Media tahun lalu memberitakan bahwa Telkom Group didorong untuk membeli saham Gojek dengan ultimate goal mendukung Merger dua unicorn kebanggaan bangsa, Gojek dan Tokopedia, dengan nama baru GoTo.
Entah mengapa startup yang dielukan sebagai Unicorn ini malah harus dibantu berenang dengan dukungan politik pembiayaan oleh pemerintah melalui BUMN.
Dukungan pembiayaan kemungkinan dilakukan dengan instrumen Mandatory Convertible Bond (MCB) yang diterbitkan Karya Anak Bangsa selaku owner Gojek. Grup Telkom membelinya senilai USD 450 juta atau setara dengan Rp. 6,5 triliun.
Pada bulan Mei 2021 Gojek dan Tokopedia dimerger dalam satu Badan Usaha yang diberi nama GoTo.
Konversi dilakukan sehingga Telkom Group memiliki 2,8% saham GoTo yang berjumlah 317 juta lot saham setelah stocksplit. Harga per lembar saham adalah Rp. 6,5 triliun dibagi 317 juta lot atau Rp. 205 per lembar (sebelum IPO).
Dengan harga khusus di bawah harga IPO yang semula dirancang dengan kisaran antara Rp. 316 – Rp. 346, Telkom terikat kepada perjanjian untuk tak menjual selama 8 bulan ke depan.
IPO dijalankan dengan harga penawaran Rp.338 per lembar. Sebutlah Telkom memperoleh unrealized profit: (Rp. 338 – Rp. 205) x 317 juta lot atau senilai Rp. 4,2 triliun.
Sialnya, harga terus melorot. Pada 12 Mei 2022 harga hanya Rp. 208 per lembar sehingga boleh dikata air telah mendekati hidung, karena harga konversi yang dimiliki Telkom Rp. 205 per lembar.
Sehari kemudian saham GoTo turun menjadi Rp. 194 per lembar. Ibarat air, kini telah masuk ke hidung. Telkom harus menahan nafas dan berisiko tersedak.
Kita tak tahu berapa lama harga turun ini akan berlangsung. Jika berlanjut lama, bukan hanya tersedak tapi Telkom mulai tenggelam dalam kerugian di kolam saham GoTo.
Mungkin nafas Telkom cukup untuk menunggu titik balik, tapi para investor retail, yang antri membeli saham GoTo Rp. 338 per lembar ketika IPO, lebih dulu tenggelam.
Hanya ada dua opsi bagi mereka: jual rugi atau berdoa ada bandar melakukan manuver menggerek harga saham ke atas.
Peristiwa ini menjadi pengingat bagi para investor retail dan Pemerintah. Jika ingin membeli mahluk yang pandai berenang pilihlah anak angsa, jangan unicorn.
Selain mahluk mitologi, unicorn tak pernah dikisahkan pandai berenang kecuali meringkik berisik.