Kinerja ekonomi Indonesia yang sangat baik saat ini akan terus berlanjut meski masih terdapat potensi ketidakpastian di tingkat perekonomian global. Menurut Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, ada beberapa hal yang menjadi potensi ketidakpastian tersebut.
Pertama, perlambatan ekonomi global (slower growth). Kedua, masih tingginya laju inflasi (high inflation). Ketiga, suku bunga kebijakan yang tinggi untuk waktu lama (higher policy rate for longer). Keempat, nilai tukar dolar AS yang tetap kuat (strong US dollar). Kelima, fenomena cash is the king.
Dalam menghadapi hal tersebut, Perry menekankan pentingnya strategi KIS, yaitu konsistensi, inovasi, dan sinergi, dalam menyusun berbagai kebijakan.
“Implementasi KIS oleh Bank Indonesia bersama dengan pemerintah dan stakeholder strategis lainnya selama tahun 2022 terbukti efektif dalam menjaga resiliensi perekonomian dan stabilitas keuangan Indonesia,” kata Perry Warjiyo dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 26 Januari 2023.
Ke depan, hal tersebut diyakini akan berlanjut. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 diperkirakan mencapai 4,5-5,3 persen. Laju inflasi diproyeksikan terjaga di kisaran 3 persen plus minus 1 persen pada tahun 2023. Seiring konsistensi penguatan fundamental ekonomi tersebut, nilai tukar rupiah diyakini akan terus mengalami apresiasi.
Bank Indonesia juga akan terus melakukan berbagai inovasi yang terangkum dalam 5 kebijakan utama. Yaitu kebijakan moneter yang pro-stability dan kebijakan makroprudensial, kebijakan sistem pembayaran, kebijakan pendalaman pasar keuangan, serta kebijakan UMKM dan perekonomian syariah yang pro-growth.
“Berbagai kebijakan tersebut didukung oleh sinergi melalui koordinasi erat dengan pemerintah dan stakeholder strategis lainnya,” ujarnya.
Terkait dengan pengelolaan cadangan devisa, salah satu elemen dalam mendukung kebijakan moneter, Perry menekankan, pentingnya pemahaman terhadap fundamental ekonomi, siklus bisnis dan keuangan, serta tantangan ekonomi ke depan.
Untuk itu, penguatan pengelolaan cadangan devisa yang telah diimplementasikan sejak tahun lalu akan terus dilakukan. Antara lain melalui strategi alokasi aset yang mempertimbangkan profil kewajiban eskternal baik yang bersifat siklikal maupun struktural, serta mitigasi downside risks sehingga kecukupan cadangan devisa dapat terus terjaga.