Aktivis Lingkungan: Bandung Masih Layak Huni

Koridor.co.id

Taman Kota Bandung – Ilustrasi suasana taman Kota Bandung, jaswa Barat. Foto: Dok Ist

Bandung, Koridor.co.id – Bandung termasuk top-tier city, dengan indeks Most Liveable City Index (MLCI ) di atas rata-rata. Kota yang 25 September ini merayakan hari jadinya yang ke 213 itu masih layak huni.

Aktivis Bandung Food Smart City Theresia Gunawan menyatakan hal itu merujuk hasil survei pada 2022 yang menggunakan 28 kriteria untuk mengukur kelayakhunian suatu kota. Kota Bandung memunyai indeks tertinggi dalam aspek energi, fasilitas peribadatan, keselamatan, dan kesehatan.

Theresia memaparkan survei itu menggunakan skala penilaian 1-100. Untuk kota Bandung, aspek kebersihan mendapatkan nilai 69, persampahan 73, penyediaan air bersih 76, pengelolaan air kotor dan drainase 72, serta penataan kota 62.

“Tentunya, diperlukan upaya-upaya bersama untuk meningkatkan indeks MLCI ini agar membuat kota Bandung semakin layak dan nyaman untuk dihuni,” ujar Theresia kepada Koridor, Rabu (27/9/2023).

Hanya, dalam pengelolaan sampah ada masalah yang signifikan di berbagai kota, termasuk Bandung. Dalam beberapa tahun terakhir, telah ada upaya meningkatkan pengelolaan melalui program seperti pengurangan sampah, daur ulang, dan peningkatan infrastruktur pengelolaan sampah.

Masalah Sampah Jadi Tantangan

Namun, masalah sampah masih menjadi tantangan. Hal itu seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kapasitas TPA Sarimukti tidak mampu lagi menampung sampah yang ada.

Oleh karena itu, perlu kerja sama pemilahan sampah dari sumbernya sehingga sampah yang masuk ke TPA dapat berkurang. Semestinya, setiap rumah tangga memilah dan mengolah sampah organik di lingkungan mereka.

“Sampah plastik, botol, dan kertas yang memiliki nilai ekonomis dapat disetor di bank sampah. Tanpa upaya ini, kerusakan lingkungan hidup akan semakin parah dan pemanasan global akan semakin meningkat,” ujar Theresia yang juga dosen Universitas Parahyangan.

Pentingnya Ruang Terbuka Hijau

Menurut Theresia, Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah elemen penting dalam menciptakan kualitas lingkungan yang baik di kota. Kota Bandung memiliki sejumlah taman dan area hijau.

Sayangnya, pertumbuhan penduduk kota yang cepat dapat mengancam alokasi RTH karena meningkatnya kebutuhan hunian, lahan komersial, dan kebutuhan lainnya. Untuk itu, pemerintah harus tegas dan memiliki rancangan pengembangan RTH berkelanjutan guna menjaga keseimbangan ekosistem kota.

Polusi udara di Kota Bandung berasal dari kendaraan bermotor, pabrik, dan aktivitas industri lainnya. Upaya mengurangi emisi kendaraan dan meningkatkan penggunaan transportasi berkelanjutan/clean energy perlu mendapat perhatian. Transportasi merupakan salah satu aspek dari MLCI. Sayangnya, Kota Bandung mendapatkan indeks terendah.

“Selain itu, ketersediaan sumber air bersih dan kualitas air sangat penting bagi keberlanjutan kota. Perubahan iklim dan pertumbuhan urbanisasi dapat mengancam pasokan air bersih di masa depan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga dan mengelola sumber air dengan baik,” ujarnya.

Perlunya Penyelamatan Sumber Air

Sementara itu, pada kesempatan terpisah aktivis lingkungan Bandung Rahmat Kurnia alias Rahmat Leuweung mengatakan secara umum permasalahan lingkungan hidup di Kota Bandung cenderung jalan di tempat. Maksudnya, masih dalam kurva datar, tidak menurun juga belum naik signifikan.

Untuk Mata Air secara topografis, dataran tinggi Bandung adalah Kawasan bandung Utara (KBU). Di sanalah sumber utama kebutuhan air bagi warga Kota Bandung. Sayangnya, belum ada upaya “greget” untuk menyelamatkan sumber-sumber mata air di KBU dari gempuran pembangunan dan perubahan fungsi lahan.

“Untungnya, kesadaran warga Kota Bandung cenderung meningkat, sehingga  dapat diimbangi,” ujar Rahmat.

Rahmat juga menyoroti masalah sampah. Dampak kebakaran TPA Sarimukti pada Agustus silam sangat terasa bagi warga Kota Bandung. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran dalam pengelolaan atau penanganan sampah bagi warga Kota Bandung belum cukup tinggi.

“Tentu, hal ini lantaran belum optimalnya upaya pemerintah dalam pengelolaan sampah. Indikator yang paling mudah adalah bagaimana kondisi sungai di Kota Bandung masih semrawut dengan masalah sampah,” paparnya.

Namun untuk RTH, secara umum di Kota Bandung sudah meningkat. Salah satunya adalah pengelolaan RTH kawasan Babakan Siliwangi. Konsep pengelolaan yang mampu membangun interaksi manusia dan alam perlu diadaptasikan di tempat-tempat lain.

Dengan adanya semacam koridor jembatan, mengurangi interaksi langsung yang berpotensi mengganggu tanaman atau pohon. Catatan bagi pengelola wilayah-wilayah RTH Kota Bandung dalam hal ini Pemkot untuk meningkatkan pengawasan dari dampak kekumuhan dan dampak sosial lainnya. Perlu upaya meningkatkan sarana bagi edukasi. (Irvan Sjafari)

Artikel Terkait

Terkini