Penyaluran kredit perbankan pada kuartal I-2023 diperkirakan meningkat. Prioritas utama pada kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi

Koridor.co.id

Ilustrasi Kredit Perbankan (Shutterstock)

Penyaluran kredit perbankan pada kuartal I-2023 diperkirakan sedikit lebih longgar dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) negatif sebesar -0,5 persen. Kebijakan penyaluran kredit diperkirakan lebih longgar, antara lain pada aspek jangka waktu dan biaya persetujuan kredit.

Berdasarkan Survey Perbankan Bank Indonesia, penyaluran kredit baru pada kuartal I-2023, secara kuartalan (quarter to quarter/qtq), diperkirakan tumbuh dibandingkan kuartal IV-2022. Hal ini terindikasi dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) yang diperkirakan untuk permintaan kredit baru kuartal I-2023 sebesar 88,3 persen, lebih tinggi dibandingkan 86,3 persen pada kuartal sebelumnya.

Prioritas utama responden dalam penyaluran kredit baru kuartal I-2023 adalah kredit modal kerja, investasi dan konsumsi. Pada jenis kredit konsumsi, penyaluran kredit kepemilikan rumah/apartemen masih menjadi prioritas utama, diikuti oleh kredit multiguna dan kredit kendaraan bermotor. 

Berdasarkan sektor, penyaluran kredit baru pada kuartal I-2023 diprioritaskan pada sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran, serta sektor perantara keuangan.

Sejalan dengan itu, kebijakan penyaluran kredit pada kuartal I-2023 juga diperkirakan sedikit lebih longgar dibandingkan kuartal sebelumnya. Ini mengacu pada ILS kuartal I-2023 bernilai negatif -0,5 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan 0,0 persen pada kuartal IV-2022.

Standar penyaluran kredit yang lebih longgar dibandingkan kuartal sebelumnya diperkirakan terjadi pada jenis kredit modal kerja dan KPR. Sementara itu, kebijakan penyaluran kredit diperkirakan lebih longgar dibandingkan kuartal sebelumnya, terutama pada aspek jangka waktu dan biaya persetujuan kredit.

Untuk Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada kuartal I-2023 diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan kuartal IV-2022. Perlambatan pertumbuhan tersebut terindikasi dari SBT pertumbuhan DPK sebesar 31,3 persen, lebih rendah dibandingkan 82,1 persen pada kuartal IV-2022. 

Pertumbuhan DPK yang melambat diperkirakan terjadi pada jenis instrumen giro dan tabungan, dengan SBT yang lebih rendah dari periode sebelumnya namun masih tercatat positif masing-masing sebesar 21,2 persen dan 86,5 persen. 

Sementara itu, pertumbuhan deposito diperkirakan meningkat dari kuartal sebelumnya, terindikasi dari SBT positif sebesar 33,9 persen, berbalik dari periode sebelumnya yang tercatat negatif sebesar -2,6 persen.

Survei mencatatkan sampai akhir 2023, responden memperkirakan outstanding kredit mengalami pertumbuhan positif sebesar 8,9 persen secara tahunan atau year on year (yoy), walaupun tidak setinggi realisasi pertumbuhan kredit pada 2022 sebesar 11,2 persen (yoy) atau angka sementara sampai November 2022, namun lebih tinggi dibandingkan realisasi pertumbuhan pada 2021 sebesar 5,2 persen (yoy).

Pertumbuhan DPK sampai akhir 2023 diperkirakan masih cukup tinggi. Hal ini tercermin dari SBT prakiraan penghimpunan DPK tahun 2023 yang tercatat sebesar 59,3 persen, bernilai positif meski lebih rendah dibandingkan SBT 82,1 persen pada tahun sebelumnya.

Sementara itu, pada kuartal IV-2022, penyaluran kredit baru secara qtq tumbuh positif, meski tidak setinggi pertumbuhan pada periode sebelumnya. Hal ini terindikasi dari nilai SBT permintaan kredit baru kuartal IV-2022 sebesar 86,3 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan 88,1 persen pada kuartal sebelumnya.

Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit baru terjadi pada seluruh jenis kredit. Perlambatan terjadi pada jenis kredit modal kerja dan kredit investasi, terindikasi dari SBT positif yang sedikit lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya, yaitu masing-masing sebesar 60,8 persen dan 63,7 persen. Sementara kredit konsumsi (SBT 85,0 persen) tumbuh lebih tinggi didorong oleh hampir seluruh jenis kredit, kecuali kredit multiguna yang tumbuh melambat.

Secara sektoral, pertumbuhan penyaluran kredit baru terutama terjadi pada sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor konstruksi dengan SBT sebesar 80,5 persen, diikuti oleh sektor industri pengolahan dengan SBT sebesar 74,2 persen.

Artikel Terkait

Terkini