Pada 2022, terjadi kenaikan harga batu bara di tengah krisis energi. Invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 menjadi pemicu kenaikan harga komoditas energi terutama batu bara.
Indonesia pun ketimpahan durian runtuh dari kenaikan harga batu bara. Nilai ekspor batu bara pada Februari 2022 sebesar US$2,57 juta terus bergerak naik menjadi US$3,7 juta pada akhir Desember 2022.
Harga batu bara internasional juga meningkat dari US$219,78 per ton pada Februari 2022, menjadi US$379,23 per ton per akhir Desember 2022.
Lantas perusahaan tambang batu bara apa saja yang meraup keuntungan dari kenaikan harga sepanjang 2022. Ada 20 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) bergerak di sektor batu bara. Koridor pun mengambil lima perusahaan teratas dengan nilai aset terbesar.
Lima perusahaan tambang batu bara dengan aset terbesar adalah PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). Pada kuartal III-2022, nilai aset ADRO tercatat Rp153 triliun. Adaro mengalami kenaikan aset sebesar 91,5 persen selama 8 tahun terakhir.
Posisi kedua ditempati PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA). Selama 8 tahun terakhir nilai aset DSSA mengalami kenaikan 524,6 persen. Nilai aset DSSA tercatat Rp101 triliun pada kuartal III-2023.
Selanjutnya di posisi ketiga ada PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Perusahaan milik Aburizal Bakrie ini mencatatkan nilai aset sebesar Rp69 triliun. Kendati nilai aset perusahaan mengalami kenaikan namun selama 8 tahun terakhir aset BUMI tergerus 14,4 persen.
Kemudian pada posisi keempat ada PT Indika Energy Tbk (INDY). Selama 8 tahun terakhir, INDY mengalami kenaikan aset sebesar 97 persen. Pada kuartal III-2023, nilai aset INDY mencapai Rp56 triliun.
Terakhir adalah PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Nilai aset BYAN tercatat Rp50 triliun pada kartal III-2023. Kenaikan aset BYAN dalam 8 tahun terakhir cukup fantastis sebesar 243,4 persen.