Selama 33 bulan berturut-turut neraca perdagangan Indonesia cetak surplus. Ini terjadi sejak Mei 2020. Ekspor nonmigas masih jadi pengungkit surplus perdagangan

Koridor.co.id

Container Cargo freight ship with working crane bridge in shipyard at sunrise for Logistic Import Export background

Pada Januari 2023, neraca perdagangan barang cetak surplus sebesar US$3,87 miliar. Surplus diperoleh dari transaksi perdagangan sektor nonmigas sebesar US$5,29 miliar, namun tereduksi oleh defisit perdagangan sektor migas US$1,42 miliar.

Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu, 15 Februari 2023, ekspor nonmigas penyumbang surplus adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15), dan besi serta baja (HS 72). Sedangkan defisit sektor migas terdiri atas minyak mentah dan hasil minyak.

Tiga negara penyumbang surplus neraca perdagangan nonmigas Tanah Air berasal dari Amerika Serikat (AS), Filipina, dan India. Surplus perdagangan dengan AS mencapai US$1,17 miliar, meliputi mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) sebesar US$291,2 juta; pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan) (HS 62) sebesar US$182,4 juta; serta lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) sebesar US$175 juta.

Selanjutnya, perdagangan dengan Filipina berhasil mencetak surplus US$909,2 juta. Surplus perdagangan barang terdiri atas bahan bakar mineral (HS 27) sebesar Rp392,4 juta; kendaraan dan bagiannya (HS 87) sebesar US$235,1 juta; serta besi dan baja (HS 72) sebesar US$47,3 juta.

Untuk perdagangan dengan India berhasil cetak surplus US$810,5 juta terdiri atas bahan bakar mineral (HS 27) sebesar US$439,1 juta; lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) sebesar US$436 juta; serta besi dan baja (HS 72) sebesar US$109,9 juta.

Sedangkan defisit perdagangan nonmigas terdalam terjadi dengan Thailand, Australia, dan Argentina. Defisit perdagangan dengan Thailand mencapai US$398,8 juta meliputi gula dan kembang gula (HS 17) sebesar US$201 juta; plastik dan barang plastik (HS 39) sebesar US$65 juta; kemudian mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) sebesar 61,4 juta.

Selanjutnya defisit perdagangan dengan Australia sebesar US$353,1 juta. Penyumbang defisit terdalam yakni serealia (HS 10) sebesar US$154,1 juta; bahan bakar mineral (HS 27) sebesar 123,2 juta; serta logam mulai dan perhiasan atau permata (HS 71) sebesar US$78,7 juta.

Kemudian defisit dengan Argentina mencapai US$247,1 juta. Defisit berasal dari ampas dan sisa industri makanan (HS 23) sebesar US$227 juta; serealia (HS 10) sebesar US$23,5 juta; serta susu, mentega, dan telur (HS 04) sebesar 3,8 juta.

Secara tahunan atau year on year (yoy) pada Januari 2023, ekspor meningkat 16,37 persen menjadi US$22,31 miliar dari periode sama 2022 sebesar US$19,17 miliar. Nilai ekspor berasal dari pertanian, kehutanan, dan perikanan, kemudian migas, pertambangan dan lainnya, dan industri pengolahan.

Sedangkan impor pada Januari 2023 meningkat 1,27 persen menjadi US$18,44 miliar dari periode sama 2022 sebesar US$18,21 miliar. Impor terdiri atas impor barang konsumsi, barang modal, dan bahan baku penolong.

Ekspor nonmigas terbesar meliputi Tiongkok US$5,25 miliar, Amerika Serikat US$1,94 miliar, Jepang US$1,88 miliar, dan India US$1,35 miliar. Sedangkan impor nonmigas berasal dari Tiongkok US$5,31 miliar, Jepang US$1,36 miliar, Thailand US$895 juta, dan Korea Selatan US$810,6 juta.

Surplus perdagangan terbesar juga terjadi dengan negara di kawasan Asean. Bahkan dalam lima tahun terakhir nilai perdagangan Indonesia dengan negara di Asean terus meningkat.

Pada Januari 2023, Indonesia mengantongi surplus perdagangan dengan Asean sebesar US$1,42 miliar. Surplus perdagangan ini berasal dari ekspor US$3,93 miliar sedangkan impor perdagangan mencapai US$2,51 miliar. Surplus terbesar terjadi dengan Filipina dan terendah dengan Thailand yang tercatat defisit.

Artikel Terkait

Terkini