Berdasarkan data dari Badan Pusat Statisik (BPS) Provinsi Riau luas hutan di provinsi ini relatif stabil. Pada 2021 total luas hutan mencapai 5,352 juta hektare, jumlah ini turun sedikit dibanding dua tahun sebelumnya 5, 392 juta hektare. Namun dibandingkan 2016 yang luasnya mencapai 5,499 juta hektare maka penurunan ini lebih tajam.
Berbagai upaya dilakukan untuk mempertahankan atau menambah luas itu. Pada 28 Februari 2023 sebuah NGO Belantara Foundation, bersama DLHK Provinsi Riau, KPHP Minas Tahura menggandeng ASKUL Corp., Marubeni Flx, Asia Pulp & Paper Japan Ltd. (APPJ) dan APP Sinarmas melakukan penanaman simbolis di kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim (SSH), Giam Siak Kecil-Bukit Batu.
Kegiatan ini merupakan upaya untuk memperluas keterlibatan stakeholders sektor swasta dalam kerja sama mengenai program restorasi atau pemulihan hutan untuk mendukung beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan / SDGs.
Kegiatan ini bertujuan melestarikan jenis pohon yang terancam punah, yang telah di canangkan oleh DLHK Provinsi Riau bersama Belantara Foundation pada pertengahan tahun lalu. Jenis pohon yang digunakan antara lain balangeran (Shorea balangeran) dan meranti bunga (Shorea leprosula) sebanyak 20 pohon, yang keduanya termasuk dalam kategori pohon langka yang perlu dilestarikan.
Tahura SSH merupakan kawasan hutan konservasi yang berada di wilayah Kampar, Siak, dan Pekanbaru, Provinsi Riau. Tahura SSH memiliki keanekaragaman spesies flora dan fauna yang cukup tinggi. Sedikitnya terdapat 127 spesies tumbuhan asli di kawasan hutan tersebut, 42 spesies burung, 4 spesies reptilia, dan 16 spesies mamalia.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna mengungkapkan sejak pertengahan 2022, pihaknya mulai melakukan penanaman di Tahura SSH. Belantara Foundation memilih Tahura SSH sebagai area program pemulihan hutan dalam rangka mendukung Provinsi Riau.
Provinsi ini berupaya berkontribusi ke dalam pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia untuk pengurangan emisi gas rumah kaca di Pulau Sumatra.
Dolly Priatna mengatakan pemulihan hutan dapat mengembalikan fungsi pengaturan tata air dan iklim mikro ekosistem hutan.
Selain itu reforstasi membantu mengurangi risiko kerusakan lingkungan seperti erosi, tanah longsor, tercemarnya sumber air, turunnya muka air tanah, kebakaran lahan, dan polusi udara. Selain itu, pemulihan hutan juga dapat memperbaiki kualitas lingkungan, termasuk kualitas udara, kualitas air, pohon, tanah, serta habitat dan populasi satwa liar.
“Sesuai dengan misi dari UNSDGs yaitu No one left behind dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, kami menggunakan pendekatan kolaborasi multipihak, salah satunya dengan menggandeng sektor swasta dari Jepang untuk mendukung gerakan pemulihan hutan di Pulau Sumatra khususnya di Provinsi Riau,” kata Dolly dalam keterangan tertulisnya.
Sementara Kepala DLHK Propinsi Riau, Mamun Murod mengemukakan bahwa upaya untuk memulihkan ekosistem hutan, khususnya di Tahura SSH menjadi tanggung jawab bersama. Tak hanya pemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat, pihak swasta dan masyarakat juga harus berpartisipasi aktif dalam upaya tersebut.
“Dengan adanya pemulihan hutan, maka ekosistem hutan dapat berkontribusi untuk upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta mendukung pemenuhan NDC Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi karbon di Provinsi Riau,” ujar Mamun Murod.
Ketua Kelompok Tani Hutan Tahura SSH, Dana Syahputra mengatakan bahwa program pemulihan hutan yang dilakukan bersama Belantara Foundation ini dapat membantu masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan hutan yang terdegradasi secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.
Sementara itu, Representative Director APPJ, Tan Ui Sian menyebutkan bahwa salah satu upaya dan kontribusi APPJ dalam melestarikan lingkungan melalui berpartisipasi pada program pemulihan hutan di kawasan Tahura SSH, Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Riau.
Dia berharap upaya tersebut dapat mendukung target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (SDGs)/ ke 15, yaitu melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem.
Dia mengatakan pihaknya mendukung target SDGs ke 13 yaitu mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya ; dan target SDGs ke 17, yaitu menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan”, imbuh Tan.
Pada tahun ini, kegiatan penanaman simbolis telah dilakukan dua kali. Penanaman simbolis yang pertama di Tahura SSH pada 17 Januari 2023. Bibit pohon yang ditanam yaitu balangeran (Shorea balangeran), merbau (Intsia bijuga) dan meranti (Shorea leprosula).