Dilema Brazil, ikut kepentingan Eropa menahan laju deforestasi Amazon. Cegah emisi karbon atau pertahankan ekonomi?  

Koridor.co.id

Ilustrasi deforestasi Amazon-Foto: Shutterstock.

Pada minggu ketiga September 2022 ini sejumlah perusahaan swasta Brasil berupaya memperlambat perusakan hutan Amazon. Menggunakan konferensi iklim besar di New York 20-21 September 2022,  memikat investor agar mendukung rencana pelestarian.

Pelestarian Amazon dinilai menjadi kunci untuk menjaga keseimbangan iklim planet ini, tetapi petak luas hutan telah dihancurkan dalam beberapa tahun terakhir karena peningkatan pembangunan dan perlindungan lingkungan yang santai.

“Idenya, mencoba jalan yang berbeda, untuk menawarkan solusi melalui investasi swasta,” kata Luciana Ribeiro, mitra di ekuitas swasta eB Capital, yang membantu menyelenggarakan KTT Iklim Brasil di Universitas Columbia, salah satu acara terkait konferensi iklim seperti dikutip dari https://www.reuters.com/business/sustainable-business/amazon-burns-brazilian-firms-tap-investors-new-york-help-2022-09-20/ 

Perusahaan swasta  ini yang mendukung memperlambat laju deforestasi menjauhkan diri dari pemerintahan Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Pimpinan Negeri Samba dikritik karena melonggarkan penegakan hukum lingkungan.

Dipimpin kepala eksekutif di Future Carbon Group Marina Cancado melakukan roadshow  mencari investor untuk pembelian 1 juta hektare kawasan hutan di Amazon untuk pelestarian. Kredit karbon akan membantu membiayai usaha tersebut.

“Melestarikan hutan dulu hanya tentang pengeluaran. Sekarang berubah, Anda bisa mendapatkan keuntungan darinya,” kata Henrique Dantas, konsultan iklim dan keberlanjutan BCG.

Dia mengatakan kebutuhan untuk penyeimbangan karbon akan meningkat di seluruh dunia karena perusahaan berusaha menetralisir emisi, dan melestarikan serta memulihkan hutan merupakan peluang besar dalam menghasilkan kredit tersebut.

Salah satu perusahaan, Re.Green, telah mengumpulkan USD80 juta dengan investor ekuitas swasta; mereka fokus pada restorasi hutan di Amazon dan di hutan Atlantik Brasil.

Perusahaan minyak Shell (SHEL.L) pada Juli mengumumkan telah menginvestasikan USD40 juta ke Carbonext, sebuah perusahaan yang berfokus pada pelestarian Brasil.

Perusahaan lain yang bekerja dengan gagasan melestarikan hutan menggunakan kredit karbon dan pengelolaan kegiatan ekonomi lokal yang berkelanjutan termasuk Nemus Holdings, Biofilica dan AYA Initiative, dipimpin oleh pengusaha Prancis Alexandre Allard.

Sejak Januari hingga Agustus 2022, sekitar 7.943 kilometer per segi hutan Amazon musnah.  Jumlah itu menurut LSM lingkungan hidup terbesar selama 15 tahun, setara dengan Pulau Puerto Rico. Salah satu penyebab kerusakan terbesar ialah kebakaran. Pada Agustus 2022 terdapat 33.116 titik api ilegal, level tertinggi dalam 12 tahun.

LSM lingkungan global Greenpeace menyampaikan kebakaran hutan di Amazon sering kali sengaja dinyalakan. Banyak dari mereka yang memulai kebakaran adalah perampas tanah ilegal yang didorong oleh kebijakan antilingkungan Presiden Brazil, Jair Bolsonaro seperti dikutip dari https://www.greenpeace.org/international/story/55533/amazon-rainforest-fires-2022-brazil-causes-climate/ 

Mereka membakar hutan, bertujuan membuka lahan untuk penggunaan lain, seperti peternakan sapi, menanam pakan ternak, atau pembalakan liar. Secara ekonomi memang pertanian dan peternakan merupakan komoditas andalan Brazil.

Pembangunan pertanian

Negeri ini merupakan produsen kacang kedelai nomor satu dunia dengan produksi 134 juta metrik ton dan produsen daging sapi nomor empat dunia dengan produksi  29,341 juta ton. Deforestasi di Brasil sebagian didorong oleh meningkatnya permintaan ekspor daging sapi dan kedelai, terutama ke Tiongkok dan Hong Kong.

Dalam tujuh bulan pertama pada 2019, ekspor kedelai ke Tiongkok naik sebesar 18% akibat ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Brasil adalah salah satu pengekspor daging sapi terbesar, menyumbang lebih dari 20% perdagangan komoditas global. 

Amazon menyumbang 14 juta dari 284 juta hektare perkebunan kedelai di Brasil. Meskipun tebang -dan- bakar dapat dikendalikan, petani yang tidak terampil dapat menyebabkan kebakaran hutan.

Persoalannya deforestasi hutan Amazon dituding memberikan kontribusi emisi karbon.  Ketika hutan ditebang atau dibakar, karbon dilepaskan ke atmosfer, berkontribusi terhadap pemanasan global.

Hutan hujan Amazon adalah rumah bagi masyarakat adat dan keanekaragaman hayati kawasan yang tak tertandingi. Melindungi hak-hak Masyarakat Adat dan masyarakat adat beserta tanahnya berarti melindungi masa depan semua orang. Kita semua membutuhkan masa depan yang mencakup hutan hujan Amazon yang sehat dan berkembang.

Sebuah survei yang dirilis oleh Amazon Environmental Research Institute (IPAM) pada Oktober 2021 menunjukkan bahwa padang rumput ternak menempati 75% dari area deforestasi di lahan publik di Amazon.  

Penyebab lain deforestasi termasuk pembangunan jalan raya baru, jalan penebangan, bendungan, dan tambang.

Hutan utuh terbesar di dunia, hutan hujan Amazon mencakup 2,6 juta mil per segi di sembilan negara di Amerika Selatan: Brasil, Bolivia, Peru, Kolombia, Ekuador, Venezuela, Guyana, Suriname, dan Guyana Prancis. Sekitar 60 persen dari Lembah Amazon berada di Brasil, dan Greenpeace Brasil telah bekerja selama 30 tahun untuk melindunginya.

Jair Bolsonaro terpilih sebagai Presiden Brasil pada Oktober 2018 dan menjabat pada Januari 2019. Pemerintahnya menjalankan kebijakan melemahkan perlindungan hutan hujan, namun menguntungkan bagi petani untuk melanjutkan praktik tebang-dan-bakar pembukaan lahan, sehingga mempercepat deforestasi dari tahun-tahun sebelumnya.

Saat menjabat, Bolsonaro memotong USD23 juta dari badan penegakan lingkungan Brasil, sehingga sulit bagi badan tersebut untuk mengatur upaya penggundulan hutan seperti dikutip dari https://www.nationalfiretraining.net/kebakaran-hutan-hujan-amazon/ 

Bolsonaro menegaskan pembangunan prioritas negaranya sesuai janji politiknya yang didukung industri agribisnis dan pertambangan. Presiden menuduh pihak asing hanya ingin suku Amazon tetap hidup terbelakang. 

“Jika mereka menginginkan hutan yang indah untuk disebut milik mereka, mereka seharusnya tidak ada di negara mereka. Amazon adalah milik orang Brazil, dan akan selalu begitu,” ujar Bolsonaro.

Artikel Terkait

Terkini