Di tengah ketidakpastian global, perekonomian Indonesia tumbuh impresif. Pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 mencapai 5,31 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Pertumbuhan ekonomi 2022 lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan 3,7 persen.
Capaian pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 merupakan yang tertinggi sejak 2013. Saat itu pertumbuhan ekonomi sebesar 5,56 persen. Hal itu disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono dalam konferensi persnya, Senin (6/2/2023).
“Jadi pertumbuhan (ekonomi) 2022 sebesar 5,31 persen ini tertinggi sejak 2013 yang saat itu tumbuhnya 5,56 persen,” kata Margo. Adapun, pada kuartal IV-2022, pertumbuhan ekonomi tumbuh melambat mencapai 5,01 persen, dibandingkan periode sama tahun 2021 sebesar 5,03 persen.
Berdasarkan data BPS, secara nominal perekonomian Indonesia sudah lebih tinggi dari sebelum pandemi Covid-19. Perekonomian Indonesia tahun 2022 yang dihitung berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp19.588,4 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp71,0 juta atau US$4.783,9. Bahkan bila dibandingkan nilai PDB secara nominal, nilai ekonomi tahun 2022 sudah lebih tinggi dari 2019 yang pada saat itu sebesar Rp15.830 triliun.
Sepanjang 2022, semua lapangan usaha tumbuh positif. Lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi adalah transportasi dan pergudangan 19,87 persen (yoy), serta akomodasi dan makan minum 11,97 persen (yoy), dan jasa lainnya 9,47 persen (yoy). Capaian ini didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat serta peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara.
Untuk pertumbuhan leading sector, industri pengolahan yang memiliki peran dominan tumbuh 4,89 persen (yoy). Sedangkan perdagangan dan pertanian masing-masing tumbuh 5,52 persen (yoy) dan 2,25 persen (yoy).
Pada 2022, industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,01 persen (yoy). Selanjutnya transportasi dan pergudangan 0,73 persen (yoy), perdagangan 0,72 persen, infokom 0,48 persen (yoy), dan lainnya 2,37 persen (yoy).
Seluruh komponen pengeluaran mengalami pertumbuhan di 2022 kecuali konsumsi pemerintah yang mengalami kontraksi 4,51 persen.
Komponen ekspor dan impor mengalami pertumbuhan tinggi. Ekspor didorong oelh windfall komoditas unggulan. Sementara peningkatan impor didorong kenaikan impor barano modal dan bahan baku. Pertumbuhan ekspor dan impor masing-masing 16,28 person dan 14,75 persen.
Untuk konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi fisik masih merupakan penyumbang utama PDB pada 2022 dengan akumulasi kontribusi 80,95 persen.
Pada 2022, konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi yakni 2,61 persen. Kemudian PMTB 1,24 persen, ekspor 0,81 persen, dan lainnya 0,65 persen.
Secara spasial pertumbuhan ekonomi terus menguat khususnya di Jawa, Sulawesi, serta Maluku dan Papua. Namun demikian, struktur ekonomi Indonesia secara spasial masih terkonsentrasi di Jawa dan Sumatera.
Kinerja pertumbuhan ekonomi secara spacial juga terus menguat di berbagai wilayah, khususnya di Pulau Jawa 5,31 persen, Sulawesi 7,05 persen, serta Maluku dan Papua 8,65 persen. Namun struktur ekonomi secara spasial masih didominasi Pulau Jawa 56,48 persen dan Sumatera 22,04 persen.