Indonesia jadi net importir beberapa komoditas pangan: gandum, kedelai, beras, bawang putih, dan daging lembu. Tetapi, volumenya cenderung menurun sejak 2018

Koridor.co.id

Beras
Pemerintah mengeklaim bahwa Indonesia tidak impor beras dalam tiga tahun terakhir. (Foto: Pixabay)

Dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia harus mengimpor beberapa bahan komoditas pangan strategis. Untuk itu, Indonesia menjadi net importir komoditas pangan seperti gandum, kedelai, beras, bawang putih, dan daging jenis lembu. Meski rutin melakukan importasi komoditas pangan tiap tahun, namun besaran volume impor cenderung mengalami penurunan.

Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), penurunan volume impor komoditas pangan terjadi sejak tahun 2018. Misalnya, untuk volume impor gandum selama periode Januari sampai November 2022 mencapai 8.436,7 ribu ton turun dari posisi tahun 2018 sebesar 10.083,4 ribu ton.

Lalu, impor kedelai turun dari 2.585,8 ribu ton pada 2018 menjadi 2.168,1 ribu ton pada November 2022. Impor beras sebesar 2.253,8 ribu ton pada 2018 menjadi 326,5 ribu ton di akhir November 2022. Bawang putih dari 587,9 ribu ton pada 2018 menjadi 468,1 ribu ton pada November 2022. Daging jenis lembu sebesar 160,6 ribu ton pada 2018 menjadi 214,2 ribu ton pada November 2022. Tentu saja capaian ini harus diapresiasi untuk mendorong terwujudnya swasembada pangan nasional.

Sementara itu khusus untuk komoditas beras HS 8 Digit, total volume beras yang diimpor sebesar 326,45 ribu ton selama periode Januari sampai November 2022. Impor beras didominasi oleh broken rice, other than of a kind used for animal feed (HS 10064090) sebanyak 284,50 ribu ton dengan share 87,15 persen.

Selanjutnya impor beras jenis glutinous rice, semi-milled or wholly milled rice, whether or not polished or glazed sebanyak 26,23 ribu ton dengan share 8,03 persen. Other fragrant rice, semi-milled or wholly milled rice, whether or not polished or glazed (HS 10063070) sebanyak 7,10 ribu ton dengan share 2,17 persen.

Lalu, semi-milled or wholly milled rice, whether or not polished or glazed, other than HS code 10063030 to 10063091 (HS 10063099) sebanyak 6,55 ribu ton dengan share 2,01 persen. Kemudian jenis basmati rice, semi-milled or wholly milled rice, whether or not polished or glazed (HS 10063050) sebanyak 1,76 ribu ton dengan share 0,54 persen. Hom mali rice, semi-milled or wholly milled rice, whether or not polished or glazed (HS 10063040) sebesar 0,30 ribu ton dengan share 0,09 persen.

Lainnya, seperti rice in the husk (paddy or rough), suitable for sowing (HS 10061010), rice in the husk (paddy or rough), not suitable for sowing (HS 10061090), husked (brown) rice, other than hom mali rice (HS 10062090) sebesar 0,01 ribu ton dengan share 0,00 persen.

Sepanjang Januari sampai November 2022, impor beras paling besar berasal dari India dengan volume 157,97 ribu ton atau mencakup 48,39 persen dari total impor beras. Selanjutnya diikuti Pakistan sebanyak 68,72 ribu ton atau 21,05 persen.

Berikutnya ada Thailand sebanyak 51,58 ribu ton atau 15,80 persen. Kemudian, Vietnam sebanyak 44,34 ribu ton atau 13,58 persen. Sisanya dari negara lain-lain sebanyak 3,85 ribu ton atau 1,18 persen.

Artikel Terkait

Terkini