Namanya mengingatkan pada legenda bulutangkis Indonesia Rudi Hartono, juara All England delapan kali. Namun pemuda dari Desa Sungai Kupah, Kabupaten Kubu Raya ini juga mencatatkan prestasi, berkarya di bidang lain, lingkungan hidup, tepatnya di pelestarian mangrove.
Inovasinya penanaman dilakukan dengan 2 cara yaitu daring dan luring , dimana para wisatawan diajak memilih dan menanam bibit setelah itu akan ditentukan titik koordinatnya untuk pemantauan menggunakan aplikasi. Adapun aplikasi tersebut bisa diunduh di ponsel sehingga para wisatawan bisa selalu memantau perkembangan pohon yang ditanamnya.
Rudi tergerak untuk melestarikan mangrove ketika mendengar keluhan masyarakat bahwa pengunjung menikmati panorama desa itu, tetapi sayangnya jalan yang menuju kampungnya rusak parah, hingga perlu dibuat inovasi agar desanya diperhatikan pemerintah.
“Kami berbatasan dengan Laut Natuna, sering terjadi banjir rob karena hutan mangrove banyak berkurang,” ujar Rudi dalam Webinar Inspirasi dari Anak Muda Pemenang Kalpataru 2022 yang dielar Forum Pojok Desa, Senin, 2 Agustus 2022.
Rudi mengajak para pemuda desa berdiskusi menyatukan visi pengembangan desa. Mereka memanfaatkan limbah jadi swafoto dan menggunakan cat untuk membuat spot-spot swafoto. Namun cepat rusak karena ternyata masyarakat menggunakan cat air. Mereka bekerja bergotong royong dan tidak ada dana. Rudi memulai gerakan ini pada 2016.
“Awalnya gerakan kami dicemooh. Dengan kreativitas apa adanya kami bisa membawa orang dari kota ke desa, walaupun banyak mendapat komentar negatif karena jalan hancur,” ungkap Rudi.
Rudi dan para pemuda melakukan penanaman mangrove dan membuat trekking untuk wisatawan. Kegiatan menanam mangrove dilakukan seminggu sekali. Mereka mampu menggelar Festival Telok Berdiri pada 2018 dan terus berlangsung beberapa kali.
Kini kawasan Hutan Mangrove di Ekowisata Telok Berdiri memiliki luas total 15 hektare yang berfungsi untuk penahan abrasi dan ombak serta digunakan untuk perkembangbiakan ikan.
Selain ekowisata mangrove, Desa Sungai Kupah juga mengembangkan potensi lokal dengan membuat kerajinan tangan dan juga makanan khas seperti abon ikan dan kue stik udang. Ekowisata Telok Berdiri berhasil mendapat nominasi Anugerah Pariwisata Indonesia 2021.
“Alhamdullilah kegiatan festival makanan dan hiburan rakyat pada 2019 mendapatkan bantuan pondok wisata dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kemenparekraf memberikan bantuan bangunan fisik senilai Rp980 juta dan membangkitkan semangat desa yang tadinya dipandang sebelah mata,” tutur Rudi.
Masyarakat jadi yakin bahwa walau jauh dari Pontianak bisa memberikan hasil. Wisatawan bukan hanya melihat trekking mangrove tetapi melihat mangrove mereka tanam. Secara fisik langsung ke lokasi mangrove yang ditanam maupun dipantau secara daring.
Dampak pertambahan mangrove, kepiting dan udang gaah yang dulu susah didapat menjadi lebih mudah. Masyarakat giat membersihkan lingkungan, membersihkan jalan, membersihkan sampah secara gotong royong, dampak sosial tingkat silaturahmi setiap Jumat membersihkan sungai.
Selain itu Rudi dan timnya memberdayakan para ibu-ibu membuat anyaman bakol, polibag yang terbuat dari daun nipah. Kini sudah diekspor ke India. Perlahan ekonomi masyarakat meningkat.
Rudi mendorong masyarakat mengelola limbah sabut kelapa, bekerja sama dengan Kesatuan Pengelola Hutan Kabupaten Kubu Raya. Hasilnya pola pikir para pemuda tidak lagi kerja di kota atau menjadi TKI tetapi tetap di desa. UMKM karya ibu-ibu dijual di hotel-hotel di Kalbar hingga secara daring.
Jalan infrastruktur 8 kilometer yang rusak parah hingga 2019 bisa diperbaiki dan pada 2020 terealisasi. Masyarakat Sungai Kupah bisa makan bersama di jalan raya.
Kerja keras Rudi membuatnya menyabet Juara 2 Pemuda Pelopor pada 2000, Juara 3 KLHK generasi hijau menjaga Bumi 2000. Desa Sungai Kupah termasuk enam besar ekowisata terbak di Indonesia 2021 dan 300 besar desa wisata Indonesia.
Menparekraf Sandiaga Uno berkunjung ke desa menjadi suntikan semangat bagi warga. Menteri yang pertama kali berkunjung ke Desa Sungai Kupah.
“Waktu anugerah penerimaan Kalpataru untuk kategori perintis, saya mengajak 10 pemuda desa dan Pak RT yang sering dibully. Kami patungan ke Jakarta. Prestasi ini bukan milik saya pribadi, tetapi peran banyak pihak,” urai pria kelahiran 1995 ini.