Hutan Mangrove bukan hanya berfungsi konservasi dan penjaga pantai alami, juga bisa jadi wisata alternatif yang instagrammable

Koridor.co.id

Taman Mangrove Angke (Foto: Irvan Sjafari/Koridor)

Sejak akhir 1990-an dan 2000-an awal timbul kesadaran berbagai pihak  untuk melakukan  konservasi mangrove merebak ke seluruh Indonesia.  Memang perlu kerja keras baik dari pemerintah daerah hingga kelompok masyarakat untuk menciptakan ekowisata ciamik, yang tidak semudah membalikan telapak tangan.

Selain menghadapi kerusakan tanaman bakau yang parah, para perintis ini menghadapi kawasan penuh sampah hingga pelaku pembalakan liar. Berikut lima di antara taman wisata konservasi hutan bakau yang cukup behasil.

Taman Wisata Alam  Mangrove  Angke

Taman Wisata Alam Mangrove Angke, Jakarta Utara resmi berdiri pada  25 Januari 2010. Butuh 12 tahun, sejak 1998  untuk merestorasi lahan yang tadinya ditempati penambak liar yang merusak alam dan mangrove dan dipenuhi sampah.

Kini destinasi wisata konservasi ini hadir bak surga hijau di tengah gemerlap properti Jakarta, bersebelahan dengan kawasan elite Pantai Indah Kapuk.  Setelah direhabilitasi luas tanaman mangrove  mencapai  40%  dari lebih dari 10  spesies, di antaranya bakau besar (Rhizophora mucronata Lam.), bakau merah/slindur (Rhizophora stylosa), tancang (Bruguiera gymnorrhiza), api-api/sia-sia (Avicennia alba).

Areal parkirnya cukup luas. Untuk memasuki kawasan ini pengunjung merogoh kocek yang cukup besar, yaitu Rp30 ribu. Tapi kalau untuk dipakai sebagai lokasi pra wedding atau pemotretan biayanya masih ditambah dan dikenakan charge sekitar Rp1,5 juta.   Uang didapat digunakan untuk biaya pemeliharaan taman konservasi ini.

Yang menonjol  dari  taman ini ialah jalan jembatan kayu melingkar di atas air, melewati kawasan mangrove hingga danau besar.  Terdapat beberapa pondokan bagi mereka yang berminat menginap. Kalau jeli pengunjung bisa melihat biawak berseliweran di saluran air.

Menempuh perjalanan di jalan jembatan ini memberikan pengalaman tersendiri  karena di batas horizontal memberikan sensasi. Terlihat beberapa gedung pencakar langit menandakan memang berada di Kota Jakarta dan beberapa kali pesawat terbang lewat di atas pengunjung.  Terdapat juga spot menara untuk melihat burung beterbangan. Penjelajahan taman ini juga bisa menggunakan sampan.    

Untuk mencapai kawasan ini  Anda yang menggunakan kendaraan dapat menjadikan bangunan Sekolah Buddha Tzu Chi sebagai patokan.

Ekowisata Rumah Edukasi Silvofhisery

Kabupaten Demak punya kawasan wisata mangrove yang disebut sebagai Ekowisata Rumah Edukasi Silvofishery terletak di Desa Kedungmutih, Kecamatan Wedung dengan Kedung (Kabupaten Jepara). Lokasi ini bisa dicapai dari pusat Kota Demak sekitar 35 kilometer dari Kota Jepara maka jaraknya sekitar 30 kilometer.

Ekowisata Rumah Edukasi Silvofishery (Foto: Instagram/WisataDemak)

Untuk menjelajah hutan mangrove ini pengunjung dapat menelusuri jembatan bambu dan kayu yang digunakan untuk trekking.  Selain menghirup udara segar dan menikmati susana hutan, mendengarkan kicau burung,  wisatawan dapat berfoto di sejumlah spot yang instagramable. Kenyamanan pengunjung didukung dengan adanya gazebo terbuat dari limbah kayu dan bambu untuk beristirahat.

Hutan mangrove ini berbatasan langsung dengan Sungai Wulan Drainese (SWD) I membuat pengunjung mengamati aktivitas para nelayan menangkap ikan.  Disediakan juga tempat untuk wisatawan belajar pembibitan dan penanaman mangrove.  Tentunya juga kafe buat mereka yang ingin menikmati berbagai hidangan  jika perut keroncongan atau sekadar melepas dahaga.

Hutan mangrove tersebut mulanya adalah program dari Amcross 2016-2017 dengan penanaman 25 ribu pohon dan dikelola oleh Siaga Benacna Berbasis Masyarakat binaan PMI. Untuk masuk tempat wisata ini pengunjung cukup merogoh kocek Rp3.000, namun untuk belajar mangrove mengluarkan biaya Rp15.000.

Hutan Mangrove Kulon Progo

Lokasinya berada di Dusun Pasir Mendit kecamatan Temon, Kulon Progo. Hutan mangrove yang satu ini berada di atas aliran Sungai Bogowonto.  Hutan bakau dengan luas 5 hingga 6 hektare ini terbilang asli sejak beratus tahun sudah ada, namun untuk wisata baru berdiri pada 2006 dikelola oleh kelurahan setempat.

Taman mangrove Kulon Progo (Foto: Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo)

Pendirian ini bertujuan konservasi  tanaman bakau untuk mencegah terjadinya abrasi. Tempat wisata yang menyuguhkan wisata alternatif dan edukatif ini, merupakan kawasan konservasi tanaman bakau pertama yang ada di Yogyakarta.  Berlokasi tidak jauh dari Pantai Congot, tepatnya di Dusun Pasir Mendit, Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kulon Progo, tempat wisata ini sangatlah mudah diakses.

Menurut Kiswato, staf pengelola Hutan Mangrove Kulon Progo dengan harga tiket Rp8.000 per orang, wisatawan bisa menikmati terekking di atas jalan jembatan  bambu yang didesain ciamik. Ada fasilitas gazebo, rumah makan hingga naik sampan dari fiber.

“Kami juga mempunyai tempat parkir yang luas dan sarana untuk mereka yang ingin berkemah,” ujar Kiswanto ketika dihubungi Koridor, 22 Juli 2022.  

Wisatawan dapat menikmati hamparan hutan bakau di pesisir pantai dan Sungai Bogowonto. Wisata Mangrove di Kulon Progo ini dibagi menjadi tiga kawasan: wisata Mangrove Pasir Mendhit (paling barat), lalu wisata Mangrove Jembatan Api Api (Tengah), dan wisata Mangrove pantai kadilangu (paling timur).  Tempat ini juga dirancang untuk wisatawan milenial yang gemar berfoto.

Ekowisata Mangrove Wonorejo

Kota Surabaya, Jawa Timur memiliki ekowisata Mangrove  di Wonorejodi Surabaya, yang memiliki lebih dari setengah spesies bakau di Indonesia. Vegetasi asli yang tumbuh di daerah ini didominasi oleh bakau, api-api, pidada, dan buta-buta. Beberapa jenis tumbuhan lain juga ditemukan di kawasan ini seperti ketapang dan nipah.  Sebelum menjadi kawasan wisata daerah ini menjadi tempat pembalakan liar hingga akhirnya ditindak tegas oleh Pemeirntah Kota Surabaya pada 2008.

Taman wisata Mangrove Wonorejo. (Foto: Bappeko/Surabaya.go.id)

Hutan Wisata dengan  luas kurang lebih 200 hektare mempunyai  83 spesies burung eksotik dan langka, seperti bambangan kuning, cangak merah, perkutut Jawa, dan punai gading. Di Hutan Mangrove Wonorejo ini, pengunjung akan melihat monyet jenis laut atau monyet berekor panjang yang hidup bebas.

Dalam area tersebut dibangun berbagai fasilitas penunjang wisata, seperti kolam pancing, pendopo, kantin, hingga sewa perahu yang digunakan untuk menjelajahi rawa mangrove. Selain menggunakan perahu, hutan mangrove juga bisa dijelajahi melalui jogging track yang sudah disiapkan oleh pihak pengelola.

Untuk bisa fasilitas ini pengunjung membayar harga tiket seharga Rp25 rbu untuk dewasa dan Rp15 ribu untuk anak-anak.

Kawasan Koservasi  Mangrove dan Bekantan Tarakan

Kota Tarakan, Kalimantan Timur mempunyai  hutan mangrove  seluas 21 hektare  yang berfungsi sebagai paru-paru kota dan pelindung dari abrasi air laut. Wisata konservasi yang diresmikan pada 2003, dengan luas 22 hektare ini,  mempunyai karakter adanya kayu ulin yang dijadikan jembatan panjang. Selain itu pengunjung bisa menyaksikan satwa endemik langka yaitu kera bekantan.

Kawasan konservasi mangrove dan bekantan kota Tarakan (Foto: Instagram/Borneo24)

Pada saat air surut, keindahan pohon bakau akan tampak dari pucuk pohon sampai ke akar-akar tunjang yang mencengkram tanah berlumpur. Wisatawan bisa melihat  salah satu ikan unik yang biasa disebut dengan ikan gelodok atau tempakul mondar mandir yang mengeluarkan suara yang cukup keras.

Sebaliknya saat air mulai pasang, pengunjung dapat menyaksikan ular-ular laut berenang, ikan, serta berbagai satwa laut yang menampakan dirinya di waktu-waktu tertentu. Pada saat ini wisatawan bisa menangkap kepiting tradisional dengan ambau.

Taman ini terletak persisnya di Karang Rejo, Tarakan Barat, Karang Rejo, Kecamatan  Tarakan Bar. Untuk masuk ke kawasan konservasi pengunjung diminta membayar tiket masuk sebesar Rp5.000.

Artikel Terkait

Terkini