
Tingkat pengangguran Indonesia masih cukup tinggi jika dibandingkan negara-negara di kawasan ASEAN. Jumlah pengangguran Indonesia menempati urutan ketiga setelah Brunei Darussalam dan Malaysia.
Berdasarkan data World Development Indicators World Bank yang diolah Koridor, pada 2021, tingkat pengangguran Indonesia mencapai 3,83 persen. Brunei Darussalam menempati urutan pertama sebanyak 7,45 persen, dan Malaysia 4,05 persen.

Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia harus menjadi perhatian serius pemerintah. Sebab akan berpotensi menimbulkan masalah sosial seperti meningkatnya kemiskinan dan tingkat kriminalitas.
Apalagi proyeksinya Organisasi Buruh Dunia atau International Labour Organization (ILO) dalam laporan bertajuk “World Employment and Social Outlook Trends 2023”, pertumbuhan lapangan kerja global hanya akan mencapai 1 persen pada 2023, kurang dari setengah pertumbuhan pada 2022. Artinya kesempatan kerja akan semakin ketat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dalam tiga tahun terakhir, karakteristik penganggur baik laki-laki maupun perempuan mengalami penurunan. Namun secara persentase pengangguran laki-laki lebih banyak ketimbang perempuan. Pada Agustus 2022, pengangguran laki-laki sebanyak 5,93 persen, sedangkan perempuan 5,75 persen.
Dari sisi wilayah, selama tiga tahun terakhir, persentase pengangguran di kota maupun desa juga mengalami penurunan. Namun jumlah pengangguran di kota masih lebih banyak jika dibandingkan desa. Pada Agustus 2022, jumlah pengangguran di perkotaaan sebanyak 7,74 persen sedangkan di perdesaan hanya 3,43 persen.
Berdasarkan pada kelompok usia, tingkat pengangguran terbuka paling banyak berasal dari kelompok usia 15-24 tahun. Setelah itu diikuti oleh kelompok usia 25-59 tahun, kemudian 60 tahun ke atas.
Untuk kelompok usia 25-59 tahun selama dua tahun terakhir mengalami penurunan pengangguran. Pada Agustus 2022, tingkat pengangguran terbuka kelompok usia ini sebanyak 3,36 persen. Sementara kelompok usia 60 tahun ke atas mengalami kenaikan jumlah pengangguran terbuka yang pada Agustus 2022 sebanyak 2,85 persen.
Pengangguran yang paling banyak adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), meski dalam dua tahun terakhir mengalami penurunan. Pada Agustus 2022 jumlahnya mencapai 9,42 persen. Di posisi selanjutnya adalah pengangguran lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 8,57 persen.

Kemudian lulusan Sekolah Mennegah Pertama (SMP) dengan tingkat pengangguran terbuka 5,95 persen pada Agustus 2022. Sementara tingkat pengangguran terbuka dari universitas sebanyak 4,8 persen. Lalu diploma I, II, dan III mencatatkan jumlah pengangguran terbuka sebanyak 4,59 persen. Sedangkan yang tidak atau belum tamat SD sebanyak 3,59 persen.