Politeknik Gistrav Luncurkan 3 Program Studi D4 Digital

Koridor.co.id

Peluncuran Kampus – Direktur Politeknik Gistrav Wikan Sakarinto, PhD (tengah), Dirut Sevima Sugianto Halim (kanan), dan Ketua Yayasan Gistrav Fauzan (kiri) saat peluncuran Politeknik Gistrav Yogyakarta, Rabu (26/72023).

Yogyakarta, Koridor.co.id – Mantan Direktur Jenderal Vokasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Wikan Sakarinto PhD meluncurkan kampus Politeknik Gistrav Yogyakarta.

Dalam peluncuran Rabu (26/7/2023), Wikan selaku Direktur Politeknik Gistrav mengatakan politeknik yang dia pimpin itu menerapkan pembelajaran berbasis projek. Project-based learning (PBL) itu terwujud dalam program Teaching Factory (Tefa) yang melibatkan berbagai projek riil.

Politeknik Gistrav berada di bawah naungan Yayasan Gistrav. Kampusnya berlokasi di dua tempat di Sleman, Yogyakarta, yakni Jl Gito Gati dan Jl Palagan Tentara Pelajar.

Peluncuran itu sekaligus menandai mulainya Poliktenik Gistrav menerima mahasiswa baru untuk jenjang Sarjana Terapan (D4). Ada tiga program studi (prodi) yang kini terbuka bagi mahasiswa baru. Ketiga prodi itu meliputi Bisnis Digital (Digital Business), Pemasaran Digital (Digital Marketing), dan Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering).

Wikan mengatakan Politeknik Gistrav menyiapkan prodi tersebut guna menyiapkan generasi muda lulusan SMA, SMK atau yang sederajat agar dapat berkompetisi di era digital. Dia mengklaim Politeknik Gistrav sebagai satu-satunya politeknik digital di Yogyakarta.

“Politeknik Gistrav siap mendidik anak-anak bangsa dengan praktik nyata, yang ketika lulus akan siap kerja menjadi talenta digital,” ujar Wikan dalam keterangan persnya bersama CEO Education Technology Sevima Sugianto Halim.

Politeknik Gistrav membuka penerimaan mahasiswa baru jalur prestasi dan jalur reguler. Pendaftarannya ada dua gelombang pada periode 24 juli-16 September 2023.

Praktik Nyata & Kolaborasi Industri Digital

Proses pembelajaran di Politeknik Gistrav menekankan pada keharusan mahasiswa merasakan pengalaman (to experience) nyata di dunia kerja dalam proses perkuliahan mereka.

“Jadi, tidak hanya belajar di kelas, tapi belajar langsung di perusahaan, belajar langsung membuat projek,” jelas Wikan.

Untuk itu, Politeknik Gistrav berkolaborasi dengan Perusahaan Gistrav Corp yang telah memiliki beberapa lini bisnis. Bidang bisnis itu antara lain meliputi konstruksi, pertambangan, pendidikan dasar, pendidikan tinggi, dan tour & travel pengiriman siswa/mahasiswa ke luar negeri.

Untuk mendukung PBL+TEFA, Politeknik Gistrav meneken MoU antara lain dengan kalangan industri kreatif. Termasuk, Asosiasi Industri Kreatif Indonesia (Aditif), teknologi edukasi Sevima, dan perusahaan digital start-up. Juga dengan perusahaan yang berpengalaman mengirimkan mahasiswa ke kampus mitra di Jepang, Korea Selatan, Singapura, bahkan beberapa negara di Eropa.”

Politeknik Digital Praktik Daripada Teori

Menurut Wikan, pemilihan prodi jenjang Sarjana Terapan/D4 itu sangat relevan dengan era teknologi digital yang telah memasuki seluruh lini kehidupan serta pekerjaan masa kini dan masa depan. Karena itu, ke depan Politeknik Gistrav akan mendirikan program S2 atau magister terapan.

“Karena faktanya, 95% industri/perusahaan saat ini menyatakan bahwa SDM/lulusan perguruan tinggi yang ingin direkrut dunia kerja, harus memiliki keterampilan digital (digital skills) yang komprehensif dan relevan dengan kebutuhan nyata di dunia kerja.”

Untuk itu, Politeknik Gistrav merancang kuliah dengan komposisi praktik 70% dan teori 30%.

“Agar softskills, hardskills, serta karakter dan attitude kuat. Semuanya aspek harus kuat,” ujar Wikan.

Dia menambahkan pengajar Politeknik Gistrav terdiri dari kalangan dosen, praktisi/ahli dari industri, dan kalangan profesional.

PBL berbasis TEFA akan membuat mahasiswa terpapar dunia kerja yang nyata sejak semester 3 atau 4. Proses pembelajaran dan kuliah akan lebih banyak bertempat di industri atau perusahan digital rintisan (start-up) mitra Politeknik Gistrav atau TEFA di dalam Politeknik Gistrav.

Intinya, para mahasiswa harus mampu bekerja dalam tim dan belajar menyelesaikan tugas-tugas atau pekerjaan yang riil. Mereka akan mengalami memiliki rekan-rekan kerja yang riil, atasan dan bawahan yang riil, berhadapan dengan konsumen yang riil, dan menghasilkan produk riil pula, sesuai permintaan konsumen atau tuntutan kerja dari atasan. Pada semester-semester akhir, para mahasiswa wajib magang di industri. (Nic)

Artikel Terkait

Terkini