Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI) di desa yang terletak dalam wilayah Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali pada 27 Juni 2022 menghasilkan pengembangan Greening Smart Tourism Village by Leveraging Circular Economy.
Sejumlah tenaga staf pengajar lintas disiplin seperti Hadining Kusumastuti, Diaz Pranita dan Mila Vidensyasari. Konsepnya mendukung pembangunan berkelanjutan berbasis digital dalam lingkup pariwisata dalam rantai nilai pariwisata.
Hadining menyampaikan konsep circular economy yang diadopsi Desa Kenderan diharapkan menjadi keunikan tersendiri dibandingkan desa wisata lainnya. Vokasi UI juga membantu pemecahan masalah lingkungan yang dihadapi warga yaitu, sampah rumah tangga, sampah pertanian, sampah hasil industri kerajinan kayu, sampah plastik hingga sampah sisa hasil kegiatan upacara agama atau adat.
“Konsep circular economy yang diadopsi berupa desain model industri dengan prinsip nol sampah (zero waste) dan menggunakan pendekatan 5 R, yaitu reduce, reuse, recycle, recovery dan repair. Masyarakat desa kami berikan edukais mengenai pengelolaan sampah melalui pemisahan sampah plastik dan sampah organik yang diolah menjadi pupuk kompos dengan memanfaatkan lubang biopori,” ungkap Hadining.
Ketua Pokwardis Desa Kenderan I Wayan Dumya menyambut baik kehadiran Vokasi Universitas Indonesia (UI) konsep desa wisata hijau yang ditawarkan pihak Vokasi UI sejalan dengan komitmen membangun desa wisata secara holistik, berbasis masyarakat dengan memperhatikan pelestarian lingkungan dan seni budaya.
Wayan Dumya berharap kerja sama dengan Vokasi UI, didahului penandatangan MoU sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian. Tujuannya, menjadikan desa wisata hijau dengan memanfaatkan teknologi yang ada hingga meningkatkan kesejaterahan masyarakat.
Secara ekologis penerapan konsep ini membuat terpeliharanya kebersihan dan keasrian di lingkungan pura, selain lingkungan tempat tinggal dan umum, hingga membuat taman bunga di setiap sudut yang membuat semerbak wangi.
“Saat ini masyarakat mulai tergerak membangun giant biopori sebagai teba modern untuk mengolah sampah organik menjadi kompos yang digunakan untuk memupuk tanaman yang menjadi produk unggulan. Dengan sendirinya sampah plastik akan dipilah dan dikelola bersama dan menciptakan sentra kerajinan daur ulang,” ujar pria kelahiran 1967 ini kepada Koridor, 19 Juli 2022.
Pria yang sempat mengenyam pendidikan di Fakultas Hukum Agama (Prodi Hukum Adat Hindu) di Institut Hindu Dharma Denpasar mengakui limbah memang menjadi salah satu permasalahan yang cukup krusial di Desa Wisata Kenderan, terutama sampah non organik seperti plastik dan sejenisnya yang susah diurai secara alami. Upacara adat dan agama kerap memberikan potensi meninggalkan sampah.
“Untuk itu kami menerapkan konsep eco temple secara ketat seperti penggunana plastik sekali pakai sebagai pembungkus sarana upacara sembahyang. Pecalang akan mengambil plastik tersebut dan membawanya ke bank sampah. Tentunya juga mengadaan kegiatan bersih-bersih secara gotong royong yang melibatkan berbagai unsur dalam masyarakat,” paparnya.
Lanjut Dumya, masyarakat tergerak dan semakin peka terhadap pemanfaatan material yang tersedia di lingkungan sekitar untuk diolah menjadi produk-produk bernilai ekonomi untuk dijual secara fisik sebagai suvenir bahkan secara daring.
Sejauh ini, dia belum mengetahui siapa yang akan ditunjuk menjadi penyedia layanan (provider) untuk menyediakan layanan jaringan internet dengan kecepatan tinggi dengan jangkauan luas.
“Kami juga membutuhkan Bapak Asuh untuk mengolah sampah pertanian seperti sekam dan padi, sampah kerajinan ukiran kayu yang dapat diolah menjadi bahan yang bernilai ekonomis,” katanya.
Sebagai catatan Desa Kenderan merupakan desa tua, dikelilingi landskap alam yang sangat indah, seperti air terjun yang memikat dan 7 macam sumber mata air abadi yang disucikan (beji). Potensi Desa Kenderan di bidang sosial budaya meliputi seni ukir, seni lukis, seni tari, seni tabuh, tradisi mekukung, mepeed, ngaturang tirta ening, melasti yang selalu dilaksanakan saat ada upacara piodalan di Pura.
Selain itu Desa Kanderan menyimpan banyak peninggalan sejarah berupa sarkofagus yang diperkirakan berasal dari 600 hingga 500 SM yang tersimpan di berbagai tempat seperti Pura Batulusu di wilayah Subak Uma Lawas. Masyarakat Desa Kenderan sangat menyucikan keberadaan temuan arkeologis ini. (Irvan Sjafari).