Ekspor Indonesia 1990-2020, Bahan Bakar Mineral Jadi Andalan

Koridor.co.id

Jakarta, Koridor.co.id – Komoditas andalan ekspor Indonesia silih berganti dalam tiga dasawarsa. Bahan bakar mineral terus bertengger sebagai kontributor terbesar. Namun, kontribusi komoditas lainnya silih berganti.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa nilai ekspor Juni 2023 mencapai US$20,61 miliar, turun 5,08% dari kinerja ekspor Mei 2023. Pada periode yang sama, impor mencapai US$17,15 miliar, turun 19,40% dari kinerja impor Mei 2023.

Meski demikian, neraca perdagangan Indonesia kembali surplus dan menambah rekor surplus perdagangan bertut-turut selama 38 bulan terakhir. Dalam tulisan ini, Tim Riset Koridor.co.id akan membahas dinamika komoditas ekspor utama Indonesia dalam kurun 1990-2020.

Dengan menggunakan data dari UN Comtrade, Tim Riset Koridor.co.id memetakan lima komoditas utama penyumbang nilai ekspor terbesar setiap lima tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat dinamika dan perubahan komoditas unggulan ekspor Indonesia dalam 30 tahun terakhir.

5 Besar Andalan Ekspor: 1990-1995

Pada periode 1990-1995, bahan bakar mineral menjadi komoditas dengan nilai ekspor tertinggi, yaitu US$66 miliar atau 31,3% dari total nilai ekspor pada periode tersebut. Kemudian ada komoditas kayu dan barang dari kayu (US$27 miliar) serta pakaian dan aksesorinya bukan rajutan (US$11 miliar). Nilai kayu dan barang dari kayu akan memudar dan hilang dari daftar lima komoditas utama setelah 2005.

Alas kaki menjadi komoditas ketiga utama yang menyumbang nilai ekspor Indonesia. Selama periode 1990-1995 alas kaki menyumbang sekira 4% dari total nilai ekspor Indonesia atau setara US$8,5 miliar. Karet dan barang dari karet menduduki peringkat paling bontot dalam lima komoditas utama penyumbang ekspor Indonesia pada periode ini.

Ket :Lima komoditas ekspor utama Indonesia periode 1990-1995
Komoditas Unggulan – Lima komoditas ekspor utama Indonesia periode 1990-1995

Komoditas Ekspor Utama 1996-2000

Secara umum, nilai ekspor periode 1996-2000 meningkat 24,5% ketimbang periode sebelumnya menjadi US$262 miliar. Kenaikan nilai ekspor hampir semua komoditas mendorong peningkatan ini. Pengecualian untuk bahan bakar mineral serta kayu dan barang dari kayu yang nilai ekspornya turun. Meski demikian, kelompok bahan bakar mineral serta kayu dan barang dari kayu masih menduduki dua peringkat teratas komoditas dengan nilai ekspor terbesar.

Sementara itu, nilai ekspor mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya melonjak. Komoditas tersebut masuk dalam kelompok lima besar andalan ekspor Indonesia dan berkontribusi 7,7% terhadap total ekspor. Nilai ekspor dari komoditas tersebut selama 1996-2000 mencapai US$18,5 miliar.

Selain itu,  komoditas piranti lunak, barang digital, dan barang kiriman menjadi komoditas baru yang menembus lima besar komoditas dengan nilai ekspor terbesar. Nilai ekspor kelompok HS 99 ini mencapai US$15,1 miliar dan berkontribusi 5,8% terhadap total nilai 1996-2000. Sayangnya, pada periode-periode berikutnya komoditas ini tak lagi masuk dalam daftar.

Namun, pakaian dan aksesori bukan rajutan turun peringkat ke posisi lima. Selama  1996-2000, nilai ekspor komoditas ini mencapai US$11,5 miliar dan berkontribusi 4,4% terhadap total ekspor Indonesia.

Ket :Lima komoditas ekspor utama Indonesia periode 1996-2000
Ket :Lima komoditas ekspor utama Indonesia periode 1996-2000

Periode 2001-2005

Nilai Ekspor pada periode 2001-2005 meningkat 26,2% diar periode sebelumnya menjadi US$331 miliar. Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan semua komoditas dalam daftar lima besar komoditas ekspor, kecuali untuk kayu dan barang dari kayu yang nilai ekspornya turun 28,5% menjadi US$16 miliar.

Nilai ekspor bahan bakar mineral mencapai pertambahan tertinggi senilai US$24 miliar menjadi US$86 miliar. Mesin dan perlengkapan elektrik serta mesin dan peralatan mekanis menjadi komoditas dengan nilai ekspor kedua dan ketiga.

Pada periode ini, nilai ekspor lemak dan minyak hewani/nabati mulai meningkat signifikan. Nilai ekspor kelompok HS 15 ini mencapai US$16,5 miliar. Hal ini menempatkan komoditas tersebut di posisi keempat. Di sisi lain, pakaian dan aksesorinya (bukan rajutan), menghilang dari lima komoditas utama ekspor Indonesia. 

Ket :Lima komoditas ekspor utama Indonesia periode 2001-2005

Periode 2006-2010

Pertumbuhan ekspor komoditas pada periode 2006-2010 termasuk yang tertinggi selama 30 tahun terakhir. Pada periode ini, nilai ekspor tumbuh 88,7% ketimbang periode sebelumnya, menjadi US$626 miliar.

Kenaikan nilai ekspor lima komoditas utama mendorong peningkatan tersebut. Pada periode ini, nilai ekspor komoditas kayu dan barang dari kayu turun sehingga menghilang dari kelompok lima besar komoditas utama ekspor.

Sementara itu, nilai ekspor lemak dan minyak hewani/nabati naik 266,8% dari periode sebelumnya menjadi US$60,5 miliar. Hal ini menempatkan komoditas tersebut di posisi kedua komoditas utama ekspor Indonesia. Kondisi ini menandai era alih fungsi hutan menjadi perkebunan sawit di Indonesia.

Pada periode ini, bahan bakar mineral masih menduduki peringkat pertama komoditas andalan ekspor. Kenaikan kelompok komoditas ini mencapai 104,6% menjadi US$176 miliar.

Mesin dan perlengkapan elektrik ada di peringkat ketiga dengan nilai ekspor US$41 miliar atau tumbuh 30,2% ketimbang periode sebelumnya. Komoditas karet dan barang dari karet kembali masuk dalam kelompok lima komoditas andalan eskpor. Kare menggantikan komoditas mesin dan peralatan mekanis yang pada periode sebelumnya di posisi tiga besar.

Pada periode ini, komoditas bijih logam, terak dan abu dengan kode HS 26, masuk dalam lima komoditas utama ekspor. Nilai ekspor komoditas ini mencapai US$28,4 miliar dan menyumbang 4,5% terhadap nilai ekspor Indonesia. Hal ini menunjukkan ekspor barang tambang mentah pada periode ini naik signifikan dibandingkan periode sebelumnya.

Ket :Lima komoditas ekspor utama Indonesia periode 2006-2010
Ket :Lima komoditas ekspor utama Indonesia periode 2006-2010

Periode 2011-2015

Pada periode 2011-2015, ekspor tumbuh 44,1% ketimbang lima tahun sebelumnya, menjadi US$902 miliar. Pada periode ini, bijih logam, terak, dan abu terlempar dari daftar lima komoditas unggulan ekspor. Hal ini seiring dengan rencana hilirisasi mineral dan batu bara yang mulai memberikan syarat mineral ekspor.

Komoditas lemak dan minyak hewani/nabati tumbuh terbesar mencapai 68,6%, dengan nilai mencapai US$101 miliar. Komoditas ini juga berkontribusi terhadap 11,3% dari ekspor total 2011-2015.

Pertumbuhan tertinggi kedua terjadi pada komoditas bahan bakar mineral, yang tumbuh 56,2% menjadi US$276 miliar. Kontribusinya sebesar 30,2% terhadap total ekspor. Karet dan barang dari karet mencatat pertumbuhan 40,2% menjadi US$47 miliar. Adapun mesin dan perlengkapan elektrik serta mesin dan peralatan mekanis masing-masing tumbuh 21,6% dan 21,2% dari periode sebelumnya.

Ket :Lima komoditas ekspor utama Indonesia periode 2011-2015
Ket :Lima komoditas ekspor utama Indonesia periode 2011-2015

Unggulan Ekspor 2016-2020

Pada 2016-2020, ekspor turun 6,6% dari periode sebelumnya. Penyusutan ini terutama akibat pandemi COVID-19 yang mendorong penerapan kebijakan lockdown dan penutupan pintu masuk orang, barang, dan jasa di sejumlah negara guna mencegah penularan. Kebijakan tersebut membuat bukan hanya ekspor, tapi ekonomi global melandai sepanjang pandemi berlangsung pada 2020-2022.

Komoditas yang masuk 10 besar ekspor terbesar menurun, kecuali untuk kendaraan dan bagiannya. Kendaraan dan bagiannya tumbuh terbesar, yaitu 49,9% menjadi US$35 miliar.

Bahan bakar mineral menjadi komoditas dengan penurunan terbesar, yaitu 29,6% menjadi US$166 miliar. Meski demikian, bahan bakar mineral masih menjadi komoditas ekspor utama Indonesia. Nilai ekspor lemak dan minyak hewani/nabati yang ada di peringkat kedua turun tipis yaitu 2,0%, menjadi sekitar US$100 miliar.

Mesin dan perlengkapan elektrik susut 13,6% menjadi US$44 miliar. Meskipun nilainya turun, ekspor komoditas tersebut masih menepati urutan ketiga ekspor unggulan Indonesia 2016-2020.

Komoditas karet dan produk dari karet kembali hilang dari lima komoditas unggulan. Sebagai gantinya, logam mulia dan perhiasan/permata (US$32 miliar) masuk ke dalam kelompok komoditas utama ekspor.

Ket :Lima komoditas ekspor utama Indonesia periode 2016-2020
Artikel Terkait

Terkini