Dua negara pesaing berat industri furnitur kita, ini strategi tingkatkan daya saing internasional

Koridor.co.id

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (kiri). Dokumentasi Humas Kementerian Perindustrian

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong peningkatan daya saing dan produktivitas industri furnitur Indonesia melalui berbagai kebijakan. Upaya ini dilakukan untuk memacu kinerja ekspor furnitur dan kerajinan yang pada 2022 mencapai US$2,8 miliar. Nilai ekspor furnitur ini diharapkan dapat meningkat pada tahun-tahun berikutnya dan menuju target US$5 miliar di tahun 2024.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, mengatakan industri furnitur Indonesia memiliki pesaing kuat seperti Tiongkok dan Vietnam.

“Kita perlu terus meningkatkan daya saing dan produktivitasnya. Sky is the limit untuk industri ini yang merupakan penghasil devisa (bagi Indonesia),” kata Airlangga Hartarto dilansir dari situs Kemenperin, Sabtu, 11 Maret 2023.

Dalam pembukaan Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2023, Airlangga juga menyoroti tantangan yang masih dihadapi oleh industri furnitur. Antara lain terkait ketersediaan bahan baku, inovasi desain produk, kreasi kesesuaian selera pasar, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, serta pemanfaatan teknologi tepat guna terutama terkait kelestarian lingkungan. 

“Untuk hambatan bahan baku, hal ini (masalah) klasik yang harus diselesaikan karena itu dibutuhkan UMKM. Sudah dirapatkan dengan Presiden juga bahwa SVLK ditanggung pemerintah, terutama untuk UMKM, dan anggarannya di KLHK. SVLK boleh saja (diterapkan), tapi jangan sampai membebani pengusaha,” ujar Airlangga.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan kebijakan dukungan Kemenperin di antaranya jaminan pasokan bahan baku dan bahan penolong, peningkatan kemampuan teknologi dan kapasitas SDM, insentif perpajakan, pengembangan desain, serta fasilitasi keikutsertaan dalam pameran.

Apalagi, kata Agus, menghadapi tantangan dan kendala pada industri furnitur, subsektor tersebut harus memanfaatkan momentum pasar dalam negeri yang ekspansif.

“Hal ini juga untuk mengurangi ketergantungan akan produk impor yang mencapai US$495,7 juta di tahun 2022,” kata Agus.

Kemenperin memiliki dua strategi dalam upaya meningkatkan daya saing industri furnitur di kancah internasional. Pertama, upaya pengalihan pasar ekspor terdampak resesi ke pasar domestik. Strategi ini dapat dilakukan secara efektif mengingat konsumen furnitur dalam negeri, terutama kelas menengah, terus bertambah seiring membaiknya industri properti dan bisnis hospitality

Hal ini juga didukung dengan konsumsi belanja pemerintah melalui pemanfaatan produk dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sesuai Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Ini memberikan kesempatan bagi pelaku industri furnitur dalam meningkatkan penguasaan pasar dalam negeri.

Strategi selanjutnya adalah perluasan tujuan ekspor ke pasar non-tradisional. Menurut Menperin, di saat pasar tujuan ekspor tradisional saat ini masih terganggu akibat resesi, pasar non-tradisional sangat potensial untuk dikelola, misalnya India dan kawasan Timur Tengah yang pertumbuhan sektor propertinya masih relatif stabil.

Selain itu, untuk mendukung penyediaan tenaga kerja terampil, melalui pendirian Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal, Jawa Tengah. Sedangkan di lini teknologi, Kemenperin telah dan sedang melaksanakan program restrukturisasi mesin atau peralatan industri pengolahan kayu, salah satunya untuk industri furnitur kayu. 

Output dari program ini adalah terfasilitasinya perusahaan dalam mendapatkan potongan harga berupa penggantian (reimburse) sebagian dari harga pembelian mesin dan/atau peralatan. Pada 2023, Kemenperin kembali mengadakan program tersebut untuk semakin meningkatkan produktivitas dan daya saing industri furnitur,” ujarnya. 

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, menuturkan bahwa Direktorat Jenderal (Ditjen) Industri Agro gencar menjalankan program-program guna mendukung pengembangan industri furnitur. 

Dalam hal pengembangan desain furnitur, pihaknya telah memfasilitasi program pengembangan konsep desain furnitur kolaborasi antara desainer furnitur dan pelaku industri. Para peserta program akrab menyebutnya sebagai Makers and Designer Connection (MadeCon). 

“Kolaborasi tersebut menghasilkan karya desain furnitur yang tidak hanya mengikuti tren, namun juga sesuai dengan kemampuan produksi pelaku industri,” ujarnya.

Dalam gelaran IFEX 2023, Ditjen Industri Agro berkesempatan mengisi satu booth yang menampilkan karya-karya kolaborasi tersebut. Pada tahun 2022, program tersebut mempertemukan desainer Eugenio Hendro yang berkolaborasi dengan CV Dijawa Abadi, Felix Sidharta dengan CV Decorus, Bayu Ramadhan dengan CV Equator Jingga, Cynthia Margareth dengan PT Kobeks, serta Hans Handoko dengan CV Raisa House Indonesia.

Cynthia Margareth, salah satu desainer yang tergabung dalam MadeCon, menyampaikan hasil yang didapat dari keikutsertaannya dalam program kolaborasi ini. Salah satunya adalah mendapat pengalaman bekerja bersama para pelaku industri furnitur.

“Kadang desainer banyak di kantor atau bertemu klien atau travelling. Namun, di program ini, kami bisa ke pabrik langsung, bertemu pengrajin, melihat sudut pandang owner dan buyer. Jadi lebih ada pengetahuan baru, pembelajaran baru, sehingga hasil karyanya jadi one of time,” ujar Cynthia.

Artikel Terkait

Terkini