Secara kumulatif, ekspor Indonesia pada tahun ini masih tumbuh positif. China masih menjadi pasar terbesar

Koridor.co.id

Ilustrasi: EKspor (Shutterstock)

Ekspor Indonesia pada November 2022 turun 2,46 persen secara bulanan atau dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Jika pada Oktober mencapai US$24,7 miliar, di November sebesar US$24,1 miliar.

Seiring dengan melemahnya harga minyak mentah di pasar internasional, nilai ekspor minyak dan gas (migas) Indonesia pun menurun. Menurut informasi yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis (15/12/2022), ekspor migas November turun 11,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi US$1,1 miliar.

Sementara nilai ekspor nonmigas turun 1,9 persen. Dengan demikian, nilai ekspor nonmigas mencapai US$22,99 miliar dibandingkan Oktober 2022 yang US$23,44 miliar.

Kendati demikian, secara kumulatif, nilai ekspor periode Januari-November 2022 masih tumbuh 28,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year). Nilainya mencapai US$268,2 miliar.

Hingga saat ini, nonmigas masih menjadi kontributor terbesar ekspor Indonesia. Pada periode Januari-November 2022, porsinya 94,6 persen terhadap total ekspor.

Komoditas nonmigas yang tumbuh tertinggi secara tahunan untuk periode Januari-November adalah bahan bakar mineral (Kode HS 72), seperti batu bara. Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan kelompok barang tersebut mencapai 70,2 persen. Dengan demikian, kontribusinya terhadap ekspor nonmigas menjadi yang tertinggi, yakni 19,8 persen.

Untuk negara tujuan, China menjadi negara yang paling banyak menyerap ekspor nonmigas Indonesia. Sepanjang 11 bulan itu, total belanja negara tersebut mencapai US$57,8 miliar atau setara dengan 22,8 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia.

Pada periode yang sama, impor nonmigas secara kumulatif menyusut 0,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan impor migas negatif 7,3 persen.

Artikel Terkait

Terkini