
Jakarta, Koridor.co.id – Dinas Taman dan Margasatwa Australia Barat menyampaikan 51 ekor paus bersirip panjang yang terdampar di Pantai Cheynes, selatan ibu kota Perth sejak 25 Juli 2023 itu mati.
Mamalia laut yang mati itu bagian dari hampir 100 paus yang terlihat di pantai.
Para ahli dari dinas tersebut bersama para relawan bekerja sepanjang malam, berjibaku melawan suhu dingin untuk memantau mamalia tersebut. Masih ada 45 ekor paus lainnya yang masih hidup. Namun, para relawan kesulitan mengembalikan mereka ke perairan.
Sekitar 200 relawan dan petugas Departemen Keanekaragaman Hayati, Konservasi, Atraksi Australia berupaya menyelamatkan mereka.
Namun akhirnya para penyelamat terpaksa menyuntik mati mamalia laut yang tersisa dalam keadaan sekarat ini guna mengakhiri penderitaan mereka.
“Mungkin salah satu keputusan tersulit dalam 34 tahun saya mengelola satwa liar. Benar-benar sulit,” kata Manajer Departemen Keanekaragaman Hayati, Konservasi, dan Atraksi Peter Hartley kepada DW.
Pakar satwa liar berspekulasi terdamparnya mamalia laut itu menjadi indikator stres atau adanya penyakit di dalam kawanan. Namun, penyebab yang sesungguhnya akan tetap menjadi misteri.
“Peneliti akan mengambil sampel dari bangkai paus untuk dianalisis sebelum dikubur di lokasi pedalaman,” kata Hartley.
Dia menambahkan hasil analisis itu akan berkontribusi banyak untuk mempelajari perilaku paus, genetika mereka, dan apakah mamalia itu berkerabat satu sama lain.
Paus Mamalia Sosial
Mamalia adalah hewan yang sangat sosial yang sering merawat hubungan kekeluargaan yang kompleks dengan polongnya sejak lahir.
Pemerintah merilis rekaman drone yang menunjukkan paus pilot berkelompok dan membentuk bentuk hati sebelum terdampar.
Situs Euronews mengungkapkan fenomena mamalia laut itu terdampar di dekat Australia dan Selandia Baru bukan hal yang jarang terjadi.
Oktober lalu, sekitar 500 paus pilot terdampar di Kepulauan Chatham yang terpencil di Selandia Baru.
Para ilmuwan tidak sepenuhnya memahami mengapa peristiwa terdampar massal ini terjadi. Salah satu kemungkinannya adalah bahwa sifat paus pilot yang sangat ramah.
Bec Wellard, ilmuwan mamalia laut di Project Orca, mengatakan sifat mudah akrab ini membuat mereka mengikuti rekan satu kelompok yang mungkin menjelajah ke perairan berbahaya.
“Jika kesehatan paus yang masih hidup terganggu, kita harus melakukan penilaian. Apakah upaya untuk mengapungkan kembali mereka bisa memperpanjang penderitaan mereka.” (Irvan Sjafari).