
“Alhamdullilah. Suhu udara sudah menurun. Kini sekitar 24 derajat. Selama musim panas kami mengalami gelombang panas dan musim kering dengan suhu antara 34 derajat hingga 38 derajat,” ujar Yunita, seorang ibu rumah tangga asal Indonesia yang bermukim di Brabant Utara, Belanda ketika berbincang dengan Koridor melalui chat media sosial, Senin, 12 September 2022.
Warga Eropa Barat seperti Yunita menanti datangnya musim gugur yang resminya jatuh antara 21 hingga 23 September mendatang dan berharap gelombang panas berakhir.
Sayangnya masalah lain yang sama besarnya menanti. Yunita dan banyak warga Eropa lainnya merasakan dampak perang Rusia-Ukraina yang masih berkecamuk, membuat harga listrik dan gas menjadi tidak terkendali.
“Biasanya saya membayar gas dan listrik per bulan mencapai 150 Euro, namun sekarang 800 Euro. Sekalipun di Belanda banyak perusahaan yang bersaing di bidang energi dengan patokan harga masing-masing dan tidak menopoli seperti di Tanah Air,” tuturnya.
Persoalannya naiknya harga gas listrik berdampak efek domino mendorong harga-harga yang lain juga naik. Selain itu rakyat Eropa masih merasakan dampak gelombang panas yang membuat panen tidak optimal.
Selain itu harga bensin dan solar melambung. Kerosin untuk pesawat juga naik dan membuat harga tiket mahalnya minta ampun. Yunita mengaku pernah mengalami tidak adanya minyak goreng dan kini harganya dua kali lipat.
Yunita menyatakan, Belanda mempunyai beban lain karena bergabung dengan Uni Eropa wajib menampung pengungsi dari negara-negara yang terlibat perang. Padahal, Negeri Kincir Angin itu, menghadapi kekurangan perumahan. Kalau pun ada, harganya mahal sekali.
Selain warga, sektor usaha juga mengeluhkan lonjakan harga energi. Sektor bisnis roti di Belanda menghadapi gelombang penutupan. Biaya telah meningkat sebanyak 10 kali lipat.
Inflasi di Belanda mencapai 12% pada Agustus 2022, Statistik Belanda mengungkapkan sebagian besar didorong oleh lompatan 151% tahun-ke-tahun dalam harga gas dan listrik.
“Saya mendengar dari banyak pengusaha bahwa jika ini bertahan lebih lama, mereka harus menutup toko,” kata Marie-Helene Zengerink, manajer umum Asosiasi Pembuat Roti dan Kue Belanda, yang memiliki 1.600 afiliasi. tukang roti seperti dikutip dari Reuters.
Associated Press juga mengungkapkan Eropa kini menghadapi krisis energi yang menekan keuangan rakyat biasa. Hanya dalam beberapa minggu bisa menjamur menjadi pemadaman bergilir dan penutupan pabrik. Banyak ekonom mengatakan resesi sedang dalam perjalanan.
Para pemimpin negeri Eropa berpikir membantu warga miskin, yang paling terpukul oleh tagihan listrik, gas dan makanan yang lebih tinggi. Selain itu mereka harus menenangkan pasar listrik dan gas yang telah rusak, dengan kenaikan harga yang berfluktuasi lebih dari sepuluh kali lipat.
Eksportir milik negara Rusia, Gazprom dalam tulisannya di AP News mengatakan pipa utama ke Jerman tetap ditutup. Rusia menyalahkan kebocoran minyak dan mengklaim masalah tidak dapat diperbaiki karena sanksi PBB yang melarang banyak transaksi dengan Rusia.
Rusia telah menghentikan pasokan gas alam murah yang diandalkan benua itu selama bertahun-tahun untuk menjalankan pabrik, menghasilkan listrik, dan memanaskan suhu di dalam rumah. Tanpa itu, harga energi yang tinggi mengancam akan menyebabkan resesi musim dingin.
Para pejabat Eropa mengatakan itu adalah pemerasan energi, yang bertujuan menekan dan memecah belah Uni Eropa sebagai pembalasan karena mendukung Ukraina melawan invasi Rusia. Penghentian pipa Nord Stream 1 berarti pengiriman gas Rusia telah turun 89% dari tahun lalu.
Masih ada beberapa gas Rusia yang mengalir ke Eropa melalui pipa yang melewati Ukraina ke Slovakia, dan yang lainnya melintasi Laut Hitam ke Turki dan kemudian ke anggota UE Bulgaria.
Mengingat penyempitan pasokan Rusia yang lambat sejak musim panas lalu, para pejabat mengatakan Eropa harus siap untuk nol gas Rusia musim dingin ini.
Imbasnya inflasi yang membuat konsumen tidak memiliki banyak uang untuk dibelanjakan karena kenaikan biaya untuk makanan, bahan bakar, dan utilitas.
Selain memanaskan rumah dan menghasilkan listrik, gas digunakan untuk menyalakan berbagai proses industri yang kebanyakan orang tidak pernah pikirkan. Katakanlah misalnya, menempa baja untuk dimasukkan ke mobil, membuat botol kaca, dan mempasteurisasi susu dan keju.
Perusahaan memperingatkan bahwa mereka sering tidak dapat beralih dalam semalam ke sumber energi lain seperti bahan bakar minyak atau listrik untuk menghasilkan panas. Karena semua orang mencari pasokan alternatif, harga bahan bakar minyak dan batu bara juga meningkat. Dalam beberapa kasus, peralatan yang menampung logam cair atau kaca akan rusak jika panas dimatikan.
Celakanya gelombang panas dan musim kering telah merusak pembangkit listrik tenaga air dari sungai dan waduk. Armada 56 pembangkit listrik tenaga nuklir Prancis berjalan dengan kekuatan setengah karena mengalami penghentian.
Penyebabnya, masalah korosi pada pipa dan perbaikan utama, pembaruan dan pemeriksaan keselamatan. Gelombang panas membatasi penggunaan air sungai untuk mendinginkan pembangkit listrik, dan tingkat air yang lebih rendah di Sungai Rhine Jerman mengurangi pasokan batu bara ke generator.
Dalam pembalikan peran, Prancis berbicara tentang pengiriman gas alam ke Jerman, sedangkan Jerman mengekspor listrik ke Prancis. Biasanya, sebaliknya.
Analis di Rystad Energy mengatakan Eropa harus bisa menghadapi kekurangan listrik yang serius segera bulan ini. Apabila tidak ada antisipasi, Eropa bersiap menghadapi musim dingin ini, terburuk, pengurangan 15% dalam penggunaan gas. Ini dapat menyebabkan penjatahan listrik dan pemadaman listrik.
Untuk antisipasi sementara Eropa telah menyiapkan semua pasokan gas alternatif yang dapat disediakan: lebih banyak gas alam cair, atau LNG, yang datang dengan kapal dari Amerika Serikat dan meningkatkan gas pipa dari Norwegia dan Azerbaijan.
.