Inflasi atau laju kenaikan harga secara tahunan (year on year/yoy) pada November 2022 melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang 5,71 persen. Kontributor utamanya sama, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau.
Sedangkan komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi secara bulanan atau month to month (m-to-m) pada November, yaitu: telur ayam ras, rokok kretek filter, dan tomat masing-masing sebesar 0,02 persen; beras, tempe, tahu mentah, sawi hijau, bawang merah, dan rokok putih masing-masing sebesar 0,01 persen.
Data inflasi yang dikeluarkan oleh BPS pada Kamis (1/12/2022), berasal dari hasil survei di 90 kota pilihan: 34 ibu kota provinsi dan 56 kabupaten/kota, yang dianggap mewakili secara nasional. Sejak 2020, BPS menggunakan tahun dasar 2018 sebagai nilai acuan atau sama dengan 100.
Sedangkan komoditas yang disurvei dibagi menjadi 11 kelompok dan 43 subkelompok. Total komoditas dari seluruh daerah mencapai 835, karena di setiap daerah komoditasnya bisa berbeda. Paket komoditas terbanyak yang disurvei ada di Jakarta, yaitu 473 barang dan jasa. Sedangkan paling sedikit di Sintang, yaitu 248 komoditas.
Mengingat banyaknya komoditas yang jadi objek survei, maka dengan kontribusi 1,50 persen pada November 2021, kelompok makanan, minuman dan tembakau menjadi penyumbang terbesar inflasi. Kelompok tersebut mengalami inflasi hingga 5,87 persen.
Sementara inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran transportasi yang mencapai 15,45 persen. Ini mengisyaratkan bahwa ongkos transportasi, seperti harga tiket, mengalami kenaikan yang paling besar dibandingkan komoditas lainnya.
Sedangkan yang terbesar kedua, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya. Besaran inflasinya mencapai 5,48 persen.
Secara umum, sebagian besar komoditas mengalami kenaikan harga dengan besaran yang berbeda. Hanya satu kelompok, yakni informasi, komunikasi dan jasa keuangan yang justru mengalami deflasi atau penurunan harga 0,40%.