Kenaikan harga atau inflasi secara tahunan (year on year/yoy) pada Februari 2023 sebesar 5,47 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,16. Inflasi pada periode ini melonjak jika dibandingkan Februari 2022 sebesar 2,06 persen dengan IHK sebesar 108,24.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu (1/3/2023), inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu transportasi sebesar 13,59 persen dengan andil 1,63 persen. Kemudian kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 7,23 persen dengan andil 1,87 persen. Serta, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 3,43 persen dengan andil 0,68 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,20 persen.
Penyumbang inflasi tahunan secara dominan berasal dari komponen harga diatur pemerintah yang masih terpantau tinggi sebesar 12,24 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi selama setahun terakhir adalah bensin, bahan bakar rumah tangga, rokok kretek filter, tarif angkutan udara, tarif air minum PDAM, dan tarif angkutan dalam kota.
Begitu juga dengan komponen harga bergejolak yang masih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yakni 7,62 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi selama setahun terakhir adalah beras, telur ayam ras, ikan segar, cabai merah, bawang merah, dan tahu mentah.
Sedangkan tekanan inflasi komponen inti secara tahunan masih moderat yakni 3,09 persen.
Inflasi tahunan tertinggi terjadi di Kotabaru sebesar 7,88 persen dengan IHK sebesar 120,04 dan terendah terjadi di Waingapu sebesar 3,57 persen dengan IHK sebesar 112,74.
Sementara untuk inflasi secara bulanan month to month (mtm) Februari 2023 sebesar 0,16 persen. Inflasi Februari 2023 lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,34 persen. Adapun sepanjang tahun berjalan atau year to date (ytd) Februari 2023 sebesar 0,50 persen.
Penyumbang utama inflasi bulanan di antaranya komoditas beras, rokok kretek filter, bawang merah, cabai merah, dan rokok putih dengan andil masing-masing sebesar 0,08 persen; 0,04 persen; 0,03 persen; 0,02 persen; dan 0,01 persen.
Dari 90 kota IHK ada 63 kota mengalami inflasi sedangkan 27 kota mengalami deflasi. Inflasi bulanan tertinggi terjadi di Kota Ternate sebesar 1,85 persen, sedangkan deflasi bulanan terjadi di Gunungsitoli yang tercatat 0,98 persen.
Inflasi secara bulanan didorong oleh semua komponen antara lain komponen inti yang mengalami inflasi 0,13 persen lebih rendah dari bulan sebelumnya 0,33 persen. Komponen inti memberikan andil 0,08 persen. Hal ini sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan. Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi komponen inti adalah sewa rumah dan upah asisten rumah tangga.
Selanjutnya komponen harga diatur pemerintah yang lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya, yakni 0,14 persen sedangkan pada Januari 2023 mengalami deflasi 0,55 persen. Komoditas rokok kretek filter dan rokok putih dominan memberikan andil terhadap inflasi komponen ini, sebagai dampak lanjutan dari kenaikan cukai rokok.
Sementara komponen harga bergejolak mengalami inflasi 0,28 persen, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya 1,4 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil adalah beras, bawang merah, cabai merah, bawang putih, dan kentang.