Pemerintah meyakini perekonomian nasional masih tetap cerah di tengah perlambatan ekonomi global. Apa alasannya?

Koridor.co.id

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menegaskan bahwa sistem keuangan hingga kuartal III-2022 tetap berada dalam kondisi yang resilien atau kuat di tengah ketidakpastian global yang semakin tinggi. Kondisi perekonomian nasional juga dinilai tetap cerah.

Pernyataan ini disampaikan Ketua KSSK sekaligus Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam jumpa pers hasil “Rapat Berkala KSSK ke-4 Tahun 2022” secara daring, Kamis (3/11/2022). Saat itu, dia didampingi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, dan Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa.

“Kami berkomitmen untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dengan terus memperkuat koordinasi dalam mewaspadai perkembangan risiko global, termasuk menyiapkan respons kebijakan,” kata Sri Mulyani.

Pada kesempatan itu, dia menyampaikan kekhawatirannya terhadap kenaikan suku bunga acuan AS, yaitu Fed Funds Rate yang diperkirakan lebih tinggi dengan siklus lebih panjang. Situasi ini akan mendorong posisi dolar AS yang makin kuat, sehingga menekan mata uang negara lain, termasuk rupiah.

Sri Mulyani menyadari bahwa saat ini sedang terjadi perlambatan ekonomi di sejumlah negara maju, terutama Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Tiongkok. Kondisi itu tercermin pada Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur global yang melambat, yaitu berada di zona kontraksi, yakni 49,8.

“Perlambatan itu dipengaruhi oleh masih berlanjutnya ketegangan geopolitik yang memicu inflasi, fragmentasi ekonomi, perdagangan dan investasi, serta pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif,” ujarnya.

PMI merupakan indikator kinerja industri. Ketika indeks PMI di posisi 50, berarti kondisi industri normal, sedangkan posisi di atas 50 bermakna industri sedang ekspansi atau lebih bergairah.

Untuk Indonesia, posisi PMI pada Oktober 2022 masih ekspansif di level 51,8, namun turun dari bulan sebelumnya yang 53,7. Indeks Penjualan Riil (IPR) masih tumbuh serta persepsi konsumen terhadap perekonomian tetap positif walaupun melemah akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Dalam kondisi seperti itu, Sri Mulyani meyakini bahwa perbaikan ekonomi domestik terus berlanjut. Konsumsi swasta yang masih tetap kuat di tengah kenaikan inflasi, investasi nonbangunan meningkat, serta kinerja ekspor masih terjaga.

Dia memaparkan, perbaikan ekonomi nasional ditopang oleh kinerja lapangan usaha utama, seperti perdagangan, pertambangan, dan pertanian. Dengan perkembangan indikator tersebut, perekonomian Indonesia diyakini semakin cerah.

Pada kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan Bank Indonesia berupaya mengendalikan inflasi. Menurut dia, inflasi sepanjang tahun ini akan berada di bawah 6,3 persen.

“Inflasi lebih rendah dari perkiraan. Semula pada saat ada penyesuaian harga BBM, inflasi Oktober 2022 diperkirakan bisa mencapai 6,1 persen tetapi realisasinya 5,7 persen,” ujarnya.

Artikel Terkait

Terkini