Di tengah melambatnya perekonomian global dan menurunnya harga komoditas produk utama ekspor, ekonomi Indonesia tumbuh positif. Pada kuartal I-2023, ekonomi Indonesia tumbuh 5,03 persen secara tahunan atau year on year (yoy), meningkat jika dibandingkan periode sama 2022 sebesar 5,02 persen.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Jumat, 5 Mei 2023, Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) pada kuartal I-2023 tercatat Rp2.961,2 triliun, meningkat dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp2.819,3 triliun.
Begitu juga dengan PDB berdasarkan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar Rp5.071,7 triliun pada kuartal I-2023, meningkat dari periode sama 2022 yang tercatat Rp4.508,6 triliun.
Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha. Untuk lapangan usaha yang tumbuh signifikan adalah transportasi dan pergudangan sebesar 15,93 persen, diikuti penyediaan akomodasi dan makan minum 11,55 persen, serta jasa lainnya 8,90 persen.
Sementara lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada kuartal I-2023 yang tidak menunjukkan perubahan berarti meski kontribusinya besar yakni industri pengolahan, perdagangan, dan pertambangan tumbuh moderat. Masing-masing mencatatkan pertumbuhan 18,57 persen, 12,95 persen, 11,85 persen.
Pertumbuhan tiga sektor ini ditopang oleh peningkatan mobilitas masyarakat, peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara, serta terselenggaranya beberapa acara nasional dan internasional.
Sedangkan lapangan usaha pertanian dan konstruksi tetap tumbuh meskipun relatif rendah, yakni masing-masing 11,77 persen dan 9,88 persen. Adapun peranan kelima lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Indonesia mencapai 65,02 persen.
Untuk komponen pengeluaran yang mengalami pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen ekspor barang dan jasa sebesar 11,68 persen, diikuti komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 6,17 persen, komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga (PK-RT) sebesar 4,54 persen.
Kemudian, komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) sebesar 3,99 persen, dan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 2,11 persen. Komponen impor barang dan jasa yang merupakan faktor pengurang dalam PDB menurut pengeluaran juga tumbuh sebesar 2,77 persen.
Struktur PDB Indonesia menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku kuartal I-2023 tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Perekonomian Indonesia masih didominasi oleh komponen PK-RT yang mencakup lebih dari separuh PDB Indonesia yaitu 52,88 persen.
Selanjutnya diikuti oleh komponen PMTB 29,11 persen, komponen ekspor barang dan jasa 22,71 persen, komponen PK-P 5,32 persen, komponen PK-LNPRT 1,17 persen, dan komponen perubahan inventori 2,40 persen. Sementara itu, komponen impor barang dan jasa sebagai faktor pengurang dalam PDB memiliki peran 19,56 persen.
Provinsi di Pulau Jawa mencatatkan dominasi struktur ekonomi Indonesia secara spasial dengan peranan sebesar 57,17 persen terhadap PDB, diikuti oleh Pulau Sumatera 21,82 persen, Pulau Kalimantan 9,00 persen, Pulau Sulawesi 6,87 persen, Pulau Bali dan Nusa Tenggara 2,68 persen, serta Pulau Maluku dan Papua 2,46 persen.
Sementara itu dengan dihapusnya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada 30 Desember 2022, pertumbuhan ekonomi di sebagian besar provinsi menunjukkan penguatan.
Pada kuartal I-2023, penguatan pertumbuhan secara tahunan tercatat pada kelompok provinsi di Pulau Sulawesi sebesar 7 persen, disusul Pulau Kalimantan 5,79 persen, Pulau Sumatera 4,79 persen, serta Pulau Bali dan Nusa Tenggara 4,74 persen. Kelompok provinsi di Pulau Jawa serta Pulau Maluku dan Papua mengalami perlambatan pertumbuhan masing-masing sebesar 4,96 persen dan 1,95 persen.