Harimau kembali menyerang ternak di kawasan Solok Selatan. BKSDA Sumbar tawarkan solusi Nagari Ramah Harimau

Koridor.co.id

Ilustrasi harimau-Foto: Shutterstock.

“Aku harus menumpas harimau-harimau keparat itu. Kambing dan dombaku sudah punah, bahkan nyawa anak gembala yang tercinta itu sudah direngut dengan kasar.” Demikian kebencian seorang pemburu pada harimau dalam cerpen “Harimau-harimau, Pemburu dan Bau Busuk”, karya Korie Layun Rampan pada 15 Oktober 1972

Apa yang dinyatakan tokoh pemburu  dalam cerpen itu pas benar menggambarkan konflik antara manusia dan harimau di tanah Sumatera.  Empat puluh tahun sudah berlalu, tetapi konflik itu terus terjadi.  Termasuk di ranah Minang, tempat harimau di satu sisi  adalah hewan yang dihormati sampai dijuluki Inyiak Balang. 

Bagi orang Minang harimau simbol keperkasaan seorang pendekar silat. Dalam sejarah Perang Padri ada tokoh harimau nan selapan. Harimau adalah sekutu tetapi sekaligus seteru.

Yang paling anyar terjadi di Jorong Koto Rambah, Nagari Lubuak Gadang Utara, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan pada 4 Maret 2023 menjelang Asar. Dua ekor kerbau milik warga diterkam harimau, satu mati dan satu terluka.

Wali Nagari Lubuak Gadang Utara, Joni Pardilo menyampaikan paha bagian belakangnya dimakan oleh pemangsa harimau, serta satu ekor lagi luka pada bagian kaki.

Lokasi ternak warga dekat dengan kawasan hutan di Nagari Sangir.  Ini merupakan serangan kedua, setelah pada Februari 2023 seekor sapi yang diterkam dan mati. Harimau yang memangsa ternak warga Sabtu kemarin adalah harimau yang sama.

Sementara itu, Kepala BKSDA Sumbar, Ardi Andono menyebutkan,  warga awalnya sempat menduga harimau yang muncul dilepaskan BKSDA.  Namun dia menduga harimau menyerang Kerbau ini adalah anak harimau yang belajar berburu.

“Kemungkinan ini belum dewasa harimaunya dan belajar berburu mangsa,” ujar Ardi seraya mengatakan budaya warga mengembalakan ternak tidak dikandangkan, tetapi dibiarkan di tengah lapang.

Pada November 2022, harimau menyerang dua ternak kerbau warga di Jorong Lubuk Gadang, Nagari Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan. 

Harimau di Kabupaten Solok kerap memasuki wilayah manusia.  Pada awal April 2022, Kota Solok gempar karena seekor harimau Sumatera  berjalan santai di kota ini.  Harimau memangsa seekor sapi dan meninggalkan jejak lain di berbagai tempat di kota itu.

Pada April 2029 seekor harimau Sumatera memasuki perkampungan di Jorong Bariang, Nagarian Lubuk Gadang Utara, Kabupaten Solok Selatan, Sumbar dan menyerang sapi milik warga.

Nagari Ramah Harimau

Menurut Ardi konflik manusia dengan satwa liar khususnya Harimau Sumatera merupakan permasalahan kompleks, karena bukan hanya berhubungan dengan keselamatan manusia tetapi juga satwa itu sendiri.

Kerugian yang umum terjadi akibat konflik di antaranya, rusaknya tanaman pertanian dan atau perkebunan serta pemangsaan ternak oleh satwa liar, atau bahkan menimbulkan korban jiwa manusia.

Di sisi lain tidak jarang satwa liar yang berkonflik mengalami kematian karena keterlambatan dalam penanganan di lapangan. Dengan demikian penanganan konflik haruslah didasari tujuan untuk meminimalisir efek negatif kepada kehidupan sosial manusia, ekonomi, kebudayaan, dan pada konservasi satwa liar dan atau pada lingkungannya.

Sebagai salah satu solusi mengatasi hal-hal tersebut maka BKSDA Sumatera Barat menginisiasi Nagari Ramah Harimau. Tujuannya, menciptakan nagari yang bersahabat dan berkontribusi dalam pelestarian Harimau Sumatera selain itu juga sebagai perwujudan keterlibatan masyarakat dalam mitigasi konflik.

Nagari Ramah Harimau bertujuan untuk mempersiapkan Nagari yang mandiri dalam penanganan konflik Harimau Sumatera di wilayah Nagarinya. Konflik yang tidak terkendali akan menyebabkan kerugian yang luar biasa dari kedua pihak yakni Alam dengan Harimau Sumatera dan Manusia tentunya.

Kemandirian penanganan konflik berupa ADAPTASI dan MITIGASI, Adaptasi diartikan sebagai upaya menyesuaikan diri dengan lingkungan yang terdapat Harimau Sumatera sedangkan Mitigasi merupakan upaya mengurangi dampak dari adanya Harimau Sumatera. Dengan demikian masyarakat di nagari tersebut dapat hidup berdampingan dengan Harimau Sumatera.

“Jadi solusinya hidup berdampingan dengan harimau, menciptakan nagari ramah harimau. Nagari ramah harimau sudah ada 5, ” ujar Ardi  ketika dihubungi Koridor, 20 Maret 2023.

Untuk mengembalakan ternak harus keluar hutan secara temporer. Jadi salah satunya bikin kandang komunal anti harimau. Kandang komunal baru bisa didirikan di Agam.

“Masyarakat sudah diberikan pengertian,” tutup Ardi.

Artikel Terkait

Terkini