Tak hanya startup yang menghadapi gelombang PHK. Badai yang sama juga dialami perusahaan teknologi dunia. Berikut daftarnya

Koridor.co.id

Ilustasi Kredit Properti (Shutterstock)

Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang tengah dialami oleh perusahaan rintisan atau startup juga dirasakan oleh perusahaan teknologi berkapitalisasi besar. Pemangkasan karyawan dilakukan karena adanya tekanan ekonomi global.

Berikut ini deretan perusahaan teknologi yang melakukan PHK antara lain Meta, Twitter, Amazon, Microsoft, Lyft, Snapchat, dan Netflix.

  1. Meta melakukan PHK terhadap 11.000 karyawan. PHK dilakukan karena perusahaan telah kehilangan US$9,4 miliar di tahun 2022. Kerugian ini akibat komitmen CEO Meta Mark Zuckerberg terhadap metaverse. Kendati demikian, Mark Zuckerberg memastikan bahwa mereka yang diberhentikan akan mendapatkan pesangon 16 pekan gaji atau sekitar 4 bulan, ditambah pesangon senilai 2 minggu gaji untuk setiap tahun masa kerja.
  1. Twitter juga melakukan PHK terhadap 3.700 karyawannya. PHK ini dilakukan tak lama setelah Elon Musk membeli Twitter. Elon Musk memberhentikan hampir setengah dari karyawannya untuk memangkas biaya operasional. Twitter sendiri telah merugi lebih dari US$4 juta per hari. Pada kuartal kedua, terakhir kali Twitter melaporkan pendapatan turun 1 persen dari tahun sebelumnya. Musk pun berupaya meningkatkan laba perusahaan setelah mengambil pembiayaan utang yang signifikan untuk mendanai akuisisinya senilai US$44 miliar. Dalam sebuah unggahan pada 4 November 2022, Musk mengatakan “tidak ada pilihan” selain memberhentikan karyawan, mereka juga ditawari pesangon tiga bulan.
  1. Laporan PHK selanjutnya juga datang dari perusahaan raksasa Microsoft yang memangkas kurang dari 1.000 karyawan. Hal ini dilakukan pada Oktober lalu bahwa mereka telah melepaskan kurang dari 1 persen karyawan. Berdasarkan laporan Axios yang mengutip dari orang yang tidak disebutkan namanya, jumlah itu sekitar kurang dari 1.000 orang. PHK ini terjadi setelah Microsoft melaporkan pertumbuhan pendapatan paling lambat mereka dalam lebih dari lima tahun terakhir pada kuartal ketiga tahun ini.
  1. PHK massal juga terjadi di Amazon dalam jumlah fantastis. Ini terjadi pada saat musim liburan yang biasanya perusahaan e-commerce akan melayani lonjakan order. Amazon dilaporkan memangkas sekitar 10 ribu karyawannya. Berdasarkan laporan The New York Time, PHK akan berdampak pada 3 persen dari jumlah karyawan serta kurang 1 persen dari tenaga kerja global yang mencapai lebih dari 1,5 juta orang serta sebagian orang pekerja per jam.

PHK akan dilakukan pada organisasi perangkat Amazon, termasuk voice assistant Alexa serta divisi ritel dan sumber daya manusia. Laporan tersebut juga menambahkan jumlah yang terdampak berubah dan mungkin akan terjadi dari satu tim ke lainnya sekaligus.

  1. Perusahaan transportasi online asal AS Lyft belum lama ini juga mengumumkan pemangkasan 13 persen atau sekitar 650 dari 5.000 karyawannya, dikutip dari New York Times. Perusahaan yang berkantor pusat di San Fransisco, California ini mengembangkan, memasarkan, dan mengoperasikan aplikasi seluler transportasi mobil Lyft. Lyft diluncurkan pada Juni 2012 dan diketahui sudah beroperasi pada lebih dari 300 kota di seluruh Amerika Serikat.
  2. Snap, perusahaan induk Snapchat melakukan PHK terhadap lebih dari 1.200 orang atau 20 persen karyawannya pada September 2022, dikutip dari India Today. CEO Snap Evan Spiegel dalam suratnya kepada staf mengatakan, PHK ini dilatarbelakangi oleh pertumbuhan pendapatan yang rendah dan untuk menghindari kerugian signifikan. Perusahaan meletakkan rencana untuk restrukturisasi dan PHK karyawannya untuk memastikan kesuksesan jangka panjang Snap.
  3. Shopee juga melaporkan terjadi PHK massal di sejumlah negara, termasuk Indonesia, Taiwan, dan Filipina. Ini dilakukan sebagai langkah pemotongan biaya operasional secara global, dikutip dari Tech in Asia.
  4. Netflix diketahui telah melakukan PHK pada 150 karyawannya pada Mei 2022. Gelombang PHK kembali dilakukan pada Juni 2022 dengan jumlah lebih banyak, yakni dua kali lipat dibandingkan Mei 2022. Netflix perlu melakukan penyesuaian biaya operasional dengan cara melakukan PHK karena pertumbuhan pendapatannya yang melambat. Adapun ratusan karyawan yang di-PHK tersebut sebagian besar berasal dari wilayah Amerika Serikat.
Artikel Terkait

Terkini