Membangun Masyarakat Madani: Tentang Harapan & Keberanian Bertindak

Koridor.co.id

Naib Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) Zairudin Hashim

Menurut Ketua Biro Dakwah Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM), Ustaz Mohammad Syafiq Ismail, ‘madani’ berasal daripada istilah Arab, ‘Madinah’ yang bermaksud kota atau bandar yang teratur dan bersistem, yang memungkinkan kemajuan dan keamanan berlaku. Jika hilang kemajuan dan keamanan, ia dinamakan qaryah atau quro dalam bentuk plural. Tempat itu menjadi tempat berkumpul saja. Lebih jelasnya, kestabilan ekonomi dan keamanan memungkinkan sektor-sektor manusiawi yang lain seperti keilmuan, kebudayaan, kesehatan dan sebagainya terjamin. Konsep madani turut dikupas oleh para ilmuwan agung seperti Al-Farabi, Ibn Khaldun dan Ibn Miskawayh.

Kamus Dewan Bahasa & Pustaka juga mengartikan madani sebagai kemajuan dari segi pemikiran, kerohanian dan kebendaan.

Sewaktu menjadi Timbalan Perdana Menteri, Datuk Seri Anwar Ibrahim (DSAI) pada 26 September 1995 pertama kali mengemukakan istilah ‘masyarakat madani’ ketika menyampaikan pidato sewaktu Simposium Nasional dalam rangka Forum Ilmiah Festival Istiqlal di Jakarta, Indonesia dan menyebutkan “…Yang kita maksudkan dengan masyarakat madani ialah sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan di antara kebebasan perseorangan dengan kestabilan masyarakat.”

Konsep ini kemudian dikembangkan lagi oleh deretan cendekiawan ulung dalam Konvensi Masyarakat Madani di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) pada 19-21 September 1996 dan turut dikupas secara mendalam dalam karya DSAI, “The Asian Renaissance”. Turut membentangkan kertas kerja dalam program tersebut adalah Tan Sri Prof Dr Syed Muhammad Naquib Al Attas; Prof. Dato’ Dr. Siddiq Fadzil (Almarhum), Prof Dato’ Dr. Osman Bakar, Prof. Dr. Nik Safiah Nik Karim, Prof. Dr. Mohammad Kamal Hassan, dan Dr. Muhammad Ali Hashim.

Sebetulnya, idealisme masyarakat madani yang diperjuangkan DSAI telah tumbuh subur sejak beliau bersama rekan-rekan sekolahnya di Maktab Melayu Kuala Kangsar (MCKK) menggerakkan Badan Revolusi Ugama (BRU) dan Kelab MaraMunJangan (Mara Ke Hadapan Mundur Jangan). Selain mengkaji nilai-nilai indah manusiawi dalam Islam, DSAI dan rekan-rekannya seperti Tan Sri Sanusi Junid (Almarhum), Dato’ Sri Fauzi Abdul Rahman dan Tan Sri Yahya Ahmad (Almarhum) yang ketika itu masih di bangku sekolah menengah, sudah mulai menekankan aspek-aspek dalam gagasan madani. Selain memberikan tuition secara percuma kepada anak-anak kampung sewaktu musim cuti persekolahan, mereka turut gigih menubuhkan tabungan keuangan untuk membantu pelajar MCKK dan kawasan sekitar yang mengalami kesulitan keuangan atau tidak mampu membeli tiket untuk pulang ke kampung.

Hal itu kemudian dikembangkan lagi ketika DSAI dan rekan-rekannya memimpin arus kebangkitan mahasiswa dan anak muda penerus ABIM, Persatuan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia (PKPIM), Majlis Belia Malaysia (MBM) dan Persatuan Bahasa Melayu Universiti Malaya (PBMUM). Ketokohan anak-anak muda ABIM yang terkenal dengan gelaran ‘The Angry Generation’ ketika itu seperti DSAI, Ustaz Dr. Siddiq Fadzil, Ustaz Fadzil Noor, Ustaz Ni’amat Yusoff, Ustaz Dr. Razali Nawawi dan lain-lain memberikan impak besar kepada masyarakat. Karena mengasaskan Yayasan Anda Akademik (YAA) sehingga ditahan dan dipenjarakan selama hampir dua tahun karena terlibat dalam Demonstrasi Baling 1974, perjuangan DSAI untuk membela nasib golongan miskin dan terpinggirkan adalah konsisten dan teguh.

Pada 19 Januari 2023, DSAI – kali ini selaku Perdana Menteri; telah mengumumkan Malaysia Madani sebagai kerangka dasar bagi memartabatkan semula negara sebagai negara makmur dan dihormati. Bertemakan ‘Membangun Malaysia Madani’, konsep yang diperkenalkan oleh Datuk Seri Anwar Ibrahim ini terletak pada enam tonggak utama seperti berikut: Ke(M)ampanan; Kesej(A)hteraan; (D)aya cipta; Horm(A)t; Keyaki(N)an; dan (I)hsan. Kata kunci visi ini adalah MADANI, yang pada asasnya merupakan kepercayaan antara kerajaan dengan rakyat atas dasar ketulusan dan kerja sama. Enam tonggak ini bakal memeta hala tujuan Malaysia sebagai sebuah negara bangsa yang maju dan sejahtera.

Ketika menyampaikan amanatnya dari Pusat Konvensi Antarabangsa Putrajaya (PICC), DSAI berkata bahwa tema Madani akan kekal relevan dan mampu menyelamatkan negara, kerana menggambarkan kepercayaan yang dicerna antara kerajaan dan rakyatnya berdasarkan pada asas ketulusan dan kerja sama.

Menurut Jabatan Perdana Menteri, amanat DSAI tersebut adalah berpaksikan latar pengalamannya dalam keprihatinan dan perjuangan rakyat yang berasal dari gerakan pelajar, aktivis sosial, ahli politik, mengepalai beberapa kementerian dalam kerajaan, menjadi pendidik di beberapa universitas berprestasi dunia sehingga dilantik sebagai Perdana Menteri ke-10.

Agenda dasar kerangka MADANI memberi tumpuan kepada penyelesaian masalah dan delapan keperluan yaitu ekonomi dan keuangan, perundangan, pendidikan, kemasyarakatan, budaya, kota dan luar kota. Konsep Madani dirangka sebagai ikhtiar untuk memetakan strategi mengatur negara secara berkesan, menekankan kepada penguatan ekonomi dan sosial-budaya, yang berteraskan nilai, etika atau akhlak.

Idea besar seperti MADANI ini bukan milik seorang Anwar Ibrahim – ide ini adalah milik semua dan dinukil serta dikupas oleh ramai ilmuwan. DSAI sendiri tidak pernah mengaku bahwa beliau adalah pengasas atau pemilik konsep madani tersebut. Justru, DSAI tidak ada keperluan untuk berdebat isu soal kepemilikan ide, sebaliknya apa yang penting adalah kita berbagi manfaatnya untuk masyarakat. Hindari perdebatan yang tidak perlu, berikan penumpuan kepada perkara yang lebih utama. Kita mesti bergandeng bahu untuk menyatukan tenaga dan sumber – untuk membangun sebuah negara madani.  

Daripada sibuk berbahas tentang isu pemilikan idea, lebih molek untuk kita berbincang bagaimana untuk merakyatkan narasi Malaysia Madani agar rakyat banyak dapat berperan serta untuk membina Malaysia ke arah yang lebih baik. Hal ini bisa didorong melalui wacana-wacana, forum dan diskusi agar lebih merakyat dan membumi sifatnya. Tidak perlu ada pertikaian tentang milik siapa gagasan ini, malah ia mesti dimanfaatkan untuk negara dan rakyat. Apa yang penting ialah ia diangkat ke platform arus perdana dan direalisasikan.

Usaha DSAI dan Kerajaan Perpaduan ini patut disokong pada setiap peringkat. Penumpuan yang sepatutnya diberikan adalah bagaimana untuk membawa manfaatnya kepada rakyat. Gagasan Malaysia Madani perlu bersifat manusiawi, memandangkan inilah tuntutan yang paralel dengan gagasan yang diperjuangkan Islam sendiri – yaitu kemanusiaan.

Malaysia Madani bukanlah satu gagasan kerdil – ia melibatkan kerangka khazanah ilmu dan pikiran umat. Ia merupakan peninggalan ilmuwan dan pemikir besar. Dalam dasar Malaysia Madani, sasaran yang ingin dicapai ialah sebuah masyarakat yang maju, terampil dan terangkum. Untuk itu, kerangka dasar pembaharuan negara itu hendaklah diterjemahkan dalam bentuk realitas secara praktis melalui pelaksanaan dan tekad politik yang sebenarnya.

Akhirnya, Dan pelaksanaan Madani itu perlu menyeluruh dan dirasakan oleh masyarakat terbanyak – dari perkotaan miskin hingga ke ceruk pedalaman. Karena apa pun warna kulit atau kasut yang kita pakai, selama kita adalah manusia yang duduk di sebuah tanah air bernama Malaysia tercinta; maka kita berhak untuk memahami dan merasakan kesan dan manfaat Madani itu.

Apa pun, rakyat akan terus memperhatikan dan menilai akan efektivitasnya nanti. Kritiklah mana yang kurang, dan sebarkanlah mana-mana kebijakan yang bermanfaat. Buat YAB PM dan Kerajaan Perpaduan pimpinan beliau — mara ke hadapan; mundur jangan. Malaysia bergerak menjadi Masyarakat Madani. Jalan terus. Memetik “Puisi Diponegoro” nukilan Chairil Anwar mengenai seorang patriot bernama Pangeran Diponegoro — yang melawan para penjajah Belanda berjumlah ratusan orang tanpa rasa takut dan rasa lelah, demi membela Indonesia:

“Di masa pembangunan ini

Tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.

Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati.”

Artikel Terkait

Terkini