapyak – Pantai Selatan.  Sebagai catatan sekitar 17.000 jiwa penduduk kota hidup di sepanjang Kali Code.

Ketua Pemerhati Kali Code  (kelompok pelestarian Kali Code Berbasis Budaya) bersama komunitasnya ikut terlibat membersihkan sungai secara berkala, melakukan edukasi pengelolaan limbah, edukasi kebencanaan lahar hujan Kali Code hingga gerakan nol sampah sejak 2009.

Kelompok ini bersama warga melakukan aktivitas melakukan identifikasi jenis ikan Kali Code, penghijauan sempadan sungai hingga penanaman tanaman biofilter  untuk mengurangi dampak polutan. Kelompok ini mengacu pada suasana pinggir sungai di kota-kota besar seperti Singapura, Jepang, Malaysia, dan Thailand menjadi ruang publik yang terpelihara baik.

“Jika menggunakan ukuran kualitas air sungai, uji petik oleh Dinas Lingkungan Hidup DIY, Kali Code belum ada peningkatan. Tetapi sampah padat di sungai sudah banyak berkurang. Salah satunya karena peran satgas kebersihan sungai di bawah kendali DLH Kota Yogyakarta,” tutur Totok ketika dihubungi Koridor, 25 Juni 2022.

Dia mengakui aspek ekologi yang lain tentang keanekaragaman hayati, terutama di ruas perkotaan juga belum ada peningkatan signifikan. Ruang-ruang untuk habitat beberapa jenis burung endemik belum terwujud. Ini menjadi salah satu pekerjaan rumah di masa depan.

Pada 2022 ini, kelompok menggagas dan merealisasikan tema white blue pada Kali Code 1001 Jetisharjo bertujuan untuk memperkuat branding kampung, dan terus akan ditingkatkan dengan menambah spot spot photo selfie.

“Saat ini sedang dikembangkan IPAL portable riset Prodi Teknik Kimia FT UGM untuk menangani limbah UMKM sepanjang Kali Code,” tandasnya.

Kampung Kali Code 1001 Jetisharjo juga mengembangkan ekowisata jelajah kampung. Para mahasiswa atau wisatawan yang berminat diajarkan mengenai bagaimana mengolah sungai berbasis komunitas, seperti mengetahui persoalan sampah, limbah, dan membatasi sempadan menjadi hunian. Wisatawan juga dapat mencoba trekking sepanjang 3 kilometer dengan rute dari Kewek hingga Kampung Jetisharjo. 

Artikel Terkait

Terkini