Oleh: Pizaro Gozali Idrus
Jurnalis, tinggal di Jakarta
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri akhirnya secara resmi menetapkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden di Pilpres 2024. Hal itu diumumkan langsung Megawati di kediaman Bung Karno di Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat, Jumat, 21 April 2023.
Pengumuman ini diyakini menjadi cara Megawati untuk mengingatkan Jokowi yang terlalu jauh bermanuver mendekati Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai capres. Padahal Jokowi tidak hanya presiden, tapi juga kader PDIP.
Sejak awal, Jokowi memang kerap meng-endorse Prabowo sebagai capres. Jokowi sudah menyampaikan dukungannya ke Prabowo sejak November tahun lalu. Bahkan hal itu disampaikan secara terang-terangan. Dukungan ini berbuah manis. Elektabilitas Menteri Pertahanan tersebut langsung melejit.
Megawati memahami trend ini. Jika terus dibiarkan, PDIP dapat terperosok. Impian untuk mencetak hattrick dalam pemilu dapat meraih hambatan. Maka Jumat 21 April adalah waktu yang tepat untuk mengumumkan pencapresan Ganjar.
Kedua, koalisi besar terus bergerak lebih maju. Koalisi ini terdiri atas Partai Gerindra, PKB, Golkar, PAN, PPP, dan PKB. Aliansi ini adalah gabungan dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Nama-nama yang digadang-gadang dari koalisi lima partai ini adalah Prabowo. Jokowi sangat berperan besar dalam pembentukan dalam koalisi ini, meski PDIP belum berkenan bergabung.
Alhasil pengumuman dari Mega ini juga caranya untuk memecahkan koalisi ini. Jokowi tidak ada pilihan lain untuk kembali ke pelukan Partai Banteng. Bahkan secara lebih jauh manuver Megawati bisa membuyarkan rencana koalisi besar. PPP, misalnya, yang kedatangan Sandiaga Salhuddin Uno setelah pamit dari Prabowo, dapat merapat ke PDIP untuk membentuk koalisi.
Tantangan PDIP kini adalah menggandeng Golkar. Sebab suasana kebatinan Golkar lebih leluasa bergerak di bawah Prabowo ketimbang Megawati. PDIP adalah partai komando. Semua garis partai diinstruksikan Megawati. Peluang Golkar ikut menjadi deal maker lebih besar di bawah Prabowo ketimbang Megawati.
Di sisi lain, pencalonan Ganjar ini dapat “menguntungkan” Anies Baswedan. Sebab suara pendukung Jokowi kini terpecah antara Ganjar dan Prabowo. Berdasarkan hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada April 2023, elektabilitas ketiga kandidat capres masih sama kuat. Direktur LSI Djayadi Hanan memerinci elektabilitas Ganjar 19,8 persen, Prabowo 19,3, dan Anies dengan 18,4 persen.
Anies Baswedan yang sudah dicapreskan oleh Koalisi Perubahan –NasDem, Demokrat dan PKS– perlu mengkapitalisasi ini dan memaksimalkan ceruk pemilih lebih luas di wilayah Jawa dan Indonesia Timur.
Yang jelas isu pencapresan masih terus dinamis. Bongkar pasang posisi capres-cawapres masih akan terus terjadi. Penjajakan politik tidak akan berhenti dalam waktu dekat. Mari kita simak dan awasi.