Meski jumlah pengangguran turun dalam dua tahun terakhir, namun masih banyak orang menganggur

Koridor.co.id

Organisasi Buruh Dunia atau International Labour Organization (ILO) dalam laporannya yang bertajuk “World Employment and Social Outlook: Trends 2023”, memproyeksikan pertumbuhan lapangan kerja global hanya akan mencapai 1 persen pada 2023, kurang dari setengah pertumbuhan pada 2022

Dalam laporan tersebut, pengangguran global diperkirakan akan meningkat sekitar 3 juta, menjadi 208 juta (sesuai dengan tingkat pengangguran global 5,8 persen).

Peningkatan pengangguran ini sebagian besar disebabkan oleh ketatnya pasokan tenaga kerja di negara-negara berpenghasilan tinggi. Ini akan menandai pembalikan penurunan pengangguran global yang sudah terlihat antara 2020-2022. Artinya, pengangguran global akan tetap 16 juta sesuai tolok ukur sebelum krisis (ditetapkan pada 2019).

Meski pemulihan global pasca pandemi Covid-19 telah berjalan sejak 2021, namun menurut studi ILO, kurangnya kesempatan kerja yang lebih baik bakal terus berlanjut.

Lantas bagaimana perkembangan pengangguran di Indonesia. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Koridor, jumlah pengangguran di Indonesia sempat meningkat ketika pandemi Covid-19. 

Pada 2020, jumlah pengangguran terbuka meningkat 2,72 juta orang menjadi 9,76 juta orang atau tumbuh 7,07 persen dari total angkatan kerja. Jumlah ini naik dari tahun sebelumnya sebanyak 7,04 juta orang atau 5,18 persen.

Memang penambahan jumlah pengangguran ini tidak sebanyak yang terjadi pada 2005. Kala itu, jumlah pengangguran mencapai 11,89 juta orang atau tumbuh 11,24 persen. Namun sejak 2006, terjadi tren penurunan jumlah pengangguran.

Pada 2021, jumlah pengangguran menurun jadi 9,1 juta orang atau 6,49 persen. Kemudian menyusut kembali pada 2022 sebanyak 8,42 juta orang atau 5,86 persen. Kendati dalam dua tahun terakhir jumlah pengangguran mengalami penuruna, namun Indonesia harus tetap waspada terhadap proyeksi ILO atas kurangnya kesempatan kerja.

Dalam rentang 2020-2022, sebagian besar pengangguran terbuka berjenis kelamin laki-laki. Pada 2020, pengangguran laki-laki sebanyak 7,46 persen dan perempuan 6,46 persen. 

Para pengangguran banyak bertempat tinggal di perkotaan 8,98 persen sedangkan perdesaan 4,71 persen. Dari sisi usia yang menganggur yakni 15-24 tahun sebanyak 20,46 persen, 25-59 tahun 5,04 persen, dan 60 tahun ke atas 1,7 persen. 

Kebanyakan dari para pengangguran berpendidikan SMK sebanyak 13,55 persen. Diikuti oleh SMA 9,86 persen, diploma I/II/III sebanyak 8,08 persen, universitas 7,35 persen, SMP 6,46 persen. Sedangkan yang tidak atau belum tamat SD sebanyak 3,61 persen.

Pada 2021, pengangguran laki-laki sebanyak 6,74 persen dan perempuan 6,11 persen. Mereka bertempat tinggal di perkotaan 8,32 persen dan perdesaan 4,17 persen. Untuk usia kebanyakan 15-24 tahun sebanyak 19,55 persen, 25-59 tahun 4,44 persen, dan 60 tahun ke atas 2,73 persen.

Para pengangguran paling banyak berpendidikan SMK sebanyak 11,13 persen, SMA 9,09 persen, universitas 5,98 persen, diploma I/II/III 5,87 persen, SMP 6,45 persen. Sedangkan yang tidak atau belum tamat SD sebanyak 3,61 persen.

Lalu pada 2022, pengangguran laki-laki sebanyak 5,93 persen dan perempuan 5,75 persen. Mereka bertempat tinggal paling banyak di perkotaan 7,74 persen sedangkan perdesaan 3,43 persen.

Dari sisi usia yang paling banyak menganggur adalah mereka yang berusia 15-24 tahun sebanyak 20,63 persen, 25-59 tahun 3,39 persen, dan 60 tahun ke atas 2,85 persen. 

Kebanyakan dari para pengangguran berpendidikan SMK sebanyak 9,42 persen. Diikuti oleh SMA 8,57 persen, SMP 5,95 persen, universitas 4,8 persen, diploma I/II/III sebanyak 4,59 persen. Sedangkan yang tidak atau belum tamat SD sebanyak 3,59 persen.

Artikel Terkait

Terkini