Siapakah pemenang pemilu Malaysia?

Koridor.co.id

Pizaro Gozali Idrus
Dosen HI Universitas Al Azhar Indonesia dan Mahasiswa S3 HI Universitas Sains Malaysia

Malaysia akan menggelar pemilu ke-15 yang besejarah pada hari ini atau bertepatan pada 19 November 2022 untuk merebut 222 kursi parlemen. Mereka yang berhasil meraih 50% suara +1 dapat membentuk pemerintahan yang baru. Namun demikian, pemilu kali ini diperkirakan melahirkan persaingan sangat ketat karena untuk pertama kalinya pilihan raya di negeri jiran itu melahirkan 4 faksi politik.

Mereka antara lain: Pertama Barisan Nasional yang diketuai UMNO. Mereka mengusung petahana Ismail Sabri sebagai perdana menteri. Kedua, Pakatan Harapan yang mengusung tokoh oposisi Anwar Ibrahim.

Ketiga, Perikatan Nasional (PN) yang diketuai bekas perdana menteri Muhyiddin Yassin. Keempat, Gerakan Tanah Air yang dipimpin politisi senior Mahathir Mohammad.

Lantas siapakah di antara mereka yang berpeluang memenangkan pertarungan?
Berdasarkan Survei lembaga opini global YouGov antara 8 hingga 14 November, PH memperoleh 35% suara diikuti Perikatan Nasional, aliansi yang dipimpin mantan perdana menteri Muhyiddin Yassin sebesar 20%.

Sedangkan Barisan Nasional 17%. Dari jumlah itu, sebanyak 20% responden belum mengungkapkan pilihan mereka yang dapat membuat persaingan tetap terbuka lebar.
Meskipun Pakatan Harapan diprediksi mendulang suara di perkotaan Malaysia, blok oposisi itu tetap memerlukan suara daerah perdesaan, di mana Barisan Nasional dan Perikatan Nasional menjadi mayoritas.

Namun demikian, kita tidak bisa membaca data-data di atas untuk segera berkesimpulan siapa PM yang terpilih.

Persoalannya semua faksi politik belum mendapatkan suara mayoritas karena hingga kini Sabah dan Sarawak belum memutuskan pilihan tegas mereka ke masing-masing blok politik.

Kedua wilayah Malaysia di Borneo itu memiliki total 56 suara. Sedangkan, tiap partai politik atau koalisi membutuhkan setidaknya 112 dari 222 kursi di parlemen untuk membentuk pemerintahan dengan simple majority.

Ini membuat siapakah kandidat yang akan menjadi PM Malaysia masih sulit dipastikan. Maka tak heran, banyak pihak menilai Sarawak dan Sabah akan menjadi penentu pemenang pemilu kali ini.

Pakatan Harapan dan Barisan Nasional dalam manifesto masing-masing berjanji melantik seorang Wakil Perdana Menteri dari Sabah atau Sarawak saat mereka membentuk pemerintahan. Sebelum ini, jabatan itu senantiasa diisi oleh pemimpin dari Semenanjung Malaysia.

Perikatan Nasional berjanji bahwa kedua negara akan dibayar langsung royalti minyak bumi selain mempercepat pelaksanaan Perjanjian Malaysia 1963.

Perjanjian tersebut, yang dikenal sebagai MA63, menempatkan Sabah dan Sarawak setara dengan Federasi Malaysia sebelumnya dan memiliki otonomi lebih besar untuk mengatur negara bagian masing-masing.

Yang berbeda dari pemilu kali ini juga usia pemilih yang dimajukan dari 21 tahun menjadi 18 tahun. Survei IDE juga menemukan minat tinggi dalam pemungutan suara melintasi batas etnis. Hampir 80 persen etnis Melayu dan Tionghoa mengatakan akan menggunakan hak pilih mereka, sedangkan delapan dari 10 responden India mengatakan hal yang sama.

Masalah Ekonomi dan korupsi

Namun di antara itu semua, setiap kandidat harus mengerti betul bahwa rakyat Malaysia memimpikan adanya situasi yang lebih baik terutama dalam bidang ekonomi. Kenaikan harga barang dan jasa serta maraknya korupsi menjadi dua isu yang paling disoroti oleh warga Malaysia. Mereka berharap partai-partai politik dapat mengentaskan ini saat memimpin Malaysia.

Survey dari lembaga Malaysia, Ipsos menunjukkan 56% responden mengkhawatirkan persoalan korupsi di Malaysia. Selain itu, sebanyak 43% juga khawatir dengan lonjakan inflasi.

Sedangkan survey YouGov menjelaskan tingginya biaya hidup menjadi isu paling disoroti warga Malaysia dengan 51 %, diikuti oleh integritas pemerintah sebanyak 38%. Sementara itu, kemiskinan dan ketimpangan sosial tetap menjadi perhatian paling mendesak ketiga bagi responden.

Sejak 2015, politik Malaysia telah dibayangi oleh skandal korupsi 1MDB, yang menyebabkan miliaran dolar uang pembayar pajak digelapkan ke luar negeri. Korupsi menjatuhkan mantan perdana menteri Najib Razak yang sekarang menjalani hukuman penjara 12 tahun. Ia jatuh, dan kini dipenjara karena korupsi.

Janji kampanye

Melihat komposisi ini, setiap PM yang akan terpilih nanti memiliki tugas berat, menyelesaikan pekerjaan rumah pemerintah. Petahana Ismail Sabri Yakoob berjanji membawa berbagai rencana untuk menguntungkan rakyat di negeri ini jika Barisan Nasional diberi mandat.

Dia mengatakan, dalam waktu singkat yakni satu tahun empat bulan memimpin pemerintahan, BN berhasil membawa masyarakat keluar dari pandemi COVID-19.
Sementara itu Anwar Ibrahim menegaskan Malaysia hanya akan selamat jika dipimpin pemerintahan yang stabil. Malaysia, ucap Anwar, juga akan stabil jika pemimpinannya punya akhlak dan menolak korupsi.

Anwar Ibrahim berkata apa yang diperlukan Malaysia saat ini adalah sistem ekonomi yang membela nasib rakyat, dan itu hanya dapat dicapai dengan pemerintahan yang stabil, merujuk banyaknya korupsi saat Barisan Nasional memimpin.

Sedangkan calon perdana menteri dari Perikatan Nasional Muhyiddin Yassin menyebut gelombang dukungan dari warga Malaysia di seluruh negeri untuk PM tumbuh menjelang pemilu.

“Mereka mendukung Perikatan karena apa yang saya lakukan sebagai perdana menteri,” ucap Muhyiddin.

Muhyiddin meluncurkan manifesto koalisi yang mencakup fokus pada peningkatan ekonomi melalui dana promosi investasi khusus RM5 miliar dan penciptaan peluang kerja berpenghasilan tinggi.

Sedangkan Mahathir yang kembali maju di usianya yang ke-97 tahun, berjanji mengembalikan Malaysia sebagai macan Asia. “Selama saya mampu bekerja, mampu berpartisipasi, saya pikir tugas saya membantu generasi baru untuk mengembalikan pemerintahan seperti sebelumnya yang menjadikan Malaysia disebut sebagai macan Asia.”

Jadi, siapakah pemenang dalam pemilu kali ini? Sebanyak 21 juta warga Malaysia akan menentukannnya hari ini, Sabtu, 19 November 2022.

Artikel Terkait

Terkini