Pemerintah, seperti disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, meyakini bahwa kondisi perekonomian pada tahun depan bakal meningkatkan risiko. Khususnya pada pembiayaan yang bebannya bakal makin berat.
Kenaikan pembiayaan atau cost of fund itu, Sri Mulyani memaparkan, terutama didorong oleh kenaikan suku bunga yang diperkirakan masih berlanjut pada tahun depan. Aksi ini, biasanya digunakan bank sentral untuk menekan laju kenaikan harga atau inflasi.
Selain itu, beban pembiayaan juga bisa datang dari potensi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Saat ini, mata uang Amerika itu masih menguat. Peningkatan suku bunga AS membuat para investor di pasar keuangan banyak yang menarik dana dari negara berkembang seperti Indonesia, sehingga menekan kurs rupiah.
“Dalam tiga tahun belakangan, pemerintah dibantu oleh Bank Indonesia (BI) dalam pembiayaan APBN. Tahun 2023, pemerintah sudah harus kembali jalan sendiri,” ujarnya dalam “Outlook Perekonomian Indonesia 2023”, Rabu (21/12/2022).
Menurut catatan Koridor.co.id, bantuan dari BI tersebut adalah yang selama ini dikenal dengan istilah berbagi beban atau burden sharing. BI membantu pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan cara membeli surat utang pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana (saat penawaran pertama kali).
Untuk menghadapi situasi tersebut, Sri Mulyani mengaku telah menyiapkan tiga strategi. Pertama, mengumpulkan sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) yang bisa digunakan pada 2023. Dana tersebut merupakan dari hasil selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Pada tahun ini, di antara penopang kelebihan penerimaan itu adalah adanya rezeki nomplok (winfall profit) dari kenaikan harga komoditas.
Strategi kedua, pemerintah akan mengutamakan pembiayaan yang lebih aman, misalnya pinjaman bilateral maupun multilateral. Utang modal ini tidak terpengaruh oleh gejolak di pasar keuangan.
Sedangkan yang ketiga, lanjutnya, pemerintah akan berupaya membangun kepercayaan pasar sambil menerbitkan global bond dengan harga yang kompetitif. Pada saat bersamaan, pemerintah membidik investor ritel di dalam negeri.