Posisi NIM Indonesia cenderung tinggi dibandingkan negara lain di kawasan Asean. Padahal suku bunga perbankan cenderung turun. Siapa yang diuntungkan?

Koridor.co.id

Ilustrasi Perbankan. (Foto: Sentavio/FreePik.com)
Ilustrasi Perbankan. (Foto: Sentavio/FreePik.com)

Tingkat marjin bunga bersih atau net interest margin (NIM) di Indonesia cenderung tertinggi di kawasan Asean, bila dibandingkan dengan Singapura, Vietnam, Filipina, Thailand, dan Malaysia. 

Bahkan tingginya NIM di Indonesia juga sempat mendapat perhatian dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang disampaikan saat Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) tahun 2023. Menurut Jokowi posisi NIM di Indonesia sangat tinggi.

“Sebelum masuk ke sini, saya tanya Pak OJK, NIM-nya berapa? Dijawab Pak OJK 4,4 persen. Tinggi banget, ini mungkin tertinggi di dunia,” kata Jokowi beberapa waktu lalu.

Lantas sebesar besar posisi NIM perbankan di Indonesia?

Berdasarkan data yang diolah oleh Koridor, NIM perbankan Indonesia di kawasan Asean pada 2021 sebesar 5,3 persen. Posisi berikutnya diikuti Singapura 5,1 persen, Vietnam 4,4 persen, Filipina 3,0 persen, Thailand 2,7 persen, dan Malaysia 1,9 persen.

Bahkan di tingkatan global pun posisi NIM dalam negeri masih tinggi. NIM Indonesia menempati urutan 31 atau sebesar 5,06 persen.

Kendati demikian, posisi NIM di Tanah Air masih lebih rendah jika dibandingkan dengan dua negara lainnya, yakni Myanmar dan Brunei Darussalam. Kedua negara tersebut mencatatkan NIM masing-masing 9 persen dan 5,4 persen.

NIM merupakan rasio yang dipakai untuk mengukur tingkat profitabilitas. Rasio ini secara garis besar merupakan perbandingan antara pendapatan bunga yang diterima bank dan bunga yang dibayarkan kepada pemilik dana yang dihimpun bank. 

Ironisnya suku bunga perbankan selama periode 2015 sampai Agustus 2022 cenderung mengalami penurunan, namun NIM perbankan masih tetap tinggi.

Lihat saja posisi suku bunga kredit terboboti cenderung mengalami penurunan. Pada 2015, suku bunga kredit terboboti sebesar 12,12 persen turun menjadi 8,15 persen pada Agustus 2012.

Begitu juga suku bunga simpanan yang cenderung turun sejak 2015 sampai Agustos 2022. Pada 2015, suku bunga simpanan sebesar 4,61 persen. Lantas menjadi 1,77 persen pada Agustus 2022.

Sementara rata-rata NIM cenderung bergerak stabil. Pada 2015, posisi NIM sebesar 5,39 persen lantas menjadi 4,73 persen pada Agustus 2022.

Ini menjadi satu pertanyaan besar mengapa posisi NIM tidak mengikuti pergerakan suku bunga perbankan yang turun. Pantas saja laba perbankan khususnya BUMN mencetak untung besar.

Artikel Terkait

Terkini