Sebelum melakukan perjanjian dengan pinjol ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Jangan lupa perhatikan strateginya!

Koridor.co.id

Baru-baru ini ratusan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) dilaporkan telah menjadi korban penipuan berkedok tunggakan tagihan pinjaman online (pinjol). Ratusan mahasiswa tersebut dikejar-kejar oleh penagih utang atau debt collector karena dianggap belum melakukan pembayaran pinjaman.

Meski kasus tersebut adalah penipuan namun tidak ada salahnya bagi kita sebagai calon debitur, agar hati-hati jangan sampai terjebak jeratan pinjol. Sebab, potensi gagal bayar atau default akan membayangi jika tidak disertai perencanaan matang.

Ada beberapa syarat yang diperlukan agar pinjaman tidak gagal bayar.

Tujuan pinjaman

Perencana keuangan OneShildt Consulting, Budi Rahardjo, mengatakan untuk mencegah terjadinya gagal bayar, tujuan pinjaman harus jelas terlebih dahulu. Apakah untuk konsumsi, produktif, darurat, atau usaha.

Menurut Budi, perlu dipikirkan dengan seksama apa dampak positif dari mengambil keputusan melakukan pinjaman. Karena, pinjaman akan menimbulkan konsekuensi bunga, sehingga menambah biaya dari transaksi yang dilakukan, dibandingkan dengan membeli secara tunai.

“Bagi orang yang memiliki usaha terkadang pinjaman perlu dilakukan untuk misalnya mendanai perlengkapan usaha yang biayanya tidak sedikit, atau misalnya sedang mendapatkan pesanan cukup besar untuk membeli bahan baku,” kata Budi Rahardjo kepada Koridor, Sabtu, 3 Desember 2022.

Kapasitas membayar

Ketika akan melakukan pinjaman, kata Budi, perhatikan juga kapasitas membayar. Satu hal yang pasti saat akan melakukan pinjaman adalah pengembaliannya baik secara mencicil maupun sekaligus membayar. Artinya, harus ada kemampuan mencicil dan sumber dana pembayaran cicilan.

Untuk karyawan cicilan bisa dilakukan dari sebagian gaji. Bagi pebisnis, cicilan akan dilakukan dari hasil usaha yang telah diterima dari pelanggan. Artinya, harus ada sumber penghasilan yang pasti dan masih dalam kapasitas untuk mengembalikan cicilan berikut dengan bunganya.

Jatuh tempo cicilan

Budi mengatakan peninjam harus memperhatikan tanggal jatuh tempo cicilan dan pengembalian pinjaman. Jangan sampai terjadi mismatch antara jatuh tempo cicilan dengan masuknya penghasilan.

Misalnya, jatuh tempo pembayaran cicilan lebih dahulu dari tanggal pembayaran gaji bagi karyawan. Begitupula sebaliknya untuk yang memiliki usaha, jatuh tempo pembayaran jangka waktu cicilan mendahului penerimaan pembayaran dari customer.

“Maka pinjaman ini akan berisiko bermasalah dan juga dapat menimbulkan biaya tambahan seperti penalti dan denda,” jelas dia.

Perhitungan bunga

Budi menegaskan bahwa setiap pinjaman pasti memiliki konsekuensi bunga. Perhitungan bunga perlu diperhatikan dalam pinjaman, apakah menggunakan perhitungan bunga efektif atau flat.

Sumber pinjaman

Budi juga mengingatkan bahwa setiap pinjaman memerlukan berbagai syarat. Ada yang mudah dan cepat namun berbunga tinggi, dan ada juga yang lebih memerlukan banyak persyaratan namun bunga relatif kompetitif dan ringan.

“Yang pasti adalah pinjaman itu sebaiknya dilakukan ke lembaga-lembaga keuangan yang secara legal terdaftar dan memiliki aturan-aturan dan pengawasan yang jelas,” ujar dia.

Manajemen risiko

Terakhir, jangan gegabah berutang. Jangan mengambil pinjaman untuk suatu tindakan spekulatif. Jangan pula untuk memaksakan melakukan pinjaman karena kondisi yang kepepet tanpa memperhatikan konsekuensi-konsekuensi dari pinjamannya.

Jika akan menggunakan pinjaman untuk bisnis pastikan bahwa pengembalian pinjaman sudah pasti dapat dilakukan dari cash flow usaha atau pembayaran dari customer telah diterima sebelum jatuh tempo cicilan.

“Siapkan juga dana darurat jika terjadi keterlambatan pembayaran dari customer,” kata Budi Rahardjo.

Artikel Terkait

Terkini